Lulusan Teknik Berbasis STEM

Rabu, 15 Juli 2015 - 09:39 WIB
Lulusan Teknik Berbasis...
Lulusan Teknik Berbasis STEM
A A A
Dengan inovasi berkualitas yang diciptakan para insinyur atau sarjana teknik diyakini Indonesia bisa menempati 10 besar ekonomi dunia pada 2025.

Hal tersebut berdasarkan data perusahaan jaringan jasa profesional multinasional Price waterhouse Coopers (PwC) bahwa proyeksinya adalah Indonesia akan menempati urutan kedelapan dengan perekonomian terbesar di dunia pada 2050 mendatang.

Hingga saat ini total insinyur dan lulusan sarjana teknik di Indonesia diperkirakan mencapai 700.000 orang, tapi hanya sekitar 45% yang bekerja sesuai bidangnya. Untuk bisa memenuhi kebutuhan dalam mendukung pembangunan, Indonesia membutuhkan setidaknya 36.000 sampai 40.000 insinyur setiap tahunnya, atau keseluruhannya sekitar 120.000 insinyur lagi.

Presiden Direktur IBM Indonesia Gunawan Susanto melihat market Indonesia terus berkembang secara signifikan. Karena itu, perusahaan berbasis teknologi seperti IBM membutuhkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi science, technology, engineering, and math (STEM) sebagai landasan.

“Saya melihat dari sisi praktisi IT, jadi tidak berpikir secara menyeluruh soal bisnis engineering -nya. Dari sisi IT, kita bisa melihat memang kebutuhan Indonesia terhadap sarjana teknik mengalami pertumbuhan besar. Ada war of talent yang kenceng sekali.

Kita sangat membutuhkan tenaga profesional (insinyur) itu, mengingat mereka memiliki pola pemikiran kritis, daya analisis mendalam terhadap suatu masalah,” ujar Gunawan masih merasa sulit menemukan para insinyur Indonesia yang berkualitas. Saat ini, salah satunya, lulusan SMA Sampoerna Academy Mochammad Ragah Khalifah B Aprullah asal Lampung ini memilih belajar di jurusan teknik kimia demi menjadi salah satu insinyur terbaik Indonesia.

“Saya ingin kuliah yang berhubungan dengan kimia, matematika, dan fisika. Sudah lama saya suka pelajaran itu semua dan saya menemukannya di chemical engineering ,” ujar Ragah, yang sudah memasuki tahun keduanya di Universitas Missouri, Amerika Serikat. Dia menjelaskan, dirinya memilih jurusan teknik kimia yang mengedepankan kemampuan analisa dan daya hitung (matematis) yang kuat. Selain berbekal prestasi akademis selama di SMA Sampoerna Academy, Ragah juga punya kepedulian terhadap lingkungan.

“Jujur saja ya, awalnya perspektif saya tentang teknik kimia itu berat karena tidak tahu apa-apa. Ternyata jurusan tersebut merupakan satu dari lima jurusan terfavorit di Amerika,” ujarnya. Belajar jauh sampai ke Amerika, Ragah yang masuk kelas internasional atas dana bantuan pendidikan ini berniat untuk kembali ke Indonesia untuk mengamalkan pengetahuan dan skill yang dimilikinya.

Setelahnya dia akan melanjutkan untuk bekerja di Amerika kemudian melanjutkan mimpinya. “Saya mau dua tahun dulu kerja di Amerika. Saya ingin belajar dulu bagaimana cara bekerja di sana, kalau sudah tahu working system -nya, baru saya akan mengimplementasikan di Indonesia,” ucapnya yang masuk Deans List, mahasiswa yang mempertahankan IPK-nya di atas 3,5.

Saat ini Sampoerna Schools System merupakan suatu sistem pendidikan terintegrasi pertama di Indonesia yang menerapkan kurikulum internasional berkualitas, berbahasa Inggris, dan berfokus pada pendidikan dengan pendekatan STEM.

Tahun ajaran baru ini Sampoerna Academy yang merupakan institusi pendidikan menengah yang menerapkan Sampoerna Schools System memberikan kesempatan bagi generasi muda di Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat secara lebih cepat melalui program FASTRACKUSA.

“Program inovatif FASTRACKUSA ini merupakan salah satu bentuk komitmen kami,” ujar Fibriyani Elastria, Marketing Director Sampoerna Schools System, dalam rilis yang diterima KORAN SINDO .

Sali Pawiatan/Andari Novianti
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7872 seconds (0.1#10.140)