Laga Penuh Gaya

Sabtu, 16 Mei 2015 - 09:24 WIB
Laga Penuh Gaya
Laga Penuh Gaya
A A A
GURUN pasir panas, truktangki raksasa yang tahan api, kumpulan manusia gila, makhluk-makhluk setengah zombie.

Mad Max: Fury Road adalah film laga tanpa ampun yang penuh gaya, nyaris tanpa embel-embel CGI. Lupakan film-film Marvel atau DC Comics yang penuh tempelan CGI. George Miller, sutradara asal Australia ini, akan membawa penonton pada sebuah film laga klasik yang mengandalkan aksi nyata manusia, tanpa green screen.

Pada akhir tahun 70-an, Miller adalah sosok yang membawa Mad Maxsebagai sebuah fenomena internasional. Sempat dibuat dalam tiga film dengan aktor utama Mel Gibson, kini Miller datang lagi dengan format reboot-nya. Dalam format barunya ini, Miller seolah enggan membiarkan penonton untuk bernapas sejenak. Woro-worosudah diberikannya sejak layar dibuka.

Lewat mulut Max (Tom Hardy), kita tahu bahwa dunia sudah berubah menjadi tempat yang kejam. Manusia saling bunuh untuk memperebutkan minyak dan air bersih. Bumi berubah menjadi gurun pasir. Tak ada lagi pohon hijau. Manusia berkumpul dalam geng-geng. Adapun geng paling kuat adalah geng di Citadel yang dipimpin King Immortan Joe (Hugh Keays-Bryne).

Hanya dialah yang menguasai air bersih, membuatnya menjadi geng dengan pengikut terbanyak. Dia membangun pasukan tentara fanatik yang disebut War Boys, manusia setengah zombieyang kulitnya seperti dicat putih. Bagi mereka, Joe adalah Tuhan. Namun, ada satu orang kuat di Citadel yang memberontak pada Joe. Dialah Imperator Furiosa (Charlize Theron).

Membawa begitu banyak bensin dalam tangki truk War Rig yang dibawanya, Furiosa lari demi harapan menemukan dunia yang lebih baik. Joe dan pasukannya yang berkompi-kompi itupun mengejar Furiosa. Max pun ikut terseret di dalamnya. Hal yang paling menakjubkan dari Fury Road adalah bagaimana Miller mampu menampilkan visual yang detail sekaligus breathtaking.

Lihatlah saat dia menampilkan Immortan Joe untuk pertama kalinya. Dengan luka mengerikan di punggung dan tabung oksigen yang dibawa ke mana-mana, penonton sudah bisa menebak seperti apa kehidupan dan karakter Joe sebagai pemimpin. Begitu juga saat melihat Furiosa dengan rambut cepak, dahi hitam, dan tangan buntungnya.

Dengan standar visual dan detail yang tinggi, Miller juga mengembalikan ketegangan film laga pada aksi pertempuran sungguhan. Aksi kejarkejaran dengan mobil yang dimodifikasi, para pemain yang saling tinju, juga tembak-tembakan nyata. Lebih gila lagi, aksi-aksi ini didukung musik yang apik.

Tak hanya membuat musik latar yang sesuai adegan (dibuat oleh musisi Junkie XL), lihatlah bagaimana musik dibawa langsung ke depan layar dengan kemunculan pasukan Immortan Joe yang bertugas menabuh drum dan memainkan gitar listrik dengan suara yang meraungraung. Tiap kali adegan aksi semakin tinggi tensinya, maka tabuhan drum dan raungan gitar semakin nyaring bunyinya.

Ibarat api yang disiram bensin, tingkat ketegangan dan keseruan semakin berkobar-kobar. Sungguh, penonton tak akan diberi kesempatan bernapas. Satu hal yang juga menarik, Miller tampaknya memutuskan untuk membuat Max tak terlalu menonjol di film ini. Dibanding sebagai pemeran utama, Max lebih berperan sebagai sidekickbagi Furiosa.

Namun, justru di tangan Tom Hardy dan Charlize Theron, keputusan Miller ini membuat pesona Fury Road semakin berbeda dengan film laga kebanyakan yang biasanya diisi terlalu banyak steroid. Kabarnya, Miller memang berkonsultasi kepada seorang feminis demi menampilkan sosok perempuan kuat dan tangguh di film ini.

Sedikit bocoran, memang tak hanya Furiosa sosok perempuan kuat di film ini. Tak hanya epik di bagian adegan laga dan visual, skenario juga cukup diperhatikan oleh Fury Road. Meski tak banyak dialog, setiap ada percakapan atau narasi, setiap kata seperti dibuat dengan matang hingga penonton bisa menangkap kepedihan, kekelaman, juga harapan pada karakter-karakter dalam film ini.

Hollywood sepertinya harus belajar banyak tentang bagaimana membuat film laga dari Fury Road. Karena bagai paket lengkap, film ini tak hanya brutal dalam adegan, juga stylishdalam kemasan dan “berisi” dalam dialognya.

Herita endriana
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6288 seconds (0.1#10.140)