Bedah Saraf Tanpa Sayatan
A
A
A
OTAK dan sumsum tulang belakang merupakan salah satu sistem organ yang paling kompleks dan canggih di dalam tubuh manusia.
Sistem organ ini mengatur hampir seluruh aktivitas hidup manusia, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Oleh karena itu, adanya gangguan ataupun penyakit pada otak memerlukan perhatian dan penanganan yang sangat khusus sehingga tingkat kesulitan operasi bedah saraf sangat tinggi.
Setelah memahami pentingnya struktur otak, maka penanganan penyakit bedah saraf sudah seharusnya dilakukan secara minimal invasif, untuk menurunkan risiko dan komplikasi operasi. Dengan demikian, konsep patient safetydapat diwujudkan secara lebih maksimal.
“Teknologi minimal invasif, seperti lubang kunci yang hanya dengan bukaan yang kecil kita bisa mengintip dan masuk ke dalam area otak yang luas,” kata dokter spesialis bedah saraf Dr Mardjono Tjahjadi SpBS dalam acara seminar kesehatan mengenai penanganan terkini di bedah saraf di Penang Bistro, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bedah saraf minimal invasif dapat dilakukan dalam beberapa metode seperti microsurgery yang menggunakan mikroskop operasi, endoscopicsurgery yang menggunakan neuroendoscopic, stereotacticsurgery yang menggunakan frame dan software stereotacticdan endovascularsurgery yang menggunakan kateter dari arteri femoralis ataupun arteri lainnya. Masing-masing metode memiliki indikasi, kelebihan, dan kekurangan.
Pemilihan modalitas tentu berdasarkan sifat penyakit pasien, keterampilan dokter, ketersediaan peralatan medis, dan kesiapan tim. “Dalam microsurgery kita menggunakan mikroskop, hampir semua kelainan di kepala dan tulang punggung bisa diselesaikan dengan microsurgeryini sehingga saat ini microsurgery masih jadi andalan untuk bedah minimal invasif,” kata Dr Mardjono.
Menurut dia, teknologi mikroskop semakin maju. Dia menuturkan, mikroskop saat ini bisa menggambarkan suatu penyakit dengan 3D. “Lalu, sudah bisa memberikan gambaran batasan-batasan tumor sehingga bedah saraf saat ini dengan memencet satu tombol saja di layar langsung bisa terlihat di mana tumor itu. Itu sangat membantu,” katanya.
Bedah saraf mikro memang masih menjadi andalan dalam bedah minimal invasif untuk mengatasi sebagian besar penyakit bedah saraf. Selain majunya sistem mikroskop, perangkat lain seperti mikroinstrumen, navigasi, dan monitoring pun semakin maju sehingga memungkinkan pengangkatan lesi di otak secara aman.
Bedah endoskopi merupakan terapi pilihan untuk pengangkatan tumor otak tertentu yang berada pada dasar tengkorak, seperti adenomia hiposfisis. Penyakit-penyakit lain yang dapat dilakukan dengan bedah endoskopi adalah penyakit pada sistem ventrikel otak dan penyakit pada tulang punggung. Stereotacticsurgery merupakan terapi pilihan untuk kasus-kasus tumor otak yang dalam.
Selain itu, modalitas ini juga dapat dilakukan pada kasuskasus yang memerlukan stimulasi otak dalam, seperti pada penyakit parkinson. Sementara endovascularsurgery merupakan terapi pilihan pada kasuskasus aneurisma tertentu yang sulit dicapai dengan tindakan microsurgery.
Tindakan ini juga dapat dilakukan sebagai pendukung terapi pembedahan, seperti pada tumor otak yang berdarah dan malformasi arteri-vena otak. “Dalam teknologi minimal invasif ini 99% pasien hampir tidak ada keluhan karena benar-benar minimal,” kata dr Mardjono.
Iman firmansyah
Sistem organ ini mengatur hampir seluruh aktivitas hidup manusia, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Oleh karena itu, adanya gangguan ataupun penyakit pada otak memerlukan perhatian dan penanganan yang sangat khusus sehingga tingkat kesulitan operasi bedah saraf sangat tinggi.
Setelah memahami pentingnya struktur otak, maka penanganan penyakit bedah saraf sudah seharusnya dilakukan secara minimal invasif, untuk menurunkan risiko dan komplikasi operasi. Dengan demikian, konsep patient safetydapat diwujudkan secara lebih maksimal.
“Teknologi minimal invasif, seperti lubang kunci yang hanya dengan bukaan yang kecil kita bisa mengintip dan masuk ke dalam area otak yang luas,” kata dokter spesialis bedah saraf Dr Mardjono Tjahjadi SpBS dalam acara seminar kesehatan mengenai penanganan terkini di bedah saraf di Penang Bistro, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bedah saraf minimal invasif dapat dilakukan dalam beberapa metode seperti microsurgery yang menggunakan mikroskop operasi, endoscopicsurgery yang menggunakan neuroendoscopic, stereotacticsurgery yang menggunakan frame dan software stereotacticdan endovascularsurgery yang menggunakan kateter dari arteri femoralis ataupun arteri lainnya. Masing-masing metode memiliki indikasi, kelebihan, dan kekurangan.
Pemilihan modalitas tentu berdasarkan sifat penyakit pasien, keterampilan dokter, ketersediaan peralatan medis, dan kesiapan tim. “Dalam microsurgery kita menggunakan mikroskop, hampir semua kelainan di kepala dan tulang punggung bisa diselesaikan dengan microsurgeryini sehingga saat ini microsurgery masih jadi andalan untuk bedah minimal invasif,” kata Dr Mardjono.
Menurut dia, teknologi mikroskop semakin maju. Dia menuturkan, mikroskop saat ini bisa menggambarkan suatu penyakit dengan 3D. “Lalu, sudah bisa memberikan gambaran batasan-batasan tumor sehingga bedah saraf saat ini dengan memencet satu tombol saja di layar langsung bisa terlihat di mana tumor itu. Itu sangat membantu,” katanya.
Bedah saraf mikro memang masih menjadi andalan dalam bedah minimal invasif untuk mengatasi sebagian besar penyakit bedah saraf. Selain majunya sistem mikroskop, perangkat lain seperti mikroinstrumen, navigasi, dan monitoring pun semakin maju sehingga memungkinkan pengangkatan lesi di otak secara aman.
Bedah endoskopi merupakan terapi pilihan untuk pengangkatan tumor otak tertentu yang berada pada dasar tengkorak, seperti adenomia hiposfisis. Penyakit-penyakit lain yang dapat dilakukan dengan bedah endoskopi adalah penyakit pada sistem ventrikel otak dan penyakit pada tulang punggung. Stereotacticsurgery merupakan terapi pilihan untuk kasus-kasus tumor otak yang dalam.
Selain itu, modalitas ini juga dapat dilakukan pada kasuskasus yang memerlukan stimulasi otak dalam, seperti pada penyakit parkinson. Sementara endovascularsurgery merupakan terapi pilihan pada kasuskasus aneurisma tertentu yang sulit dicapai dengan tindakan microsurgery.
Tindakan ini juga dapat dilakukan sebagai pendukung terapi pembedahan, seperti pada tumor otak yang berdarah dan malformasi arteri-vena otak. “Dalam teknologi minimal invasif ini 99% pasien hampir tidak ada keluhan karena benar-benar minimal,” kata dr Mardjono.
Iman firmansyah
(ftr)