Smartphone Ganggu Waktu Belajar Siswa
A
A
A
KEHADIRAN smartphone atau telepon pintar telah banyak menunjang aktivitas manusia. Hampir semua pekerjaan dapat diselesaikan hanya dengan usapan jari pada layar.
Namun, keberadaan telepon pintar akan menjadi bencana jika tidak digunakan dengan bijaksana, terutama jika penggunanya merupakan pelajar. Sebab, banyak siswa pengguna smartphone yang aktivitas belajarnya terganggu. Sebuah penelitian yang dilansir dalam situs Daily Mail menemukan bahwa siswa yang diberikan iPhone akan menggunakannya untuk media sosial dan mendengarkan musik, daripada membantu mereka belajar.
Tak sedikit dari mereka yang justru merasa pekerjaan mereka terganggu. Masa penelitian yang panjang tersebut telah membawa psikolog untuk menyimpulkan bahwa siswa sangat membutuhkan pendamping yang tepat saat menggunakan teknologi.
Psikolog asal Rice University di Houston Texas ingin melihat apakah teknologi smartphone terbaru akan digunakan oleh siswa untuk meningkatkan proses belajar mereka. Mereka berharap siswa dapat menggunakan smartphone mereka untuk mencari informasi, menyaksikan tutorial, dan terlibat dalam diskusi akademik.
Ketika pertama kali diberikan seperangkat smartphone baru, para siswa dengan sangat luar biasa mengatakan bahwa alat tersebut dapat membantu mereka untuk mengerjakan tes lebih baik dan mendapat nilai yang lebih baik tanpa ada gangguan apa pun. Namun, pada tahun berikutnya, para ahli justru menemukan hasil yang sebaliknya.
Seorang ketua dari tim penelitian dan profesor psikologi, Philip Kortum sangat terkejut dengan hasil temuan tersebut. “Saya pikir sekelompok siswa ini dapat segera memahami manfaat yang mendidik dari teknologi dan menggunakannya dengan baik,” kata Philip Kortum.
Menurut dia, jika saja para siswa tersebut dapat menggunakan teknologi dengan baik, mereka dapat mengambil manfaat dari smartphone mereka dengan membaca literatur, menyaksikan percobaan sains, atau mengunduh aplikasi yang mendidik. “Pada awalnya mereka sangat antusias (terhadap pemberian teknologi pada siswa), tapi pada akhirnya mereka menjadi sangat memprihatinkan,” tambah Philip.
Para psikolog tersebut menanyakan serangkaian pertanyaan sebelum dan setelah penelitian. Jawaban mereka kemudian diberikan skor. Semakin tinggi skor, semakin positif respon mereka. Ketika ditanyakan pada awal, apakah mereka berpikir bahwa smartphone dapat membuat mereka memperoleh skor yang lebih tinggi, respon rata-rata dari mereka positif, dengan skor 3,71 dari skala.
Namun, satu tahun kemudian, ketika ditanyakan apakah smartphone membantu mereka memperoleh skor lebih baik saat tes, skor rata-rata hanya lebih dari setengahnya hingga 1,54 dengan skala yang sama, yang menunjukkan kekecewaan terhadap teknologi.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam British Journal of Psikologi Pendidikan, saat ditanya apakah ponsel menjadi pengalih perhatian saat belajar, siswa memberikan skor rata-rata 1,91 pada penelitian awal. Angka tersebut naik signifikan menjadi 4,03 pada akhir penelitian. Ada perbedaan yang sama juga dalam pertanyaan tentang seberapa baik smartphone membantu mereka dengan pekerjaan rumah dan tes mereka.
Jawaban yang mereka berikan positif di awal, tapi lebih negatif pada akhir. Para peneliti menyimpulkan, tidak cukup untuk memberikan siswa teknologi yang tepat, tetapi mereka juga membutuhkan bimbingan konstan tentang bagaimana menggunakannya.
Larissa huda
Namun, keberadaan telepon pintar akan menjadi bencana jika tidak digunakan dengan bijaksana, terutama jika penggunanya merupakan pelajar. Sebab, banyak siswa pengguna smartphone yang aktivitas belajarnya terganggu. Sebuah penelitian yang dilansir dalam situs Daily Mail menemukan bahwa siswa yang diberikan iPhone akan menggunakannya untuk media sosial dan mendengarkan musik, daripada membantu mereka belajar.
Tak sedikit dari mereka yang justru merasa pekerjaan mereka terganggu. Masa penelitian yang panjang tersebut telah membawa psikolog untuk menyimpulkan bahwa siswa sangat membutuhkan pendamping yang tepat saat menggunakan teknologi.
Psikolog asal Rice University di Houston Texas ingin melihat apakah teknologi smartphone terbaru akan digunakan oleh siswa untuk meningkatkan proses belajar mereka. Mereka berharap siswa dapat menggunakan smartphone mereka untuk mencari informasi, menyaksikan tutorial, dan terlibat dalam diskusi akademik.
Ketika pertama kali diberikan seperangkat smartphone baru, para siswa dengan sangat luar biasa mengatakan bahwa alat tersebut dapat membantu mereka untuk mengerjakan tes lebih baik dan mendapat nilai yang lebih baik tanpa ada gangguan apa pun. Namun, pada tahun berikutnya, para ahli justru menemukan hasil yang sebaliknya.
Seorang ketua dari tim penelitian dan profesor psikologi, Philip Kortum sangat terkejut dengan hasil temuan tersebut. “Saya pikir sekelompok siswa ini dapat segera memahami manfaat yang mendidik dari teknologi dan menggunakannya dengan baik,” kata Philip Kortum.
Menurut dia, jika saja para siswa tersebut dapat menggunakan teknologi dengan baik, mereka dapat mengambil manfaat dari smartphone mereka dengan membaca literatur, menyaksikan percobaan sains, atau mengunduh aplikasi yang mendidik. “Pada awalnya mereka sangat antusias (terhadap pemberian teknologi pada siswa), tapi pada akhirnya mereka menjadi sangat memprihatinkan,” tambah Philip.
Para psikolog tersebut menanyakan serangkaian pertanyaan sebelum dan setelah penelitian. Jawaban mereka kemudian diberikan skor. Semakin tinggi skor, semakin positif respon mereka. Ketika ditanyakan pada awal, apakah mereka berpikir bahwa smartphone dapat membuat mereka memperoleh skor yang lebih tinggi, respon rata-rata dari mereka positif, dengan skor 3,71 dari skala.
Namun, satu tahun kemudian, ketika ditanyakan apakah smartphone membantu mereka memperoleh skor lebih baik saat tes, skor rata-rata hanya lebih dari setengahnya hingga 1,54 dengan skala yang sama, yang menunjukkan kekecewaan terhadap teknologi.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam British Journal of Psikologi Pendidikan, saat ditanya apakah ponsel menjadi pengalih perhatian saat belajar, siswa memberikan skor rata-rata 1,91 pada penelitian awal. Angka tersebut naik signifikan menjadi 4,03 pada akhir penelitian. Ada perbedaan yang sama juga dalam pertanyaan tentang seberapa baik smartphone membantu mereka dengan pekerjaan rumah dan tes mereka.
Jawaban yang mereka berikan positif di awal, tapi lebih negatif pada akhir. Para peneliti menyimpulkan, tidak cukup untuk memberikan siswa teknologi yang tepat, tetapi mereka juga membutuhkan bimbingan konstan tentang bagaimana menggunakannya.
Larissa huda
(ftr)