Duduk Picu Risiko Tinggi Terhadap Kanker

Rabu, 22 Juli 2015 - 10:49 WIB
Duduk Picu Risiko Tinggi Terhadap Kanker
Duduk Picu Risiko Tinggi Terhadap Kanker
A A A
Menghabiskan waktu untuk duduk berlama-lama telah lama disinyalir dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti diabetes, hipertensi, stroke, hingga gangguan postur tubuh. Namun, ternyata masih ada risiko yang diakibatkan dari aktivitas duduk dalam jangka waktu yang sangat lama, yaitu kanker.

Sebuah penelitian yang dilansir situs Daily Mail, para ilmuwan menyebutkan menghabiskan lebih banyak waktu luang dengan duduk dapat meningkatkan risiko kanker payudara, kanker ovarium, dan kanker sumsum tulang, khususnya pada wanita. Lebih banyak waktu luang yang dihabiskan hanya duduk tanpa aktivitas fisik, seperti menonton televisi, meningkatkan peluang terserang kanker sebesar 10% pada wanita, sedangkan dampak ini tidak dirasakan pada pria.

Sudah lama orang mengetahui bahwa terlalu sedikit melakukan aktivitas fisik dapat menurunkan kualitas kesehatan. Namun, penelitian terbaru telah memusatkan perhatian bahwa menghabiskan waktu berlama-lama untuk duduk dianggap sebagai ancaman yang cukup serius dan dibutuhkan perhatian tertentu.

Sebuah penelitian yang dilakukan American Cancer Society mengamati setidaknya 146.000 orang yang terdiri atas 69.260 pria dan 77.462 wanita dari tahun 1992 hingga 2009. Selama periode tersebut, sebanyak 18.555 pria dan 12.236 wanita terdiagnosis kanker. Para peneliti menemukan bahwa menghabiskan waktu senggang hanya dengan duduk berlama-lama berkaitan dengan risiko 10% lebih tinggi terkena kanker.

Angka ini bahkan lebih tinggi dari faktor lain, seperti jumlah aktivitas fisik, massa tubuh, dan faktor lainnya yang turut memengaruhi Para peneliti menyimpulkan bahwa semakin banyak waktu luang yang dihabiskan hanya dengan duduk berlama-lama, maka semakin tinggi risiko kanker, terutama yang menyerang wanita, seperti multiple myeloma atau kanker sumsum tulang, kanker payudara, dan kanker ovarium.

Namun, risiko terlalu sering berlamalama duduk ini tidak ditemukan berdampak risiko kanker pada pria. “Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami perbedaan hubungan antara pria dan wanita,” kata salah seorang peneliti. Oleh karena itu, pedoman American Cancer Society menganjurkan untuk sebisa mungkin mengurangi waktu untuk duduk dalam waktu yang sangat lama.

Sebuah penelitian terdahulu yang pernah dilakukan University of Regensburgdi Jerman menemukan bahwa aktivitas duduk meningkatkan risiko terserang kanker usus dan kanker paru-paru. Para ilmuwan mengatakan bahwa setiap bertambahnya 2 jam hanya untuk duduk (sedentary time) dalam sehari berisiko meningkatkan risiko kanker usus sebanyak 8% dan peningkatan risiko 10% kanker endometrium (rahim).

Namun, studi sebelumnya ini tidak menemukan hubungan antara duduk dan risiko yang lebih tinggi dari kanker payudara dan ovarium. Peneliti asal Jerman, Daniela Schmid, dan Dr Michael Leitzmann, mengatakan satu kemungkinan atas kenaikan risiko kanker dalam penelitian mereka bahwa duduk sering dikaitkan dengan menonton TV, dan pada akhirnya sering disertai dengan makan junk fooddan mengonsumsi minuman manis.

Kemungkinan lain adalah kurangnya vitamin D yang diproduksi dalam tubuh yang bisa didapatkan ketika terkena sinar matahari. Peneliti tahun lalu, Dr Emma Wilmot dan rekannya di University of Leicester menganalisis 18 studi tersebut dengan menggabungkannya sebanyak total 800.000 orang.

Mereka menemukan bahwa orang yang menghabiskan waktu paling lama untuk duduk berisiko dua kali menderita diabetes atau penyakit jantung dibandingkan mereka yang menghabiskan waktu duduknya paling sedikit. Mereka juga melaporkan bahwa duduk dalam jangka waktu yang sangat lama juga berisiko menderita penyakit ginjal, terutama pada wanita.

Selain itu, nyeri otot, nyeri sendi, dan punggung menjadi semakin umum diderita oleh masyarakat kalangan kelas menengah, yang menghabiskan sebagian besar hidup mereka dengan duduk. “Ketika kita duduk untuk jangka waktu yang lama, perubahan enzim terjadi pada otot-otot kita hingga dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Efek terjadi sangat cepat, dan olahraga teratur tidak akan sepenuhnya melindunginya,” sebut Dr Wilmot.

Larissa huda
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7761 seconds (0.1#10.140)