Wanita Lebih Rentan Terserang Sembelit
A
A
A
JAKARTA - Ternyata wanita paling rentan mengalami sembelit. Berdasarkan sebuah survei yang meliputi 13.879 responden yang dilakukan oleh Arnold Wald (University of Pittsburg Medical Center, 2009), sebanyak
39-67% mengalami sembelit atau buang air besar (BAB) lebih dari tiga tahun, 30-71% mengalami gejala sembelit lebih, atau sama dengan satu kali dalam satu minggu, serta wanita lebih banyak mengalami sembelit dibandingkan para pria.
Prevalensi sembelit juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan pada kelas masyarakat sosial-ekonomi rendah. Di Amerika Serikat, sembelit dialami oleh 28% penduduknya.
Sementara itu, data RSCM tahun 1998-2005 menyebutkan, dari 2.397 pasien yang dilakukan klonoskopi (pemeriksaan usus besar), sebanyak 9% terindikasi sembelit.
Sedangkan dari pasien yang melakukan klonoskopi tersebut, didapat 7,94% yang mengidap kanker kolorektal (usus).
Senior Brand Manager Dulcolax Indra Sugiharto menuturkan, kejadian sembelit cukup tinggi terjadi di Tanah Air. Sebuah riset menyatakan bahwa satu dari dua orang mengalami susah BAB dalam tiga bulan terakhir.
Bahkan, wanita memiliki risiko empat kali lebih tinggi menderita sembelit dibandingkan dengan pria. Pada kesempatan itu, Indra juga menyayangkan, di tengah masyarakat Indonesia banyak pengananan sembelit yang tidak benar.
“Sembelit kerap dianggap masalah enteng oleh masyarakat dan banyak yang tidak mengetahui
cara penanganan dan pencegahannya dengan baik,” jelasnya dalam keterangan pers di
Jakarta.
Staf pengajar divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, menyarankan agar setiap orang agar menerapkan gaya hidup sehat, yakni dengan mengoptimalkan aktivitas fisik dan berolaharaga, serta minum air putih yang cukup, yaitu 8-10 gelas dalam sehari untuk orang dewasa.
Selain itu, ubah kebiasaan makanan yang berlemak dan diganti dengan konsumsi serat
tinggi, yaitu buah dan sayur.
Sebuah penelitian juga mengungkapkan, bahwa konsumsi masyarakat Indonesia terhadap serat
baru mencapai 1/3 dari porsi yang dianjurkan yaitu 24 gram.
Dia juga menyarankan, untuk lebih baik mendapatkan serat dengan cara alami ketimbang mengonsumsi suplemen. Karena, suplemen umumnya terbuat dari zat kimia dan kurang baik jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Tidak hanya itu, mengkonsumsi probiotik berupa yogurt juga
menjadi solusi mencegah sembelit.
“Namun, apabila telah terlanjur mengalami sembelit, sebaiknya seseorang memilih obat yang mengandung bulk laxative dan stimulant laxative. Peranan obat pencahar tersebut efektif mengatasi sembelit kronis berdasarkan studi keperpustakaan, analisis data klinis, dan berbabagi penelitian,” ucap Ari.
Adanya mitos dan stres yang bisa menyebabkan sembelit, Ari membenarkan. Dia mengaku masyarakat yang tidak mengerti tentang definisi sembelit.
Karena itu, muncul mitos-mitos yang salah dalam penanganannya. Sembelit adalah frekuensi BAB yang hanya kurang atau maksimal dua kali seminggu, atau adanya BAB yang keras setiap hari.
“Jika dibiarkan, sembelit berisiko memengaruhi kualitas hidup karena adanya perasaan tidak nyaman dengan perut, serta menimbulkan beberapa penyakit, yaitu ambeien, pendarahan, perlukaan, dan polip. Bahkan, kalau kondisinya parah juga bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker usus,” terangnya.
Lebih jauh Ari juga menyampaikan, masyarakat umumnya tidak sadar bahwa kaum hawa lebih
banyak berisiko terkena sembelit dibandingkan pria, bahkan telah dibuktikan oleh banyak penelitian.
Hal tersebut bisa terjadi karena faktor hormonal wanita dan kebiasaan kurang gerak. Ditambah lagi, wanita paling ribet dalam urusan ke toilet. Bila sedang berada di luar rumah dan menemukan toilet yang tidak nyaman, perempuan umumnya lebih memilih untuk menahan BAB. Padahal, semakin lama di tahan, bentuk feses akan menjadi keras, sehingga menyulitkan proses mengejan.
