Kisah Baru Yang Menegangkan
A
A
A
DI TANGAN sutradara dan penulis skenario baru Leigh Whannel, Insidious: Chapter 3 menjadi prekuel dari dua film sebelumnya yang laris manis. Masih dengan gaya meneror yang sama, film ketiga ini menambah bumbu humor di dalamnya.
Pada 2013, Insidious muncul dengan sekuel keduanya yang merupakan kelanjutan dari cerita Insidious bagian pertama. Film yang masih menceritakan tentang keluarga Josh Lambert tersebut meraih sukses besar seperti ketika pertama kali film ini dirilis pada 2011. Insidious: Chapter 2 sukses menghasilkan USD40 juta hanya untuk wilayah Amerika dan memecahkan rekor film horor terlaris pada minggu pertama pemutarannya.
Tentu, bayangan akan pundipundi uang yang bisa diraup akhirnya melahirkan Insidious: Chapter 3 . Meski begitu, cerita film ketiga ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kelanjutan kisah dari dua film sebelumnya. Kejadiannya terjadi jauh sebelum keluarga Lambert pertama kali diganggu iblis.
Dalam prekuel ini, calon aktris remaja Quinn Brenner (Stefanie Scott) merasa bahwa ibunya yang telah meninggal mencoba berkomunikasi dengannya. Quinn pun menghubungi cenayang berbakat yang sudah muncul di dua film sebelumnya, Elise (Lin Shaye). Elise merasa harus melindungi Quinn, tapi tragedi masa lalu membuatnya enggan menggunakan keahliannya itu.
Namun saat Quinn mulai diserang oleh entitas supranatural jahat di kamarnya, akhirnya Elise menggunakan kekuatannya kembali untuk menghubungi orang mati. Dia pun dibantu dua kenalan baru, parapsikolog gadungan, yaitu Tucker (Angus Sampson) dan Specs (Leigh Whannell).
Meski ditangani sutradara baru, para produser Insidious: Chapter 3 masih diduduki orang-orang lama, seperti Jason Blum, Oren Peli, dan James Wan. Ini membuat film prekuelnya masih memiliki karakteristik yang sama dari film sebelumnya. Namun tentu, Anda harus bersiap-siap menurunkan ekspektasi saat menonton film ini.
Dengan modal cerita yang ringan, sederhana, serta premis yang dibuat mirip dengan film pertama, tak ada hal baru dan istimewa yang ditawarkan film ketiga Insidious ini. Malahan, roh jahat yang dikisahkan mengganggu Quinn juga tidak diterangkan dengan jelas berasal dari mana, berbeda dengan roh yang mengganggu Dalton di film pertama, yang akhirnya dikulik lebih jauh di film kedua.
Meski begitu, memang ketegangan yang diciptakan oleh film ini cukup membuat adrenalin siapa saja yang menonton langsung terpacu dengan cepat. Teror-teror yang diciptakan dari awal film ini dimulai membuat setiap orang harus menahan napas lebih dalam karena kejutan penampakan hantu yang tiba-tiba. Selain visual yang dikemas dengan cukup apik, suara yang dihasilkan untuk menciptakan ketegangan pun sukses membuat penonton berteriak kaget dan ketakutan.
Tentu, kehadiran duo parapsikolog gadungan membuat Insidious: Chapter 3 lebih segar ditonton karena ada sisi humor yang ditampilkan. Dibuat dengan gaya yang tidak berlebihan, nuansa horor kerap berganti dengan humor, atau sebaliknya, membuat film ini jadi lebih menyenangkan sebagai film hiburan.
Jadi, untuk yang menyukai film horor, Insidious: Chapter 3 masih cukup menarik untuk ditonton dan dirasakan ketegangannya.
Andari novianti
Pada 2013, Insidious muncul dengan sekuel keduanya yang merupakan kelanjutan dari cerita Insidious bagian pertama. Film yang masih menceritakan tentang keluarga Josh Lambert tersebut meraih sukses besar seperti ketika pertama kali film ini dirilis pada 2011. Insidious: Chapter 2 sukses menghasilkan USD40 juta hanya untuk wilayah Amerika dan memecahkan rekor film horor terlaris pada minggu pertama pemutarannya.
Tentu, bayangan akan pundipundi uang yang bisa diraup akhirnya melahirkan Insidious: Chapter 3 . Meski begitu, cerita film ketiga ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kelanjutan kisah dari dua film sebelumnya. Kejadiannya terjadi jauh sebelum keluarga Lambert pertama kali diganggu iblis.
Dalam prekuel ini, calon aktris remaja Quinn Brenner (Stefanie Scott) merasa bahwa ibunya yang telah meninggal mencoba berkomunikasi dengannya. Quinn pun menghubungi cenayang berbakat yang sudah muncul di dua film sebelumnya, Elise (Lin Shaye). Elise merasa harus melindungi Quinn, tapi tragedi masa lalu membuatnya enggan menggunakan keahliannya itu.
Namun saat Quinn mulai diserang oleh entitas supranatural jahat di kamarnya, akhirnya Elise menggunakan kekuatannya kembali untuk menghubungi orang mati. Dia pun dibantu dua kenalan baru, parapsikolog gadungan, yaitu Tucker (Angus Sampson) dan Specs (Leigh Whannell).
Meski ditangani sutradara baru, para produser Insidious: Chapter 3 masih diduduki orang-orang lama, seperti Jason Blum, Oren Peli, dan James Wan. Ini membuat film prekuelnya masih memiliki karakteristik yang sama dari film sebelumnya. Namun tentu, Anda harus bersiap-siap menurunkan ekspektasi saat menonton film ini.
Dengan modal cerita yang ringan, sederhana, serta premis yang dibuat mirip dengan film pertama, tak ada hal baru dan istimewa yang ditawarkan film ketiga Insidious ini. Malahan, roh jahat yang dikisahkan mengganggu Quinn juga tidak diterangkan dengan jelas berasal dari mana, berbeda dengan roh yang mengganggu Dalton di film pertama, yang akhirnya dikulik lebih jauh di film kedua.
Meski begitu, memang ketegangan yang diciptakan oleh film ini cukup membuat adrenalin siapa saja yang menonton langsung terpacu dengan cepat. Teror-teror yang diciptakan dari awal film ini dimulai membuat setiap orang harus menahan napas lebih dalam karena kejutan penampakan hantu yang tiba-tiba. Selain visual yang dikemas dengan cukup apik, suara yang dihasilkan untuk menciptakan ketegangan pun sukses membuat penonton berteriak kaget dan ketakutan.
Tentu, kehadiran duo parapsikolog gadungan membuat Insidious: Chapter 3 lebih segar ditonton karena ada sisi humor yang ditampilkan. Dibuat dengan gaya yang tidak berlebihan, nuansa horor kerap berganti dengan humor, atau sebaliknya, membuat film ini jadi lebih menyenangkan sebagai film hiburan.
Jadi, untuk yang menyukai film horor, Insidious: Chapter 3 masih cukup menarik untuk ditonton dan dirasakan ketegangannya.
Andari novianti
(ftr)