Fasilitas Kantor, Suasana Cafe
A
A
A
Bukan sekadar tempat kerja, coworking space yang belakang kini menjadi tren ditujukan sebagai tempat bekerja tanpa ada ”rasa kantor” di dalamnya. Seperti apa?
”Coworking space adalah wadah dimana profesional, freelancer, startup bahkan pelajar atau mahasiswa dari berbagai latar berbeda bisa bertemu, berkenalan, bahkan berbagi ide serta mewujudkannya,” tutur Rendy Latief, CEO Conclave, sebuah coworking space dibilangan Jakarta Selatan. Kendati tren coworking space dipicu dari banyak startup yang belum memiliki kantor resmi, namun pengguna ruang kolaborasi tersebut lebih majemuk.
”Banyak freelancer atau profesional yang memang membutuhkan sebuah tempat bekerja nyaman,” katanya. Sebagian besar pengguna Conclave sendiri berasal kalangan profesional. ”Mereka datang pagi, bekerja selama beberapa jam, kemudian pergi lagi misalnya untuk meeting dengan klien,” ungkapnya. Selanjutnya, ada banyak sekali freelancer yang memanfaatkan ruang kerja di Conclave.
”Baru kemudian startup yang belum memiliki kantor sendiri mengingat sewa kantor di Jakarta amat mahal,” ia menambahkan. Pendiri dan CEO Local.co.id Sayed Muhammad mengaku mulai membangun usahanya dari sebuah coworking space. ”Dulu saya adalah profesional. Mulanya hanya menggunakan coworking space untuk menyelesaikan pekerjaan kantor,” ungkapnya.
Namun, setelah mulai berkenalan dengan sesama pengguna, akhirnya Sayed memutuskan untuk mendirikan perusahaan sendiri. ”Kini saya menggunakan coworking sebagai kantor dan tempat menjaring freelancer untuk menjadi anggota di perusahaan saya,” ujar Sayed.
Lebih Nyaman dari Cafe
Bagaimana cara bekerja di coworking space? Anda cukup menjadi anggota, dan memilih jenis paket yang terdiri dari berbagai fasilitas. Conclave, misalnya, menyediakan ruangan dengan ukuran tertentu untuk digunakan sebagai kantor dengan harga yang jauh lebih terjangkau dibanding menyewa ruang kantor di sebuah gedung.
Sebagian pengguna menilai bekerja di coworking space lebih nyaman dibanding bekerja di kafe. Sebab, sebuah coworking umumnya didesain layaknya sebuah kantor. Misalnya memiliki meja dan kursi dengan colokan listrik untuk laptop maupun gadget (tanpa ada sekat pembatas atau cubicle), serta koneksi internet dan fasilitas printer. Meski demikian, desain bangunan maupun interiornya justru mengusung suasana atau ambience yang tenang, santai, bahkan, nyaman layaknya sebuah coffee shop.
Soal fasilitas, coworking tidak kalah dibanding kantor biasa. Misalnya koneksi internet cepat, ruang rapat, ruang auditorium, bahkan ada juga ruang gaming dan shower bagi mereka yang bergadang. Di beberapa tempat, paket sewa yang diberikan sudah mencakup layanan free flow coffee maupun snacks.
Menurut CEO Conclave Rendy Latief, sebuah coworking space memang diciptakan sebagai bagian ekosistem yang mendukung pertumbuhan startup atau industri kreatif. ”Coworking sudah menjamur di Indonesia. Namun yang benar-benar coworking space ya yang membebaskan semua orang untuk menggunakannya, bukan hanya mereka yang sudah punya bentuk sebuah startup,” ungkapnya.
Jika mengharuskan pengguna memiliki sebuah bentuk atau konsep startup atau bisnis, lanjut Rendy, maka lebih tepat disebut inkubator startup.
Cahyandaru kuncorojati
”Coworking space adalah wadah dimana profesional, freelancer, startup bahkan pelajar atau mahasiswa dari berbagai latar berbeda bisa bertemu, berkenalan, bahkan berbagi ide serta mewujudkannya,” tutur Rendy Latief, CEO Conclave, sebuah coworking space dibilangan Jakarta Selatan. Kendati tren coworking space dipicu dari banyak startup yang belum memiliki kantor resmi, namun pengguna ruang kolaborasi tersebut lebih majemuk.
”Banyak freelancer atau profesional yang memang membutuhkan sebuah tempat bekerja nyaman,” katanya. Sebagian besar pengguna Conclave sendiri berasal kalangan profesional. ”Mereka datang pagi, bekerja selama beberapa jam, kemudian pergi lagi misalnya untuk meeting dengan klien,” ungkapnya. Selanjutnya, ada banyak sekali freelancer yang memanfaatkan ruang kerja di Conclave.
”Baru kemudian startup yang belum memiliki kantor sendiri mengingat sewa kantor di Jakarta amat mahal,” ia menambahkan. Pendiri dan CEO Local.co.id Sayed Muhammad mengaku mulai membangun usahanya dari sebuah coworking space. ”Dulu saya adalah profesional. Mulanya hanya menggunakan coworking space untuk menyelesaikan pekerjaan kantor,” ungkapnya.
Namun, setelah mulai berkenalan dengan sesama pengguna, akhirnya Sayed memutuskan untuk mendirikan perusahaan sendiri. ”Kini saya menggunakan coworking sebagai kantor dan tempat menjaring freelancer untuk menjadi anggota di perusahaan saya,” ujar Sayed.
Lebih Nyaman dari Cafe
Bagaimana cara bekerja di coworking space? Anda cukup menjadi anggota, dan memilih jenis paket yang terdiri dari berbagai fasilitas. Conclave, misalnya, menyediakan ruangan dengan ukuran tertentu untuk digunakan sebagai kantor dengan harga yang jauh lebih terjangkau dibanding menyewa ruang kantor di sebuah gedung.
Sebagian pengguna menilai bekerja di coworking space lebih nyaman dibanding bekerja di kafe. Sebab, sebuah coworking umumnya didesain layaknya sebuah kantor. Misalnya memiliki meja dan kursi dengan colokan listrik untuk laptop maupun gadget (tanpa ada sekat pembatas atau cubicle), serta koneksi internet dan fasilitas printer. Meski demikian, desain bangunan maupun interiornya justru mengusung suasana atau ambience yang tenang, santai, bahkan, nyaman layaknya sebuah coffee shop.
Soal fasilitas, coworking tidak kalah dibanding kantor biasa. Misalnya koneksi internet cepat, ruang rapat, ruang auditorium, bahkan ada juga ruang gaming dan shower bagi mereka yang bergadang. Di beberapa tempat, paket sewa yang diberikan sudah mencakup layanan free flow coffee maupun snacks.
Menurut CEO Conclave Rendy Latief, sebuah coworking space memang diciptakan sebagai bagian ekosistem yang mendukung pertumbuhan startup atau industri kreatif. ”Coworking sudah menjamur di Indonesia. Namun yang benar-benar coworking space ya yang membebaskan semua orang untuk menggunakannya, bukan hanya mereka yang sudah punya bentuk sebuah startup,” ungkapnya.
Jika mengharuskan pengguna memiliki sebuah bentuk atau konsep startup atau bisnis, lanjut Rendy, maka lebih tepat disebut inkubator startup.
Cahyandaru kuncorojati
(ars)