Risiko Kesehatan Rokok Mentol Lebih Berat

Kamis, 06 November 2014 - 14:06 WIB
Risiko Kesehatan Rokok Mentol Lebih Berat
Risiko Kesehatan Rokok Mentol Lebih Berat
A A A
WASHINGTON - Rasa rokok mentol yang dianggap lebih lembut ternyata tak membuat bahayanya lebih "lembut" dari rokok biasanya. Rokok jenis ini tetap tidak sehat dan bisa menyebabkan masalah paru yang lebih berat.

Menurut sebuah riset terbaru, perokok yang mengaku mengonsumsi rokok mentol justru lebih banyak masuk ruang darurat rumah sakit daripada orang yang merokok dengan rokok biasa. Mereka juga lebih sering dirawat karena penyakit paru yang memburuk ketimbang orang yang mengonsumsi rokok tanpa tambahan rasa.

Kondisi yang memburuk ini mungkin termasuk kesulitan bernapas atau peningkatan dahak yang berlangsung selama berhari-hari.

“Kami kaget karena perokok mentol dibandingkan dengan perokok biasa melaporkan kondisi yang lebih buruk dan lebih sering mengalami kondisi yang parah,” ujar Marilyn Foreman dari Morehouse School of Medicine di Atlanta, Amerika Serikat (AS), seperti dilansir The Daily Mail.

Laporan ini muncul setelah periset Kanada menemukan anak-anak muda yang merokok mentol mengisap rata-rata 43 batang sepekan, hampir dua kali dari 26 batang yang diisap perokok nonmentol. Para perokok mentol juga hampir tiga kali lebih akan menyatakan mereka berniat terus merokok tahun depan.

Sebagai bagian dari kajian baru ini, Foreman dan koleganya membandingkan 3.758 perokok mentol dan 1.941 perokok biasa, berusia 45—80 tahun, yang mengisap setidaknya 10 bungkus rokok per tahun.

Mereka menemukan, perokok mentol berusia lebih muda dan lebih cenderung berjenis kelamin wanita dan berkulit hitam.

Pada pandangan pertama, terlihat bahwa perokok mentol memiliki penyakit paru obstruktif kronis (COPD) dan tak terlalu mengalami batuk kronis atau produksi dahak kronis—lendir yang keluar dari jalur udara bawah. Mereka juga tidak terlalu menggunakan meditasi untuk membantu bernapas.

Secara keseluruhan, kedua kelompok ini memiliki frekuensi peningkatan COPD selama periode 18 bulan kajian itu. Tapi, perokok mentol justru lebih sering mengalami peningkatan COPD yang lebih parah, yaitu 0,22 per tahun dibandingkan 0,18 per tahun yang dialami perokok biasa.

Perokok mentol juga mendapatkan hasil yang lebih buruk pada tes sejauh apa mereka bisa berjalan selama 6 menit. Mereka juga memiliki tarikan napas yang lebih pendek ketimbang perokok biasa.

Ketika periset mempertimbangkan faktor lain, seperti usia dan penyakit lain, ternyata tak ada lagi perbedaan antara perokok mentol dan biasa dalam fungsi paru, kapasitas berolahraga dan masalah pernapasan. Tapi, perokok mentol memiliki risiko 29% lebih tinggi dalam peningkatan penyakit paru dibanding perokok biasa.

Menurut para periset, mentol mungkin memiliki efek anestetik terhadap jalur pernapasan, dan itu mungkin menyebabkan memakan waktu yang lebih lama untuk mengetahui bahwa penyakit paru perokok memburuk.

Dia dan koleganya mengakui bahwa kajian mereka belum bisa membuktikan bahwa mentol bertanggung jawab menyebabkan masalah paru perokok lebih buruk.

“Secara umum dalam artikel itu disebutkan, orang yang mengisap rokok mentol itu berbeda, lebih muda dan cenderung merupakan wanita dan orang Afro-Amerika. Jadi, mungkin perbedaannya bukan karena mentol tapi karena fakta bahwa pasiennya memang berbeda,” ujar Sean Forsythe dari Medical Center Loyola University.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8702 seconds (0.1#10.140)