Nostalgia Menyenangkan

Sabtu, 27 Juni 2015 - 09:34 WIB
Nostalgia Menyenangkan
Nostalgia Menyenangkan
A A A
TERMINATOR Genisys merombak ulang kisah Terminator dengan bingkai mesin waktu dan persinggungan antarwaktu. Menjadi film yang menyenangkan jika penonton menurunkan ekspektasinya terlebih dahulu.

Dua film Terminator pertama yang rilis pada 1984 dan 1991 adalah sebuah masterpiece. Pada 2008, The Terminator masuk dalam American National Film Registry di Library of Congress sebagai film yang dinilai “signifikan dalam budaya, sejarah, dan sisi estetik”. Film ini pula yang berhasil mengangkat nama James Cameron dan Arnold Schwarzenegger hingga menjadi nama besar di Hollywood.

Singkatnya, jika siapa pun ingin membuat reboot Terminator, akan sulit menyaingi keautentikan dan kehebatannya. Film Terminator ketiga dan keempat sudah membuktikan itu. Jadi, bagi para pencinta film Terminator 1 dan 2, jika ingin menonton Terminator Genisysdengan nikmat, turunkan ekspektasi terlebih dahulu. Terminator Genisysdiawali dengan kisah yang sudah familier.

Pada 2029, sebuah sistem operasi bernama Skynet mampu menguasai robot untuk mengungguli manusia. Manusia hidup ibarat tikus, bersembunyi dari kejaran mesin-mesin cerdas. Hanya satu orang yang berani memimpin sebuah pasukan untuk melawannya, yaitu John Connor (Jason Clarke). Pasukan John saat itu sudah berhasil melumpuhkan Skynet.

Hanya, program rupanya sudah keburu melepas terminator –robot berwujud manusia yang menjadi senjata andalan– (Arnold Schwarzenegger) melompat ke tahun 1984. Misi terminator ini jelas; mencari Sarah Connor (Emilia Clarke), ibu John, untuk dibunuh agar John tidak sempat lahir. Demi mencegahnya, John mengirim Kyle Reese (Jai Courtney) untuk melindungi Sarah.

Lalu dari sinilah plot berubah. Saat meloncat mundur ke 1984, Kyle justru mendapati Sarah tidak lagi sebagai perempuan lemah yang mesti dilindungi. Sarah malah sudah menjadi pejuang bertopang senjata. Lebih mengherankan, dia malah berteman dengan terminator yang dilepas oleh Skynet untuk membunuh Sarah. “Takdir sudah berubah. Perempuan yang kau cari sudah tidak ada,” kata Sarah kepada Kyle yang masih bingung.

Sampai di sini, cerita lalu menerangkan tentang persinggungan waktu dalam teori time traveling hingga membuat semua itu terjadi. Terminator Genisys adalah film yang menghormati dua film pertamanya. Ini yang harus dipuji dari instalmen kelima ini. Ada beberapa scene atau cerita yang benar-benar patuh pada kisah aslinya, seperti yang dibuat James Cameron.

Di bagian ini, penonton bisa bernostalgia. Humor yang hangat juga masih bisa penonton rasakan dalam hubungan antara manusia dan terminator. Jika dalam film kedua hubungan hangat penuh humor itu ada pada terminator dan John kecil, kini di film kelimanya, hubungan itu ada pada Sarah dan Kyle dengan terminator tipe T-800 (Model 101).

Jika dengan Sarah hubungan robot ini ibarat keluarga (Sarah bahkan kini memanggilnya dengan sebutan pops), hubungan dengan Kyle justru terasa kocak. Mereka ibarat musuh yang mencoba untuk berteman akrab. Setiap kali terminator T-800 mencoba tersenyum lebar dengan ekspresi robotnya yang kaku, di situlah humor selalu berhasil membuat penonton tertawa.

Sekali lagi, Arnold sebagai T-800 menjadi bintang dalam film ini. Meski sudah terlihat tua dan lamban di usianya yang hampir 70 tahun, sinarnya tetap cemerlang. “I’m old, not obsolete”, aku tua tapi tidak usang, begitu gimmick terbarunya setelah “I’ll be back,” dulu.

Lalu apa yang menjadi kekurangan film ini? Aksi laganya, meski mampu menjaga ritme tontonan tetap stabil dan cukup mendebarkan dari awal hingga akhir, tetap terasa klise dan sudah sering kita jumpai di film-film laga atau fiksi ilmiah lainnya. Sudah berapa kali kita melihat The Golden Gate Bridge luluh lantak?

Betapa konyolnya melihat Sarah dan Kyle terus-menerus menembaki robot musuh padahal mereka tidak bisa mati ditembus peluru biasa. Para terminator musuh, kurang dieksplorasi kekuatannya hingga tak terlalu menonjol. Singkat kata, Terminator Genisys tentu tak mungkin melampaui dua film pertama Terminator.

Namun, film ini patut dipuji karena bisa mengembalikan sedikit nostalgia Terminator. Dan pasti, tetap jadi tontonan blockbuster yang cukup menyenangkan.

Herita endriana
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7802 seconds (0.1#10.140)