Mengenal Penyakit Aneurisma
A
A
A
MUNGKIN belum banyak orang yang tahu mengenai aneurisma. Penyakit aneurisma adalah pelebaran dinding pembuluh darah pada otak yang memang bisa disebabkan kelemahan dinding akibat bawaan lahir atau secara mekanik karena tekanan darah tinggi.
Penyebab lainnya, yaitu infeksi atau pernah mengalami trauma pada dinding pembuluh darah. Penyakit aneurisma bersifat multifaktorial, memang awalnya disebut kelainan bawaan atau genetik. “Namun setelah diteliti, ternyata penyakit ini bisa disebabkan oleh hipertensi. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan dinding pembuluh darah melebar, sekarang bisa disebut kalau aneurisma itu multifaktorial,” kata dokter spesialis bedah saraf RS Mitra Kemayoran Dr Mardjono Tjahjadi SpBS FFNS dalam acara seminar kesehatan mengenai Penanganan Terkini Bedah Saraf, di Penang Bistro, Jakarta, pada 21 Mei lalu.
Menurut Mardjono, aneurisma tidak mempunyai gejala jika tidak pecah, kecuali aneurisma itu sudah besar sekali sehingga membentuk efek masa. Artinya, ini seperti tumor yang menekan jaringan di sekitarnya dan menjadi keras karena adanya pengapuran di dalamnya, itu baru menimbulkan gejala, meskipun jarang terjadi dan persentasenya kecil. Jika aneurisma otak pecah, terdapat beberapa gejala yang akan timbul, seperti sakit kepala tiba-tiba dan intens, sakit leher dan kekakuan, mual dan muntah, pandangan kabur, kepekaan terhadap cahaya, mengantuk, gangguan berbicara, kebingungan, dan kejang.
“Penyakit ini memang bisa menyerang anak-anak. Sementara aneurisma yang dipengaruhi hipertensi biasanya menyerang orang di atas 40 tahun,” kata Mardjono. Lebih lanjut dia menjelaskan, aneurisma lebih banyak menyerang perempuan, terutama di negara Finlandia. Sejauh ini, di Indonesia pun aneurisma lebih banyak menyerang perempuan.
“Untuk mencegah penyakit ini, bisa dilakukan dengan menghindari darah tinggi. Juga hindari merokok karena merokok melemahkan dinding pembuluh darah,” kata Mardjono. Menurut dia, aneurisma bisa sembuh, terutama definitif sembuh kalau dijepit, tapi juga ada kemungkinan timbul di tempat lain, dan kemungkinan terjadi lagi juga ada.
“Tindakan penjepitan hanya bisa dilakukan dengan operasi atau endovaskuler dan belum ditemukan obatnya. Semoga 20 tahun ke depan bisa ketemu obatnya,” kata Mardjono. Saat ini masyarakat belum banyak yang mengetahui tentang aneurisma ini.
Iman firmansyah
Penyebab lainnya, yaitu infeksi atau pernah mengalami trauma pada dinding pembuluh darah. Penyakit aneurisma bersifat multifaktorial, memang awalnya disebut kelainan bawaan atau genetik. “Namun setelah diteliti, ternyata penyakit ini bisa disebabkan oleh hipertensi. Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan dinding pembuluh darah melebar, sekarang bisa disebut kalau aneurisma itu multifaktorial,” kata dokter spesialis bedah saraf RS Mitra Kemayoran Dr Mardjono Tjahjadi SpBS FFNS dalam acara seminar kesehatan mengenai Penanganan Terkini Bedah Saraf, di Penang Bistro, Jakarta, pada 21 Mei lalu.
Menurut Mardjono, aneurisma tidak mempunyai gejala jika tidak pecah, kecuali aneurisma itu sudah besar sekali sehingga membentuk efek masa. Artinya, ini seperti tumor yang menekan jaringan di sekitarnya dan menjadi keras karena adanya pengapuran di dalamnya, itu baru menimbulkan gejala, meskipun jarang terjadi dan persentasenya kecil. Jika aneurisma otak pecah, terdapat beberapa gejala yang akan timbul, seperti sakit kepala tiba-tiba dan intens, sakit leher dan kekakuan, mual dan muntah, pandangan kabur, kepekaan terhadap cahaya, mengantuk, gangguan berbicara, kebingungan, dan kejang.
“Penyakit ini memang bisa menyerang anak-anak. Sementara aneurisma yang dipengaruhi hipertensi biasanya menyerang orang di atas 40 tahun,” kata Mardjono. Lebih lanjut dia menjelaskan, aneurisma lebih banyak menyerang perempuan, terutama di negara Finlandia. Sejauh ini, di Indonesia pun aneurisma lebih banyak menyerang perempuan.
“Untuk mencegah penyakit ini, bisa dilakukan dengan menghindari darah tinggi. Juga hindari merokok karena merokok melemahkan dinding pembuluh darah,” kata Mardjono. Menurut dia, aneurisma bisa sembuh, terutama definitif sembuh kalau dijepit, tapi juga ada kemungkinan timbul di tempat lain, dan kemungkinan terjadi lagi juga ada.
“Tindakan penjepitan hanya bisa dilakukan dengan operasi atau endovaskuler dan belum ditemukan obatnya. Semoga 20 tahun ke depan bisa ketemu obatnya,” kata Mardjono. Saat ini masyarakat belum banyak yang mengetahui tentang aneurisma ini.
Iman firmansyah
(ars)