Lea Seydoux: 'Aku Tak Mudah Tergoda, Walau Aku Suka Dia'
A
A
A
NEW YORK - Nama Lea Seydoux sedang membumbung ke langit ketujuh. Tentunya berkat penampilan aktris asal Prancis tersebut di film franchise James Bond teraktual, Spectre, yang kini sedang diputar di bioskop seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Sebelumnya, pemilik nama lengkap Lea Helene Seydoux-Fornier de Clausonne ini, memang sudah termasuk aktris yang diperhitungkan di Hollywood.
Pasalnya, dia pernah membintangi beberapa film hebat dimana dia termasuk salah satu pemeran utamanya, diantaranya ada Inglourious Basterds (2009), Robin Hood (2010), Midnight in Paris (2011) dan Mission Impossible: Ghost Protocol (2011).
Selain itu wanita berusia 30 tahun itu juga tampil di Blue Is the Warmest Colour (2013) serta Beauty and The Beast (2014). Dia juga dapat beberapa anugrah diantaranya aktris paling menjanjikan lewat film Belle Epine (2010) dan penghargaan BAFTA Rising Star, plus Palme d’Or di Cannes Film Festival.
Namun sepertinya tampil di Spectre bakal melambungkan namanya lebih tinggi sebagai aktris papan atas dunia. Lea sendiri merasakan hal itu.
Apalagi banyak yang menilai dia sukses memerankan Dr Madeleine Swann, putri dari Mr White, anggota organisasi kejahatan Spectre yang juga musuh bebuyutan Bond era Daniel Craig sejak di Casino Royale (2006).
Dr Swann memainkan peran kunci dalam usahanya untuk mengungkap organisasi kejahatan yang jadi biang permasalahan di MI6, agen intelejen fiksi Inggris selama ini yang diketuai oleh Franz Oberhauser, yang ternyata merupakan ayah angkat Bond.
“Aku dibesarkan bersama Daniel (sebagai Bond). Jadi Bond aku tentu saja Daniel. Aku pikir dia hebat, amat intens dan kami (kru film Spectre) menyukainya. Dia adalah Bond terbaik bagiku,” tutur Lea Seydoux yang baru bermain di film-film pendek Eropa ketika Daniel Craig memulai sebagai Bond di Casino Royale (2006), seperti dilansir The Mirror.
“Ada sesuatu yang terasa benar-benar intens yang aku sukai darinya. Ini bahkan menjadi lebih psikologis dengannya, begitu juga denganku. Dan ini membuatnya makin menarik,” imbuh Lea yang tertangkap kamera sedang berciuman dengan pasangannya, Andre Meyer di dalam kabin taksi saat mempromosikan Spectre di New York.
Wanita kelahiran Paris 1 Juli 1985 ini juga mengungkapkan perasaan lainnya saat berperan sebagai gadis Bond untuk pertama kalinya di Spectre sebagai Dr Swann.
“Dia (Dr Madeleine Swann) berbeda dari apa yang dapat Anda harapkan. Dia akan mengubah hidup Bond dan mungkin aku bisa mengungkapkan sesuatu karena dia putri Mr White. Jujur, aku dapat mengatakan bahwa ini merupakan pengalaman terbaikku. Sungguh luar biasa bisa bekerja dengan semuanya di film ini. Aku merasa bangga dan bahagia jadi bagian di dalamnya,” kata Lea menjelaskan.
Jadi bagaimana tanggapan Lea atas karakter Dr Swann di Spectre? “Aku tidak merasa diriku sebagai gadis Bond. Aku rasa, aku bukan tipe Bond. Aku merasa benar-benar berbeda. Karena dia (Dr Swann) tidak langsung menjadi (bertekuk lutut dengan mudah terpesona seperti tipe gadis Bond biasanya) dan berkata, ‘Oh James’.”
