Standar Baru Ekspedisi Mobil
A
A
A
EKSPEDISI Tanah Rencong jadi pembuktian ketangguhan All New Nissan NP 300 Navara dalam menghadapi kerasnya ujian dari alam. Seperti apa cerita mobil ini saat melintasi Taman Nasional Gunung Leuser?
Ketika undangan media test drive dengan judul Ekspedisi Tanah Rencong All New Nissan NP300 Navara dari Nissan Motor Indonesia (NMI) datang ke meja redaksi, tanpa banyak pikir KORAN SINDO menyatakan kesediaan. Bayangan keindahan alam Nanggroe Aceh Darussalam dan tantangan berkendara di rute jalan lintas Sumatera yang kesohor terlalu menarik untuk dikesampingkan.
Pada 20 Januari pukul 11.00 WIB saya sudah duduk di balik kemudi All New NP300 Navara di pelataran parkir Bandara Maimun Saleh, Sabang, NAD. Total ada 22 jurnalis dari berbagai media yang diundang. Ada perasaan majestic berada dalam iring-iringan tujuh mobil yang terlihat sangar, tapi tetap ganteng ini. Hari pertama tersebut dilalui dengan kekaguman akan kenyaman dan tenaga Navara.
Sayang pada hari itu awak media masih belum bisa menjajal ketangguhan mesin Navara karena tak ada rute yang terhitung menantang. Pada hari kedua harapan para jurnalis mulai terpenuhi. Setelah diseberangkan dengan kapal feri dari Sabang, Navara bisa digeber di jalan lintas Sumatera yang terkenal sangat menantang. Para jurnalis harus melahap dua etape hari itu, yaitu Banda Aceh-Bireun (215 km) dan Bireun- Takengon (105 km).
Tenaga yang dimiliki Navara terasa masih sangat berlebih untuk melahap kedua rute tersebut. Pada rute Banda Aceh-Bireun saya kebagian menjadi penumpang di Navara tipe SL dengan transmisi manual. Baru pada rute Bireun-Takengon saya mendapat kesempatan menjadi pengemudi dan kebetulan kami bertukar mobil ke kasta tertinggi Navara, yaitu tipe VL dengan transmisi otomatis.
Rute pegunungan yang berkelok-kelok diterjang dengan mudah dan sangat menyenangkan. Transmisi otomatisnya sangat responsif dengan pergantian gigi yang sangat halus. Sekalipun keasyikan mengemudi, hari itu saya masih kurang puas karena belum mengetes mobil off-road ini pada habitatnya.
Ada pepatah yang mengatakan “berhati-hatilah atas apa yang Anda inginkan” dan rupanya harapan itulah yang terwujud karena ketidaksengajaan. Tujuh Navara dan tiga Nissan X-Trail tim pendukung yang sejatinya akan melahap 195 KM rute Takengon-Meulaboh sukses nyasar karena mengikuti GPS yang mengarahkan ke jalur lain.
Setelah sekitar empat jam berjalan barulah kami semua tersadar bahwa rombongan sudah terlempar jauh dari rute sebenarnya. Mengabari tim pendukung mengenai keberadaan kami tak mungkin dilakukan karena ketiadaan sinyal operator seluler. Akhirnya pada pukul 14.00 kami memutuskan untuk beristirahat di Kampung Batu Kapur, Kabupaten Gayo Lues setelah menempuh sekitar 200 km.
Di tempat tersebut kami beberapa penduduk menyarankan untuk kembali karena jalur ke depan sangat berat. Namun karena tertantang, rombongan memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan. Benar saja baru beberapa saat berjalan, dari titik perhentian terakhir rute kian memburuk. Dua jam dari Batu Kapur, menu pembuka langsung dihidangkan. Kami harus berhadapan dengan tanjakan curam sekitar 30-40 derajat dengan kontur batu. Keraguan mulai menghinggapi peserta ekspedisi, terlebih waktu sudah menunjukkan pukul 17.30.
Mulai timbul keraguan pada peserta Ekspedisi Tanah Rencong, tapi semangat petualangan dan dorongan adrenalin yang kuat membuat para peserta ekspedisi tak mau berputar kembali ke Takengon. Sepanjang jalan kami harus melahap tanjakan dengan batu-batu yang licin diguyur hujan, bahkan di beberapa titik harus menerjang lumpur.
Masuk ke Taman Nasional Gunung Leuser
Navara yang kami gunakan murni spek dari dealer dengan ban jalanan alih-alih ban offr-oad, tapi sama sekali tak mengalami kesulitan melewati medan berat itu. Bahkan teknologi state of the art dari Nissan yang dibenamkan di Navara sangat memudahkan saya yang sama sekali tidak pernah off-road ini.
