Es Krim Jamu, Sensasi Baru Menikmati Jamu
A
A
A
JAKARTA - Sudah bertahun-tahun menekuni dunia pengobatan herbal, membuat Retno Widati bersama komunitas Honocoro berpikir untuk membuat sebuah inovasi dari minuman herbal khas Indonesia, yakni jamu.
Jamu yang biasa dikenal dengan minuman yang pahit dan kerap ‘ditakuti’ oleh anak-anak kecil kini telah berubah menjadi sesuatu yang justru dicari oleh masyarakat.
Sebab, pada bulan Desember tahun 2011 silam, Retno telah memperkenalkan sebuah inovasi baru yakni es krim jamu. Setelah melalui beberapa proses panjang, akhirnya beliau mantap untuk membuat pelatihan es krim jamu untuk masyarakat yang ingin belajar membuatnya. Meski terdengar aneh, namun es krim jamu ini ternyata digemari oleh semua kalangan.
“Saya dengan Komunitas Honocoro, bikin jamu sejak zaman pemerintahan pak Soeharto. Kita ngumpul, mikir kok bosen ya jamu terus, bisa nggak ya dibuat es krim? Saya coba dengan alat seadanya. Saya panggil para pengrajin es krim, lebih dari 3 orang untuk mempresentasikan di depan saya. Macem-macem ternyata resep mereka pun beda-beda. Akhirnya saya ringkas yang paling praktis dan sehat. Kami menyasar terutama anak muda dan anak kecil supaya minum jamu dengan enjoy. Supaya jamu tidak menjadi sarana untuk nakut-nakutin anak, jamu seolah momok yang menakutkan. Supaya regenerasi itu ada, dari anak, remaja, sampai manula. Karena jamu itu kekayaan bangsa Indonesia,” jelas Retno ketika ditemui di Kawasan Matraman, Jakarta, Sabtu (16/5/2015).
Sejak munculnya es krim jamu ternyata semakin banyak masyarakat yang kembali sadar akan eksistensi jamu di Indonesia. Hal ini yang membuat pelatihan yang dibuat oleh Retno ramai pengunjung untuk belajar membuat es krim jamu.
Orang-orang yang datang ke kedai jamu milik Retno berasal dari beragam profesi dan tujuan. Ada yang memang ingin belajar untuk membuka usaha, ada pula yang datang untuk mendalami ilmu dan membagikannya lagi ke orang-orang disekitar mereka.
“Responsenya cukup baik ya. Banyak yang datang untuk belajar. Yang ikut pelatihan disini macam-macam, memang ada yang niat mau jualan, atau ada guru yang datang untuk kemudian mengajarkan ke murid-muridnya. Jadi lebih ke training for trainer. Biasanya kita setiap hari Minggu dan hari besar. Sama sekali tidak dipungut biaya. Semua jamu bisa dibuat es krim jamu. Kunyit asem bisa, bandrek bisa, tapi yang jadi favorit itu beras kencur” tambah bu Retno.
Salah satu peserta pelatihan es krim jamu milik Retno, Rini Sugiyati mengaku, berminat mengikuti pelatihan ini karena memang es krim jamu masih jarang ditemui di Indonesia. Ia juga berharap, dapat membuka usaha sendiri usai mempelajari cara pembuatan es krim jamu ini.
“Pertama tahu dari temen, di facebook. Aku cari nomor telepon ibu Retno, aku telepon kesini aja, oh ngasih pelatihan gratis, jadi ikutan deh. Menarik aja karena jamu di bikin es krim belum banyak kayaknya ya di Indonesia, masih jarang. Rasanya juga enak ya, manisnya terasa. Untuk pertama sih pengen bisa dulu, nantinya semoga bisa buka usaha. Pengen tahu es krim jamu gimana. Aku juga geraknya di bidang farmasi ya, jadi pengen tahu aja. Semoga bisa buka usaha sendiri sih mbak, amin,” ujarnya.
Untuk kedepannya, Retno berharap seluruh kalangan dapat turut membantu melestarikan jamu untuk generasi selanjutnya.
Menurutnya jamu merupakan warisan Nusantara yang sayang jika harus punah. Ia juga sedang dalam proses untuk memikirkan inovasi baru selain es krim dari jamu, yakni agar-agar jamu.
