Demam Akik di Bumi Batara Guru
A
A
A
Rasanya saya selama ini memandang sebelah mata terhadap fenomena yang sedang membuat negeri ini demam.
Demam yang lebih parah daripada demam berdarah, yakni demam akik. Jauh sebelum demam akik melanda, saya sudah mencintai batu permata asli Indonesia. Kebetulan saya punya hobi merangkai perhiasan sendiri. Seperti yang pernah saya tulis di buku Miss Jinjing Jakarta , Pasar Rawa Bening adalah salah satu “taman bermain kesayangan saya”.
Ceritanya nih, sebulan lalu sahabat saya, Ichi Fauziah, anggota DPR RI Komisi IX, baru pulang dari kegiatannya di dapilnya, Sulawesi Selatan. Dia membawa sekotak perhiasan, penuh dengan batu akik dari daerah asalnya, Kabupaten Luwu Timur. Kebetulan ayahanda, Drs Andi Hatta M, adalah Bupati Kabupaten Luwu Timur. Saya kaget sekali melihat batu-batu akik yang ada di kotak itu. Sumpah! Bagus banget.
Saya langsung bilang, “Chi, ini luar biasa, cantik banget!” Ichi langsung cerita kalau Luwu Timur sungguh kaya batu-batuan yang hanya ada di Luwu Timur. Namun, sepertinya teman-teman perajin batu akik di Luwu Timur masih kekurangan mesin potong, mesin poles yang canggih, dan pastinya pelatihan. Saya langsung bersemangat, kebetulan saya kenal dengan Pak Junaedi, koordinator perajin dan usahawan batu akik yang berkedudukan di Pasar Rawa Bening.
Bersama Dinas Pariwisata Pemprov DKI, saya bersama Pak Junaedi pernah ikut road show keliling Indonesia untuk mempromosikan pariwisata DKI. Saya langsung bilang ke Ichi kalau Pak Junaedi adalah orang yang paling tepat untuk membantu teman-teman perajin di Luwu Timur. Gayung bersambut. Bapak Bupati langsung mengundang saya dan Pak Junaedi untuk memberi pelatihan awal buat para perajin batu akik di Luwu Timur.
Kami langsung mengatur agar bisa “menculik” Pak Junaedi yang sudah terkenal banget kepakarannya di bidang batu akik se-Asia. Sepertinya hari itu memang kami rezeki banget, semuanya sama-sama bisa berangkat hari itu. Hanya 3 hari persiapan langsung kami berangkat ke Luwu Timur. Waktu saya bilang sama temanteman, saya diundang Bapak Bupati Luwu Timur, temanteman banyak yang tidak tahu di mana letak Luwu Timur.
Bahkan, sejujurnya saya pun tidak tahu pasti di mana Luwu Timur. Anehnya banyak banget yang tahu kalau Luwu Timur kaya batu akik yang cantik dan hanya ditemukan di Luwu Timur. Saya dan Pak Junaedi bersemangat banget mau ke Luwu TImur meski hanya untuk tiga hari. Sesampainya di Makassar, Ichi dan Bapak Bupati sudah menjemput saya di bandara. Kami langsung terbang ke Soroako, Luwu Timur, naik Indonesia Air milik PT VALE. Jika menempuh jalan darat, diperlukan 13 jam dari Makassar ke Soroako.
Alamaaakkk jauhnya! Saat mau mendarat di Soroako, saya sudah melihat dan merasakan magisnya alam di Luwu Timur. Saya tergetar. Luwu Timur cantik banget. Sesampainya di Luwu Timur, ternyata kami sudah disambut teman-teman perajin yang begitu semangat banget tahu kami mau datang. Terharu sekali rasanya melihat keramahan mereka. Semangat mereka sungguh menghangatkan suasana. Padahal, saat itu baru saja berkenalan, tapi suasana langsung cair.