Fitur hill climb assist dan hill descent control membuat tugas menerjang bukit dan lembah menjadi pekerjaan yang relatif mudah. Terlebih lagi, kekuatan mesin dan transmisi Navara tak perlu diragukan dengan crawl ratio (sangat penting untuk mendaki di off-road ) berlimpah, yaitu 46,996:1 untuk transmisi manual serta 44,57 untuk transmisi otomatis.
Namun, tantangannya bukan hanya tanjakan dan turunan curam serta jalan yang hancur lebur, ada juga longsor dan pohon tumbang yang mengintai. Benar saja pada pukul 20.00, kami dihadapkan pada pohon tumbang dengan diameter kira-kira 50 cm. Beruntung sebelumnya kami berpapasan dengan penduduk yang bekerja sebagai pengantar makanan untuk para pekerja di hutan bernama Pak Sabar.
Dia bersama pihak event organizer menggunakan motor yang sudah diseberangkan melintasi pohon tumbang meminta bantuan penebang kayu yang ada di sekitaran wilayah tersebut. Pada saat itu juga kami baru tahu, ternyata kami sudah ada di dalam area Taman Nasional Gunung Leuser tanpa peralatan yang memadai. Namun tantangan belum berhenti, hanya 30 menit dari lokasi pohon tumbang ada longsoran yang menutupi badan jalan.
Kami pun harus menyerahkan kemudi kepada dua jurnalis yang kebetulan offroader untuk meminimalisasi risiko. Setelah lolos dari tanah longsor, rupanya kesialan kembali terjadi. Salah satu Navara terperosok ke parit sehingga mobil rebah bersender pada badan bagian kanan.
Berkat kerja sama tim, mobil tersebut bisa dikeluarkan dari parit. Setelah itu, perjalanan lancar hingga kami bertemu aspal kembali. Akhirnya pada pukul 00.30 dini hari kami sampai ke persimpangan desa Air Merah, Babahrot. Ada kepuasan luar biasa dalam ekspedisi ini. Sekalipun nyasarnya kami ini adalah buah dari keteledoran, kepuasan dan pengalaman yang didapat sangat mengagumkan.
Yes, sometimes shit happens . And shit happens for a reason . Kalau tidak nyasar, mungkin dahaga kami akan kemampuan sesungguhnya All New Nissan NP300 Navara di alam liar tentu tidak pernah tuntas.
Pangeran ahmad nurdin
Ketika undangan media test drive dengan judul Ekspedisi Tanah Rencong All New Nissan NP300 Navara dari Nissan Motor Indonesia (NMI) datang ke meja redaksi, tanpa banyak pikir KORAN SINDO menyatakan kesediaan. Bayangan keindahan alam Nanggroe Aceh Darussalam dan tantangan berkendara di rute jalan lintas Sumatera yang kesohor terlalu menarik untuk dikesampingkan.
Pada 20 Januari pukul 11.00 WIB saya sudah duduk di balik kemudi All New NP300 Navara di pelataran parkir Bandara Maimun Saleh, Sabang, NAD. Total ada 22 jurnalis dari berbagai media yang diundang. Ada perasaan majestic berada dalam iring-iringan tujuh mobil yang terlihat sangar, tapi tetap ganteng ini. Hari pertama tersebut dilalui dengan kekaguman akan kenyaman dan tenaga Navara.
Sayang pada hari itu awak media masih belum bisa menjajal ketangguhan mesin Navara karena tak ada rute yang terhitung menantang. Pada hari kedua harapan para jurnalis mulai terpenuhi. Setelah diseberangkan dengan kapal feri dari Sabang, Navara bisa digeber di jalan lintas Sumatera yang terkenal sangat menantang. Para jurnalis harus melahap dua etape hari itu, yaitu Banda Aceh-Bireun (215 km) dan Bireun- Takengon (105 km).
Tenaga yang dimiliki Navara terasa masih sangat berlebih untuk melahap kedua rute tersebut. Pada rute Banda Aceh-Bireun saya kebagian menjadi penumpang di Navara tipe SL dengan transmisi manual. Baru pada rute Bireun-Takengon saya mendapat kesempatan menjadi pengemudi dan kebetulan kami bertukar mobil ke kasta tertinggi Navara, yaitu tipe VL dengan transmisi otomatis.
Rute pegunungan yang berkelok-kelok diterjang dengan mudah dan sangat menyenangkan. Transmisi otomatisnya sangat responsif dengan pergantian gigi yang sangat halus. Sekalipun keasyikan mengemudi, hari itu saya masih kurang puas karena belum mengetes mobil off-road ini pada habitatnya.
