Teror Horor ala Barat

Sabtu, 13 Juni 2015 - 09:14 WIB
Teror Horor ala Barat
Teror Horor ala Barat
A A A
Tanpa kemunculan ikon hantu yang benar-benar spesifik, remake Poltergeist dari 1982 ini cukup sukses menebar nuansa mencekam dari adegan-adegan yang dihadirkannya.

Ada perbedaan yang cukup signifikan setiap kali bicara tentang film horor buatan sineas Asia dan sineas Barat (Amerika). Di Asia - yang kaya akan mitologi hantu dan alam gaib- nuansa mencekam biasanya diciptakan dengan kemunculan hantu mengerikan sesering mungkin. Ditambah dengan musik yang tiba-tiba muncul mengagetkan, jaminan penonton yang menjerit-jerit ketakutan pasti didapat.

Beda lagi dengan film horor buatan Amerika. Umumnya, film dibuat dengan memasukkan unsur teknologi dan rasionalitas. Akan selalu ada kamera pengintai yang dipasang karakter dalam film untuk memantau aktivitas hantu. Juga ada penjelasan cukup panjang tentang teori alam gaib dan kesurupan. Namun belakangan, kedua kekuatan horor Asia dan Barat ini berhasil dipadukan oleh sineas berdarah Asia yang berkarya di Amerika.

Sutradara James Wan adalah yang paling layak disebut mengingat dua karyanya, Insidious dan The Conjuring berhasil membuat fenomena baru dalam dunia film horor. Wan sukses menakut-nakuti penonton dengan tampilan hantu atau orang kesurupan yang menyeramkan khas film Asia, dicampur dengan liukan cerita dan teori-teori alam gaib yang mengasyikkan ala film Barat.

Pada era kini, kalau mau sukses membuat film horor, ramuan ala Wan ini dijamin bakal laris dan dipuji kritikus. Meski begitu, Poltergeist versi 2015 tidak memilih jalan ala James Wan. Produser Roy Lee, Sam Raimi, dan Robert G Tapert mengambil keputusan untuk cukup setia pada versi asli film ini, yaitu cerita ala Barat dengan menyertakan kamera dan perjalanan ke alam gaib.

Pilihan ini tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Diceritakan, Eric Bowen (Sam Rockwell) baru saja dipecat dari pekerjaannya. Sebagai konsekuensinya, dia harus membawa istrinya, Amy (Rosemarie DeWitt) dan ketiga anaknya, si remaja Kendra (Saxon Sharbino), si penakut tapi selalu penasaran Griffin (Kyle Catlett), dan si bungsu yang lucu Maddy (Kennedi Clements) pindah ke kota kecil.

Bisa ditebak, rumah baru mereka di kota ini berhantu. Jumlahnya bukan hanya satu atau dua, tapi ada banyak hantu atau lebih tepatnya gerombolan roh jahat, yang perilakunya lebih mengerikan dari hantu biasa. Gangguan roh jahat dalam Poltergeist memang tidak malu-malu. Sedari awal, kengerian sudah ditebar dengan lampulampu rumah yang berkedap-kedip, Maddy yang ngoceh sendirian, hingga Griffin yang tubuhnya ditarik hingga ke atas pohon.

Kengerian inilah yang menuntun penonton untuk selalu penasaran, apalagi tidak pernah terlihat penampakan hantu yang benar-benar spesifik layaknya di film-film horor kebanyakan. Yang terlihat hanyalah perilaku jahat mereka yang benar-benar membuat ngilu dan bergidik. Rasa penasaran semakin meningkat, saat keluarga Bowen melibatkan kelompok dari departemen Paranormal Research pimpinan Dr Brooke Powell (Jane Adams).

Ditambah juga sosok eksentrik pengusir hantu Carrigan Burke (Jared Harris). Di paruh kedua inilah, teori-teori alam gaib dan kamerakamera pengintai mulai dikeluarkan. Atmosfer horor juga lebih meningkat hingga akhir cerita. Sebenarnya, keputusan Poltergeist untuk tidak banyak memberikan penampakan hantu dan lebih mengandalkan kekuatan atmosfer kengerian dan ketakutan patut dipuji.

Buktinya, langkah ini berhasil. Hanya, seharusnya tim penulis bisa lebih giat lagi menggarap cerita agar lebih rumit dan sedikit lebih panjang agar rasa penasaran penonton bisa meningkat ke level yang lebih tinggi lagi. Yang terasa, paruh kedua saat tim paranormal hadir dibuat terlalu singkat. Padahal, nuansa ketegangan dan thriller-nya, terutama saat tim akan menjemput Maddy dari alam gaib, sudah sangat terasa.

Jadi, meski menegangkan, semuanya terasa serbatanggung. Keputusan untuk tidak terlalu banyak memberikan porsi pada badut menyeramkan yang ditemukan Griffin di kamarnya juga patut dipertanyakan. Padahal, badut ini bisa menjadi ikon yang bisa meningkatkan tingkat kengerian menjadi berlipat-lipat.

Juga harusnya bisa menjadi ikon baru menggantikan Annabelle dari The Conjuring . Apa pun itu, Poltergeist tetap layak untuk ditonton karena meski tak banyak penampakan hantunya, aura kengerian akan selalu tetap mengikuti Anda.

Herita endriana
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1227 seconds (0.1#10.140)