Dari bandara, kami sempat makan siang menjelang sore di kantornya VALE yang menghadap ke Danau Matano yang indah. Saat itu sedang ada penelitian intensif Danau Matano yang diperkirakan merupakan salah satu danau purba tertua di dunia yang usianya diperkirakan satu juta tahun, jauh lebih tua dari Danau Toba.
Danau ini juga salah satu danau terdalam di dunia. Saat itu sedang dilakukan drilling untuk melihat kandungan yang terdapat di dalam Danau Matano. Kondisi geografis dan kekayaan mineral yang ada di Bumi Batar Guru—orang Luwu Timur menyebut buminya—, membuat Luwu kaya batu-batuan yang indah yang selama ini sepertinya diabaikan begitu saja oleh masyarakat yang hidup di sana.
Dengan polosnya, batu-batu akik yang sangat berharga ini dijadikan fondasi rumah dan gedung, ubin teras depan rumah, jalan setapak sampai batu ganjal mobil, he-he-he. Berkah dari demam akik yang melanda Indonesia berhasil membuat Bumi Batara Guru seperti terbangun dari tidurnya yang panjang. Mereka kaya batu-batu akik yang keindahannya tidak ada yang menyamainya.
Mendadak nyaris semua orang mengumpulkan batu-batu akik yang ada di sekitarnya, mulai mengumpulkan dari sekitar bantaran sungai dan sekeliling pantai danau, menyelam di dalam danau, sampai naik ke atas gunung. Semuanya sama serunya. Perlahan, berkah finansial dari batu akik mulai terasa dan sangat membantu perekonomian Luwu Timur.
Bahkan, ada laporan turunnya angka kasus berantem dan mabuk-mabukan akibat minuman keras karena semua asyik banget dengan akiknya. Bukan hanya laki-laki yang asyik dengan akiknya, perempuan bahkan anak-anak pun sibuk dengan akiknya. Dari sekadar mengumpulkan di pinggir kali, belajar mengasah, memakainya, sampai jadi penjual serius.
Saya sempat terpana melihat anak kecil, laki-laki yang sedang memancing di pinggir danau, memakai cincin akik mungil di 4 jarinya, dan dia bisa menjelaskan satu per satu batu yang dia kenakan. Wow! Speechless deh saya. Mendadak mereka jadi haus akan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan batu akik. Mereka juga begitu bersemangat berusaha agar akiknya bisa dikenal di Indonesia dan dunia. Itu karena keindahannya memang tidak kalah dengan batu-batu akik yang sudah lebih terkenal sebelumnya, seperti bacan, giok nagan, panca warna, dan lain-lain.
Uniknya di Luwu Timur, batu-batu akik dinamakan berdasarkan kampung asal batu itu. Batu masiku, lampangi, lasulawai, dan red togo hanyalah segelintir dari ratusan jenis batu dan fosil kayu yang merupakan kebanggaan Luwu Timur. Keesokan harinya saya dan Pak Junaedi memberikan pelatihan dan acara ini begitu meriah. Banyak sekali yang hadir dan mengikuti acara ini dengan serius.
Saya sendiri juga jadi bersemangat banget karena jadi punya pengetahuan dasar tentang bagaimana mengoleksi batu akik yang layak buat investasi. Saat itu semua peserta membawa koleksi terbaiknya untuk diperlihatkan ke suhunya batu akik, Pak Junaedi. Setelah sempat bertamu ke rumahrumah para pencinta akik di Luwu Timur sampai pukul 01.00 malam, Pak Junaedi pun tak putus menyatakan kekagumannya terhadap kekayaan Luwu Timur dan menyatakan akan selalu siap membantu teman-teman perajin.
Jika Bupatinya semangat membara, sama membara dengan anggota dewan, teman-teman perajin, sahabat-sahabat di Jakarta pun begitu, tunggu apa lagi? Mari kita dukung teman-teman kita di Luwu Timur. Indonesia itu indah. Miss Jinjing.
