Campak Berat Terjadi pada Penderita Gizi Buruk
A
A
A
JAKARTA - Penyakit Campak (tampek) merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan komplikasi penyakit, maka penyakit ini bisa disembuhkan tanpa melalui pengobatan yang serius. Akan tetapi, campak menjadi berat apabila pasien menderita gizi buruk dan anak di bawah umur.
"Kebanyakan penyulit (komplikasi) campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri," kata dr. Ratu Ayu Fitri Hendrawanti, Dokter RSU Tangerang Selatan kepada Sindonews, di Jakarta, Selasa (16/6/2015).
Ia menjelaskan, pencegahan terhadap penyakit campak paling utama bisa dilakukan dengan imunisasi campak. Imunisasi Campak di Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi (PPI).
"Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun," ujar dokter unit Medical Cek Up ini.
Ia menilai, pencegahan penyakit campak dengan cara isolasi penderita kurang efektif, sebab penularan telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak.
"Untuk pengobatannya bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG (antibodi) dan jumlah total limfosit," urainya.
Namun, lanjut Ratu, pasien penyakit campak dapat menjalani perawatan intensif di rumah sakit apabila mengalami komplikasi. "Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu lebih dari 39,5˚C), dehidrasi, kejang, asupan makanan sulit dilakukan. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan faktor yang ditimbulkan," ujarnya.
Adapun proses penyebaran sampai penyembuhan penyakit campak tanpa komplikasi penyakit lainnya, lanjut Ratu, berlangsung maksimal selama kurang lebih 2 pekan.
"Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan, pada hari pertama sampai kedua penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional, hari kedua sampai ketiga viremia primer, hari ketiga sampai kelima terjadi multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh. Kemudian pada hari kelima sampai ketujuh viremia sekunder, hari ketujuh sampai 11 manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas. Selanjutnya pada hari kesebelas sampai 14 virus menyebar pada darah, saluran nafas dan organ lain, dan pada hari kelima belas sampai 17 viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang," jelasnya.
Mengenai penggunaan bedak salicyl yang umum digunakan meringankan gatal-gatal kulit akibat penyakit campak, dia sepakat dengan penggunaan bedak tersebut.
"Penggunaan bedak salicyl itu kita melihat dari indikasi penggunaan salicyl talk yaitu untuk gatal-gatal pada kulit karena biang keringat atau gangguan kulit lain yang bukan infeksi. Karena campak bukan penyakit kulit yang terinfeksi jadi bisa digunakan untuk mengurangi gatal-gatalnya," tambahnya.
Sedangkan penggunaan bedak salicyl untuk bayi atau anak di bawah dua tahun, Ratu menyatakan, sejauh ini penggunanya bedak tersebut untuk batita cukup aman, asalkan digunakan sesuai dengan kebutuhan.
"Kulit anak di bawah 2 tahun itu sensitif sehingga mudah iritasi. Tapi sejauh ini penggunaan bedak salicyl aman dipakai dalam konsentrasi tertentu untuk kulit bayi sekalipun kecuali kulitnya terjadi infeksi ataupun alergi terhadap bahan bedaknya," pungkasnya.
"Kebanyakan penyulit (komplikasi) campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri," kata dr. Ratu Ayu Fitri Hendrawanti, Dokter RSU Tangerang Selatan kepada Sindonews, di Jakarta, Selasa (16/6/2015).
Ia menjelaskan, pencegahan terhadap penyakit campak paling utama bisa dilakukan dengan imunisasi campak. Imunisasi Campak di Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi (PPI).
"Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun," ujar dokter unit Medical Cek Up ini.
Ia menilai, pencegahan penyakit campak dengan cara isolasi penderita kurang efektif, sebab penularan telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak.
"Untuk pengobatannya bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG (antibodi) dan jumlah total limfosit," urainya.
Namun, lanjut Ratu, pasien penyakit campak dapat menjalani perawatan intensif di rumah sakit apabila mengalami komplikasi. "Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu lebih dari 39,5˚C), dehidrasi, kejang, asupan makanan sulit dilakukan. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan faktor yang ditimbulkan," ujarnya.
Adapun proses penyebaran sampai penyembuhan penyakit campak tanpa komplikasi penyakit lainnya, lanjut Ratu, berlangsung maksimal selama kurang lebih 2 pekan.
"Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan, pada hari pertama sampai kedua penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional, hari kedua sampai ketiga viremia primer, hari ketiga sampai kelima terjadi multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh. Kemudian pada hari kelima sampai ketujuh viremia sekunder, hari ketujuh sampai 11 manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas. Selanjutnya pada hari kesebelas sampai 14 virus menyebar pada darah, saluran nafas dan organ lain, dan pada hari kelima belas sampai 17 viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang," jelasnya.
Mengenai penggunaan bedak salicyl yang umum digunakan meringankan gatal-gatal kulit akibat penyakit campak, dia sepakat dengan penggunaan bedak tersebut.
"Penggunaan bedak salicyl itu kita melihat dari indikasi penggunaan salicyl talk yaitu untuk gatal-gatal pada kulit karena biang keringat atau gangguan kulit lain yang bukan infeksi. Karena campak bukan penyakit kulit yang terinfeksi jadi bisa digunakan untuk mengurangi gatal-gatalnya," tambahnya.
Sedangkan penggunaan bedak salicyl untuk bayi atau anak di bawah dua tahun, Ratu menyatakan, sejauh ini penggunanya bedak tersebut untuk batita cukup aman, asalkan digunakan sesuai dengan kebutuhan.
"Kulit anak di bawah 2 tahun itu sensitif sehingga mudah iritasi. Tapi sejauh ini penggunaan bedak salicyl aman dipakai dalam konsentrasi tertentu untuk kulit bayi sekalipun kecuali kulitnya terjadi infeksi ataupun alergi terhadap bahan bedaknya," pungkasnya.
(alv)