“Dia (Dr Swann) mencari cara untuk menjadi berbeda dari biasanya. Dia bukan pejuang, dia adalah seorang dokter. Dia berjuang dengan cara lain. Tapi bermain di film ini, rasanya seperti mimpiku yang menjadi kenyataan,” tandasnya.
Sebelumnya, pemilik nama lengkap Lea Helene Seydoux-Fornier de Clausonne ini, memang sudah termasuk aktris yang diperhitungkan di Hollywood.
Pasalnya, dia pernah membintangi beberapa film hebat dimana dia termasuk salah satu pemeran utamanya, diantaranya ada Inglourious Basterds (2009), Robin Hood (2010), Midnight in Paris (2011) dan Mission Impossible: Ghost Protocol (2011).
Selain itu wanita berusia 30 tahun itu juga tampil di Blue Is the Warmest Colour (2013) serta Beauty and The Beast (2014). Dia juga dapat beberapa anugrah diantaranya aktris paling menjanjikan lewat film Belle Epine (2010) dan penghargaan BAFTA Rising Star, plus Palme d’Or di Cannes Film Festival.
Namun sepertinya tampil di Spectre bakal melambungkan namanya lebih tinggi sebagai aktris papan atas dunia. Lea sendiri merasakan hal itu.
Apalagi banyak yang menilai dia sukses memerankan Dr Madeleine Swann, putri dari Mr White, anggota organisasi kejahatan Spectre yang juga musuh bebuyutan Bond era Daniel Craig sejak di Casino Royale (2006).
Dr Swann memainkan peran kunci dalam usahanya untuk mengungkap organisasi kejahatan yang jadi biang permasalahan di MI6, agen intelejen fiksi Inggris selama ini yang diketuai oleh Franz Oberhauser, yang ternyata merupakan ayah angkat Bond.
“Aku dibesarkan bersama Daniel (sebagai Bond). Jadi Bond aku tentu saja Daniel. Aku pikir dia hebat, amat intens dan kami (kru film Spectre) menyukainya. Dia adalah Bond terbaik bagiku,” tutur Lea Seydoux yang baru bermain di film-film pendek Eropa ketika Daniel Craig memulai sebagai Bond di Casino Royale (2006), seperti dilansir The Mirror.
“Ada sesuatu yang terasa benar-benar intens yang aku sukai darinya. Ini bahkan menjadi lebih psikologis dengannya, begitu juga denganku. Dan ini membuatnya makin menarik,” imbuh Lea yang tertangkap kamera sedang berciuman dengan pasangannya, Andre Meyer di dalam kabin taksi saat mempromosikan Spectre di New York.
Wanita kelahiran Paris 1 Juli 1985 ini juga mengungkapkan perasaan lainnya saat berperan sebagai gadis Bond untuk pertama kalinya di Spectre sebagai Dr Swann.
“Dia (Dr Madeleine Swann) berbeda dari apa yang dapat Anda harapkan. Dia akan mengubah hidup Bond dan mungkin aku bisa mengungkapkan sesuatu karena dia putri Mr White. Jujur, aku dapat mengatakan bahwa ini merupakan pengalaman terbaikku. Sungguh luar biasa bisa bekerja dengan semuanya di film ini. Aku merasa bangga dan bahagia jadi bagian di dalamnya,” kata Lea menjelaskan.
Jadi bagaimana tanggapan Lea atas karakter Dr Swann di Spectre? “Aku tidak merasa diriku sebagai gadis Bond. Aku rasa, aku bukan tipe Bond. Aku merasa benar-benar berbeda. Karena dia (Dr Swann) tidak langsung menjadi (bertekuk lutut dengan mudah terpesona seperti tipe gadis Bond biasanya) dan berkata, ‘Oh James’.”
“Dia (Dr Swann) mencari cara untuk menjadi berbeda dari biasanya. Dia bukan pejuang, dia adalah seorang dokter. Dia berjuang dengan cara lain. Tapi bermain di film ini, rasanya seperti mimpiku yang menjadi kenyataan,” tandasnya.
(sbn)