Miss Jinjing
Konsultan Fashion
Demam yang lebih parah daripada demam berdarah, yakni demam akik. Jauh sebelum demam akik melanda, saya sudah mencintai batu permata asli Indonesia. Kebetulan saya punya hobi merangkai perhiasan sendiri. Seperti yang pernah saya tulis di buku Miss Jinjing Jakarta , Pasar Rawa Bening adalah salah satu “taman bermain kesayangan saya”.
Ceritanya nih, sebulan lalu sahabat saya, Ichi Fauziah, anggota DPR RI Komisi IX, baru pulang dari kegiatannya di dapilnya, Sulawesi Selatan. Dia membawa sekotak perhiasan, penuh dengan batu akik dari daerah asalnya, Kabupaten Luwu Timur. Kebetulan ayahanda, Drs Andi Hatta M, adalah Bupati Kabupaten Luwu Timur. Saya kaget sekali melihat batu-batu akik yang ada di kotak itu. Sumpah! Bagus banget.
Saya langsung bilang, “Chi, ini luar biasa, cantik banget!” Ichi langsung cerita kalau Luwu Timur sungguh kaya batu-batuan yang hanya ada di Luwu Timur. Namun, sepertinya teman-teman perajin batu akik di Luwu Timur masih kekurangan mesin potong, mesin poles yang canggih, dan pastinya pelatihan. Saya langsung bersemangat, kebetulan saya kenal dengan Pak Junaedi, koordinator perajin dan usahawan batu akik yang berkedudukan di Pasar Rawa Bening.
Bersama Dinas Pariwisata Pemprov DKI, saya bersama Pak Junaedi pernah ikut road show keliling Indonesia untuk mempromosikan pariwisata DKI. Saya langsung bilang ke Ichi kalau Pak Junaedi adalah orang yang paling tepat untuk membantu teman-teman perajin di Luwu Timur. Gayung bersambut. Bapak Bupati langsung mengundang saya dan Pak Junaedi untuk memberi pelatihan awal buat para perajin batu akik di Luwu Timur.
Kami langsung mengatur agar bisa “menculik” Pak Junaedi yang sudah terkenal banget kepakarannya di bidang batu akik se-Asia. Sepertinya hari itu memang kami rezeki banget, semuanya sama-sama bisa berangkat hari itu. Hanya 3 hari persiapan langsung kami berangkat ke Luwu Timur. Waktu saya bilang sama temanteman, saya diundang Bapak Bupati Luwu Timur, temanteman banyak yang tidak tahu di mana letak Luwu Timur.
Bahkan, sejujurnya saya pun tidak tahu pasti di mana Luwu Timur. Anehnya banyak banget yang tahu kalau Luwu Timur kaya batu akik yang cantik dan hanya ditemukan di Luwu Timur. Saya dan Pak Junaedi bersemangat banget mau ke Luwu TImur meski hanya untuk tiga hari. Sesampainya di Makassar, Ichi dan Bapak Bupati sudah menjemput saya di bandara. Kami langsung terbang ke Soroako, Luwu Timur, naik Indonesia Air milik PT VALE. Jika menempuh jalan darat, diperlukan 13 jam dari Makassar ke Soroako.
Alamaaakkk jauhnya! Saat mau mendarat di Soroako, saya sudah melihat dan merasakan magisnya alam di Luwu Timur. Saya tergetar. Luwu Timur cantik banget. Sesampainya di Luwu Timur, ternyata kami sudah disambut teman-teman perajin yang begitu semangat banget tahu kami mau datang. Terharu sekali rasanya melihat keramahan mereka. Semangat mereka sungguh menghangatkan suasana. Padahal, saat itu baru saja berkenalan, tapi suasana langsung cair.