Ada pepatah yang mengatakan “berhati-hatilah atas apa yang Anda inginkan” dan rupanya harapan itulah yang terwujud karena ketidaksengajaan. Tujuh Navara dan tiga Nissan X-Trail tim pendukung yang sejatinya akan melahap 195 KM rute Takengon-Meulaboh sukses nyasar karena mengikuti GPS yang mengarahkan ke jalur lain.
Setelah sekitar empat jam berjalan barulah kami semua tersadar bahwa rombongan sudah terlempar jauh dari rute sebenarnya. Mengabari tim pendukung mengenai keberadaan kami tak mungkin dilakukan karena ketiadaan sinyal operator seluler. Akhirnya pada pukul 14.00 kami memutuskan untuk beristirahat di Kampung Batu Kapur, Kabupaten Gayo Lues setelah menempuh sekitar 200 km.
Di tempat tersebut kami beberapa penduduk menyarankan untuk kembali karena jalur ke depan sangat berat. Namun karena tertantang, rombongan memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan. Benar saja baru beberapa saat berjalan, dari titik perhentian terakhir rute kian memburuk. Dua jam dari Batu Kapur, menu pembuka langsung dihidangkan. Kami harus berhadapan dengan tanjakan curam sekitar 30-40 derajat dengan kontur batu. Keraguan mulai menghinggapi peserta ekspedisi, terlebih waktu sudah menunjukkan pukul 17.30.
Mulai timbul keraguan pada peserta Ekspedisi Tanah Rencong, tapi semangat petualangan dan dorongan adrenalin yang kuat membuat para peserta ekspedisi tak mau berputar kembali ke Takengon. Sepanjang jalan kami harus melahap tanjakan dengan batu-batu yang licin diguyur hujan, bahkan di beberapa titik harus menerjang lumpur.
Masuk ke Taman Nasional Gunung Leuser
Navara yang kami gunakan murni spek dari dealer dengan ban jalanan alih-alih ban offr-oad, tapi sama sekali tak mengalami kesulitan melewati medan berat itu. Bahkan teknologi state of the art dari Nissan yang dibenamkan di Navara sangat memudahkan saya yang sama sekali tidak pernah off-road ini.
Fitur hill climb assist dan hill descent control membuat tugas menerjang bukit dan lembah menjadi pekerjaan yang relatif mudah. Terlebih lagi, kekuatan mesin dan transmisi Navara tak perlu diragukan dengan crawl ratio (sangat penting untuk mendaki di off-road ) berlimpah, yaitu 46,996:1 untuk transmisi manual serta 44,57 untuk transmisi otomatis.
Namun, tantangannya bukan hanya tanjakan dan turunan curam serta jalan yang hancur lebur, ada juga longsor dan pohon tumbang yang mengintai. Benar saja pada pukul 20.00, kami dihadapkan pada pohon tumbang dengan diameter kira-kira 50 cm. Beruntung sebelumnya kami berpapasan dengan penduduk yang bekerja sebagai pengantar makanan untuk para pekerja di hutan bernama Pak Sabar.
Dia bersama pihak event organizer menggunakan motor yang sudah diseberangkan melintasi pohon tumbang meminta bantuan penebang kayu yang ada di sekitaran wilayah tersebut. Pada saat itu juga kami baru tahu, ternyata kami sudah ada di dalam area Taman Nasional Gunung Leuser tanpa peralatan yang memadai. Namun tantangan belum berhenti, hanya 30 menit dari lokasi pohon tumbang ada longsoran yang menutupi badan jalan.
Kami pun harus menyerahkan kemudi kepada dua jurnalis yang kebetulan offroader untuk meminimalisasi risiko. Setelah lolos dari tanah longsor, rupanya kesialan kembali terjadi. Salah satu Navara terperosok ke parit sehingga mobil rebah bersender pada badan bagian kanan.
Berkat kerja sama tim, mobil tersebut bisa dikeluarkan dari parit. Setelah itu, perjalanan lancar hingga kami bertemu aspal kembali. Akhirnya pada pukul 00.30 dini hari kami sampai ke persimpangan desa Air Merah, Babahrot. Ada kepuasan luar biasa dalam ekspedisi ini. Sekalipun nyasarnya kami ini adalah buah dari keteledoran, kepuasan dan pengalaman yang didapat sangat mengagumkan.
Yes, sometimes shit happens . And shit happens for a reason . Kalau tidak nyasar, mungkin dahaga kami akan kemampuan sesungguhnya All New Nissan NP300 Navara di alam liar tentu tidak pernah tuntas.
Pangeran ahmad nurdin
(ftr)