“Ya untuk kedepannya mungkin agar-agar herbal, agar-agar dari jamu. Saya sudah bikin untuk anak-anak sih tapi masih belum” pungkasnya.
Jamu yang biasa dikenal dengan minuman yang pahit dan kerap ‘ditakuti’ oleh anak-anak kecil kini telah berubah menjadi sesuatu yang justru dicari oleh masyarakat.
Sebab, pada bulan Desember tahun 2011 silam, Retno telah memperkenalkan sebuah inovasi baru yakni es krim jamu. Setelah melalui beberapa proses panjang, akhirnya beliau mantap untuk membuat pelatihan es krim jamu untuk masyarakat yang ingin belajar membuatnya. Meski terdengar aneh, namun es krim jamu ini ternyata digemari oleh semua kalangan.
“Saya dengan Komunitas Honocoro, bikin jamu sejak zaman pemerintahan pak Soeharto. Kita ngumpul, mikir kok bosen ya jamu terus, bisa nggak ya dibuat es krim? Saya coba dengan alat seadanya. Saya panggil para pengrajin es krim, lebih dari 3 orang untuk mempresentasikan di depan saya. Macem-macem ternyata resep mereka pun beda-beda. Akhirnya saya ringkas yang paling praktis dan sehat. Kami menyasar terutama anak muda dan anak kecil supaya minum jamu dengan enjoy. Supaya jamu tidak menjadi sarana untuk nakut-nakutin anak, jamu seolah momok yang menakutkan. Supaya regenerasi itu ada, dari anak, remaja, sampai manula. Karena jamu itu kekayaan bangsa Indonesia,” jelas Retno ketika ditemui di Kawasan Matraman, Jakarta, Sabtu (16/5/2015).
Sejak munculnya es krim jamu ternyata semakin banyak masyarakat yang kembali sadar akan eksistensi jamu di Indonesia. Hal ini yang membuat pelatihan yang dibuat oleh Retno ramai pengunjung untuk belajar membuat es krim jamu.
Orang-orang yang datang ke kedai jamu milik Retno berasal dari beragam profesi dan tujuan. Ada yang memang ingin belajar untuk membuka usaha, ada pula yang datang untuk mendalami ilmu dan membagikannya lagi ke orang-orang disekitar mereka.
“Responsenya cukup baik ya. Banyak yang datang untuk belajar. Yang ikut pelatihan disini macam-macam, memang ada yang niat mau jualan, atau ada guru yang datang untuk kemudian mengajarkan ke murid-muridnya. Jadi lebih ke training for trainer. Biasanya kita setiap hari Minggu dan hari besar. Sama sekali tidak dipungut biaya. Semua jamu bisa dibuat es krim jamu. Kunyit asem bisa, bandrek bisa, tapi yang jadi favorit itu beras kencur” tambah bu Retno.
Salah satu peserta pelatihan es krim jamu milik Retno, Rini Sugiyati mengaku, berminat mengikuti pelatihan ini karena memang es krim jamu masih jarang ditemui di Indonesia. Ia juga berharap, dapat membuka usaha sendiri usai mempelajari cara pembuatan es krim jamu ini.
“Pertama tahu dari temen, di facebook. Aku cari nomor telepon ibu Retno, aku telepon kesini aja, oh ngasih pelatihan gratis, jadi ikutan deh. Menarik aja karena jamu di bikin es krim belum banyak kayaknya ya di Indonesia, masih jarang. Rasanya juga enak ya, manisnya terasa. Untuk pertama sih pengen bisa dulu, nantinya semoga bisa buka usaha. Pengen tahu es krim jamu gimana. Aku juga geraknya di bidang farmasi ya, jadi pengen tahu aja. Semoga bisa buka usaha sendiri sih mbak, amin,” ujarnya.
Untuk kedepannya, Retno berharap seluruh kalangan dapat turut membantu melestarikan jamu untuk generasi selanjutnya.
Menurutnya jamu merupakan warisan Nusantara yang sayang jika harus punah. Ia juga sedang dalam proses untuk memikirkan inovasi baru selain es krim dari jamu, yakni agar-agar jamu.
“Ya untuk kedepannya mungkin agar-agar herbal, agar-agar dari jamu. Saya sudah bikin untuk anak-anak sih tapi masih belum” pungkasnya.
(nfl)