Berat Badan Naik saat Puasa?

Senin, 06 Juli 2015 - 10:10 WIB
Berat Badan Naik saat Puasa?
Berat Badan Naik saat Puasa?
A A A
BANYAK orang justru berat badannya meningkat drastis selama bulan puasa. Padahal, seharusnya puasa membuat tubuh lebih langsing dan sehat. Ingin tahu penyebabnya?

Seharusnya, ibadah puasa membuat tubuh menjadi sehat karena sistem pencernaan beristirahat sementara. Bukannya malah naik berat badannya. “Balas dendam” alias makan berlebihan saat berbuka adalah salah satu penyebabnya. Berbuka puasa dengan yang manis memang dianjurkan.

Namun, meminum air putih juga jangan sampai ditinggalkan. Seorang spesialis gizi klinik FKUI dan RSCM, dr Sri Sukmaniah MSc SpGk mengungkapkan, saat berpuasa seseorang kehilangan cairan dan energi yang sama besarnya. Jadi, saat berbuka keduanya mesti diimbangkan. Namun, kenyataannya masih banyak yang memilih langsung mengonsumsi minuman dengan kadar gula berlebih.

Meminum minuman yang kaya akan rasa manis hanya mengandung karbohidrat sederhana yang meningkatkan kadar gula darah. Saat kadar gula darah meningkat, tubuh akan memicu rasa lapar. Nah inilah yang membuat seseorang makan berlebihan. Kebiasaan “balas dendam” pada malam hari setelah berbuka yang tidak memerhatikan komposisi gula kerap menjadi penyebab berat badan seseorang justru melambung usai bulan puasa. Saat makan manis, seperti kolak atau kurma, dianjurkan untuk diselingi dengan air putih. Begitu seterusnya.

Dalam lima butir kurma, sebetulnya sudah memenuhi kira-kira 200 kalori yang dibutuhkan tubuh untuk mengembalikan gula darah dalam tubuh. “Selebihnya tolong diabaikan, jangan tambah lagi jumlah kalori dari sumber makanan lain. Jangan lupa selingi dengan satu gelas air terlebih dahulu agar asupan makanan terkontrol dan tidak berlebih,” papar Sri Sukmaniah. Saat berpuasa tubuh tidak melakukan banyak aktivitas fisik yang bisa membakar kalori.

Jika seseorang terlalu banyak mengonsumsi minuman manis berkalori tinggi secara berlebih pada saat buka puasa, dapat terjadi penimbunan kalori berupa lemak. “Padahal, seharusnya puasa justru dapat waktu yang tepat untuk mengurangi berat badan atau mempertahankan berat badan. Dengan catatan bila puasa dijalankan dengan memerhatikan asupan gizi dan nutrisi yang sehat,” tambah Sri Sukmaniah.

Meminum air putih bisa dijadikan strategi agar “balas dendam” tidak terjadi saat berbuka puasa. Pada dasarnya, air putih hanya memiliki volume dan tidak memiliki kandungan lain yang dapat memicu bertambahnya berat badan. Meminum air saat berbuka dan sebelum makan terlebih dahulu dapat membantu mengisi kapasitas makanan dalam perut untuk menahan lapar sehingga mengurangi asupan makanan yang berlebih. Saat volume perut terpenuhi beberapa persen, secara otomatis asupan makanan akan berkurang.

“Bagi yang ingin mengurangi berat badan, cara ini bisa sangat efektif. Jangan sampai terjerat pada pola makanan yang tidak menyehatkan saat memenuhi undangan berbuka bersama misalnya. Manfaat berpuasa harusnya bisa dirasakan, jangan sampai malah timbul masalah kegemukan,” ungkap Sri. Saat minum air putih, kadar hormon insulin tidak akan meningkat karena air tidak mengandung gula. Bahkan sebuah penelitian mengatakan, hidrasi yang baik telah terbukti secara ilmiah bisa mencegah kegemukan pada anak.

Penting untuk tidak mengenalkan anak minuman yang mengandung kalori. Selain itu, jangan mengikuti rasa malas karena lemas saat berpuasa. Hal ini karena hormon-hormon yang menstimulasi cadangan energi dari glukosa tidak akan keluar. Jadi, sebisa mungkin tetap beraktivitas seperti biasa. Karena kelebihan kalori dari gula sekalipun, akan kemungkinan berubah jadi lemak. Hindari minuman kemasan yang berisotonik. Minuman ini disinyalir mengandung elektrolit.

Kenyataannya, tubuh menghasilkan sendiri elektrolit sehingga tidak perlu mengonsumsinya sebagai tambahan. Mineral dari air putih yang kita minum akan mengubah sendiri menjadi elektrolit. Minuman seperti ini dikhawatirkan sudah ditambahkan gula yang tidak sedikit. Jadi, kurang baik jika dikonsumsi terlalu banyak.

“Kecuali pasien yang sedang dirawat di rumah sakit. Mereka kemungkinan memang memerlukan proses metabolisme yang tinggi sehingga elektrolit terganggu. Untuk kasus seperti ini, konsumsi elektrolit diperbolehkan. Kalau tubuh yang sehat, tubuh kita bisa memproduksinya sendiri,” kata Sri Sukmaniah. Terakhir, hindari makanan yang menggunakan santan kental. Santan mengandung kadar lemak dan kalori yang sangat tinggi.

Oleh karena itu, asupannya perlu dijaga. Apalagi saat Idul Fitri. Sayur bersantan dan berlemak menjadi ciri khas menu Lebaran di Indonesia. “Saat Lebaran, sebaiknya antisipasi mengonsumsi makanan kadar lemak tinggi. Jangan sampai saat Lebaran justru berat badan naik dan menjadi tidak sehat,” tutup Sri Sukmaniah.

Larissa huda
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7337 seconds (0.1#10.140)
pixels