Dari bandara, kami sempat makan siang menjelang sore di kantornya VALE yang menghadap ke Danau Matano yang indah. Saat itu sedang ada penelitian intensif Danau Matano yang diperkirakan merupakan salah satu danau purba tertua di dunia yang usianya diperkirakan satu juta tahun, jauh lebih tua dari Danau Toba.
Danau ini juga salah satu danau terdalam di dunia. Saat itu sedang dilakukan drilling untuk melihat kandungan yang terdapat di dalam Danau Matano. Kondisi geografis dan kekayaan mineral yang ada di Bumi Batar Guru—orang Luwu Timur menyebut buminya—, membuat Luwu kaya batu-batuan yang indah yang selama ini sepertinya diabaikan begitu saja oleh masyarakat yang hidup di sana.
Dengan polosnya, batu-batu akik yang sangat berharga ini dijadikan fondasi rumah dan gedung, ubin teras depan rumah, jalan setapak sampai batu ganjal mobil, he-he-he. Berkah dari demam akik yang melanda Indonesia berhasil membuat Bumi Batara Guru seperti terbangun dari tidurnya yang panjang. Mereka kaya batu-batu akik yang keindahannya tidak ada yang menyamainya.
Mendadak nyaris semua orang mengumpulkan batu-batu akik yang ada di sekitarnya, mulai mengumpulkan dari sekitar bantaran sungai dan sekeliling pantai danau, menyelam di dalam danau, sampai naik ke atas gunung. Semuanya sama serunya. Perlahan, berkah finansial dari batu akik mulai terasa dan sangat membantu perekonomian Luwu Timur.
Bahkan, ada laporan turunnya angka kasus berantem dan mabuk-mabukan akibat minuman keras karena semua asyik banget dengan akiknya. Bukan hanya laki-laki yang asyik dengan akiknya, perempuan bahkan anak-anak pun sibuk dengan akiknya. Dari sekadar mengumpulkan di pinggir kali, belajar mengasah, memakainya, sampai jadi penjual serius.
Saya sempat terpana melihat anak kecil, laki-laki yang sedang memancing di pinggir danau, memakai cincin akik mungil di 4 jarinya, dan dia bisa menjelaskan satu per satu batu yang dia kenakan. Wow! Speechless deh saya. Mendadak mereka jadi haus akan pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan batu akik. Mereka juga begitu bersemangat berusaha agar akiknya bisa dikenal di Indonesia dan dunia. Itu karena keindahannya memang tidak kalah dengan batu-batu akik yang sudah lebih terkenal sebelumnya, seperti bacan, giok nagan, panca warna, dan lain-lain.
Uniknya di Luwu Timur, batu-batu akik dinamakan berdasarkan kampung asal batu itu. Batu masiku, lampangi, lasulawai, dan red togo hanyalah segelintir dari ratusan jenis batu dan fosil kayu yang merupakan kebanggaan Luwu Timur. Keesokan harinya saya dan Pak Junaedi memberikan pelatihan dan acara ini begitu meriah. Banyak sekali yang hadir dan mengikuti acara ini dengan serius.
Saya sendiri juga jadi bersemangat banget karena jadi punya pengetahuan dasar tentang bagaimana mengoleksi batu akik yang layak buat investasi. Saat itu semua peserta membawa koleksi terbaiknya untuk diperlihatkan ke suhunya batu akik, Pak Junaedi. Setelah sempat bertamu ke rumahrumah para pencinta akik di Luwu Timur sampai pukul 01.00 malam, Pak Junaedi pun tak putus menyatakan kekagumannya terhadap kekayaan Luwu Timur dan menyatakan akan selalu siap membantu teman-teman perajin.
Jika Bupatinya semangat membara, sama membara dengan anggota dewan, teman-teman perajin, sahabat-sahabat di Jakarta pun begitu, tunggu apa lagi? Mari kita dukung teman-teman kita di Luwu Timur. Indonesia itu indah. Miss Jinjing.
Miss Jinjing
Konsultan Fashion
(ars)