39-67% mengalami sembelit atau buang air besar (BAB) lebih dari tiga tahun, 30-71% mengalami gejala sembelit lebih, atau sama dengan satu kali dalam satu minggu, serta wanita lebih banyak mengalami sembelit dibandingkan para pria.
Prevalensi sembelit juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan pada kelas masyarakat sosial-ekonomi rendah. Di Amerika Serikat, sembelit dialami oleh 28% penduduknya.
Sementara itu, data RSCM tahun 1998-2005 menyebutkan, dari 2.397 pasien yang dilakukan klonoskopi (pemeriksaan usus besar), sebanyak 9% terindikasi sembelit.
Sedangkan dari pasien yang melakukan klonoskopi tersebut, didapat 7,94% yang mengidap kanker kolorektal (usus).
Senior Brand Manager Dulcolax Indra Sugiharto menuturkan, kejadian sembelit cukup tinggi terjadi di Tanah Air. Sebuah riset menyatakan bahwa satu dari dua orang mengalami susah BAB dalam tiga bulan terakhir.
Bahkan, wanita memiliki risiko empat kali lebih tinggi menderita sembelit dibandingkan dengan pria. Pada kesempatan itu, Indra juga menyayangkan, di tengah masyarakat Indonesia banyak pengananan sembelit yang tidak benar.
“Sembelit kerap dianggap masalah enteng oleh masyarakat dan banyak yang tidak mengetahui
cara penanganan dan pencegahannya dengan baik,” jelasnya dalam keterangan pers di
Jakarta.
Staf pengajar divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, menyarankan agar setiap orang agar menerapkan gaya hidup sehat, yakni dengan mengoptimalkan aktivitas fisik dan berolaharaga, serta minum air putih yang cukup, yaitu 8-10 gelas dalam sehari untuk orang dewasa.
Selain itu, ubah kebiasaan makanan yang berlemak dan diganti dengan konsumsi serat
tinggi, yaitu buah dan sayur.
Sebuah penelitian juga mengungkapkan, bahwa konsumsi masyarakat Indonesia terhadap serat
baru mencapai 1/3 dari porsi yang dianjurkan yaitu 24 gram.
Dia juga menyarankan, untuk lebih baik mendapatkan serat dengan cara alami ketimbang mengonsumsi suplemen. Karena, suplemen umumnya terbuat dari zat kimia dan kurang baik jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Tidak hanya itu, mengkonsumsi probiotik berupa yogurt juga
menjadi solusi mencegah sembelit.
“Namun, apabila telah terlanjur mengalami sembelit, sebaiknya seseorang memilih obat yang mengandung bulk laxative dan stimulant laxative. Peranan obat pencahar tersebut efektif mengatasi sembelit kronis berdasarkan studi keperpustakaan, analisis data klinis, dan berbabagi penelitian,” ucap Ari.
Adanya mitos dan stres yang bisa menyebabkan sembelit, Ari membenarkan. Dia mengaku masyarakat yang tidak mengerti tentang definisi sembelit.
Karena itu, muncul mitos-mitos yang salah dalam penanganannya. Sembelit adalah frekuensi BAB yang hanya kurang atau maksimal dua kali seminggu, atau adanya BAB yang keras setiap hari.
“Jika dibiarkan, sembelit berisiko memengaruhi kualitas hidup karena adanya perasaan tidak nyaman dengan perut, serta menimbulkan beberapa penyakit, yaitu ambeien, pendarahan, perlukaan, dan polip. Bahkan, kalau kondisinya parah juga bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker usus,” terangnya.
Lebih jauh Ari juga menyampaikan, masyarakat umumnya tidak sadar bahwa kaum hawa lebih
banyak berisiko terkena sembelit dibandingkan pria, bahkan telah dibuktikan oleh banyak penelitian.
Hal tersebut bisa terjadi karena faktor hormonal wanita dan kebiasaan kurang gerak. Ditambah lagi, wanita paling ribet dalam urusan ke toilet. Bila sedang berada di luar rumah dan menemukan toilet yang tidak nyaman, perempuan umumnya lebih memilih untuk menahan BAB. Padahal, semakin lama di tahan, bentuk feses akan menjadi keras, sehingga menyulitkan proses mengejan.
(nfl)