Terjebak dalam Demo Uber
A
A
A
Penyanyi/aktris Courtney Love punya pengalaman buruk saat berada di Paris. Dalam perjalanan dari bandara menggunakan layanan taksi pribadi Uber, tiba-tiba mobilnya dihentikan massa.
Ternyata ketika itu memang sedang ada demo besarbesaran menentang Uber. Dan mantan istri mendiang Kurt Cobain itu terjebak di dalamnya. ”Mereka (demonstran) menyerang mobil kami, menyandera pengemudinya. Mobil dirusak menggunakan tongkat dari logam. Ini yang namanya Prancis? Saya lebih aman berada di Baghdad,” cuitnya dalam akun Twitter yang memiliki 1,9 juta followers.
Menurut Love, ban mobil yang ditumpanginya hancur setelah hampir satu jam “disandera”. Akhirnya ia membayar seorang pria yang menggunakan sepeda motor untuk membawanya kabur, walau sempat dikejar dan dilempar batu oleh massa yang terdiri dari pengemudi sopir yang marah. ”Kami melewati dua orang polisi yang tidak bisa berbuat apa-apa,” papar Love. Apa yang dialami Love di Prancis ini merupakan bentuk gegar budaya.
Perusahaan Uber yang sedang memperluas layanan mereka di seluruh dunia, memberikan pendekatan berbasis kapitalisme dan agama ”disruption” (solusi baru yang lebih baik untuk menggantikan layanan lama yang telah bertahun-tahun ada dan tidak pernah berubah). Menggunakan aplikasi smartphone, siapapun yang memenuhi syarat dapat mencari uang dengan menyewakan mobil pribadinya. Potensinya memang luar biasa: menjanjikan 50.000 lapangan kerja baru di seluruh Eropa.
Sayangnya, seperti halnya di berbagai negara lain— termasuk Indonesia—layanan Uber tidak mendapat respon positif dari para pengemudi taksi karena dianggap mengambil lahan mereka. Demo yang terjadi Kamis (9/8) silam itu merupakan demo penentang Uber terbesar yang dilakukan. Diikuti oleh 2.800 pengemudi taksi, dengan membakar ban dan merusak mobil, hingga harus ditangani oleh pasukan anti huru hara Prancis.
Demo sebelumnya, disebut Operation Escargot, memblokir lalu lintas antara Paris dengan dua bandara dan pusat kota. Pengemudi taksi menyebut Uber memberikan kompetisi yang tidak adil, karena perbedaan regulasi dibandingkan ijin yang harus dilalui oleh pemilik dan pengemudi taksi. Layanan Uber sendiri saat ini dilarang di Spanyol, dan harus berurusan dengan regulator di Jerman, Belanda, India, Inggris, China, Korea, dan Indonesia.
Danang
Ternyata ketika itu memang sedang ada demo besarbesaran menentang Uber. Dan mantan istri mendiang Kurt Cobain itu terjebak di dalamnya. ”Mereka (demonstran) menyerang mobil kami, menyandera pengemudinya. Mobil dirusak menggunakan tongkat dari logam. Ini yang namanya Prancis? Saya lebih aman berada di Baghdad,” cuitnya dalam akun Twitter yang memiliki 1,9 juta followers.
Menurut Love, ban mobil yang ditumpanginya hancur setelah hampir satu jam “disandera”. Akhirnya ia membayar seorang pria yang menggunakan sepeda motor untuk membawanya kabur, walau sempat dikejar dan dilempar batu oleh massa yang terdiri dari pengemudi sopir yang marah. ”Kami melewati dua orang polisi yang tidak bisa berbuat apa-apa,” papar Love. Apa yang dialami Love di Prancis ini merupakan bentuk gegar budaya.
Perusahaan Uber yang sedang memperluas layanan mereka di seluruh dunia, memberikan pendekatan berbasis kapitalisme dan agama ”disruption” (solusi baru yang lebih baik untuk menggantikan layanan lama yang telah bertahun-tahun ada dan tidak pernah berubah). Menggunakan aplikasi smartphone, siapapun yang memenuhi syarat dapat mencari uang dengan menyewakan mobil pribadinya. Potensinya memang luar biasa: menjanjikan 50.000 lapangan kerja baru di seluruh Eropa.
Sayangnya, seperti halnya di berbagai negara lain— termasuk Indonesia—layanan Uber tidak mendapat respon positif dari para pengemudi taksi karena dianggap mengambil lahan mereka. Demo yang terjadi Kamis (9/8) silam itu merupakan demo penentang Uber terbesar yang dilakukan. Diikuti oleh 2.800 pengemudi taksi, dengan membakar ban dan merusak mobil, hingga harus ditangani oleh pasukan anti huru hara Prancis.
Demo sebelumnya, disebut Operation Escargot, memblokir lalu lintas antara Paris dengan dua bandara dan pusat kota. Pengemudi taksi menyebut Uber memberikan kompetisi yang tidak adil, karena perbedaan regulasi dibandingkan ijin yang harus dilalui oleh pemilik dan pengemudi taksi. Layanan Uber sendiri saat ini dilarang di Spanyol, dan harus berurusan dengan regulator di Jerman, Belanda, India, Inggris, China, Korea, dan Indonesia.
Danang
(ars)