Tawarkan Platform untuk Penjual Instagram
A
A
A
Berawal dari kegusaran terhadap mereka yang mempromosikan barang dagangan di bagian komentar Instagram, Gerry Herwanto dan Yuwonosigit berupaya menghadirkan solusi yang lebih muda.
Tokopoket adalah marketplace berbasis perangkat mobile yang dikhususkan untuk jual beli barang dengan tambahan fitur-fitur yang mempermudah penjual berjualan dan berkomunikasi dengan pembeli.
“Awalnya kita suka sebal karena banyak orang yang tiba-tiba nge-tag dan mengisi kolom komentar atau ‘nyampah’ di akun Instagram untuk memasarkan produk tertentu,” ungkap Gerry. Social marketplace seperti Tokopoket disebut Gerry menyesuaikan gaya hidup masyarakat urban yang semakin mobile dan mengandalkan perangkat smartphone mereka.
”Karena itu pula kami fokus membangun mobile app ketimbang web,” paparnya. Tokopoket resmi berdiri sejak awal 2015 dan sudah tersedia dalam platform Android dan iOS (bulan depan). Kendati masih baru, namun mereka mengklaim sudah menperoleh pendanaan dari angel investor sebulan setelah berdiri dan saat ini sudah memiliki 300 pengguna.
Tokopoket sendiri memiliki fitur desain layaknya sebuah akun Instagram, misalnya penjual cukup mengunggah barang yang dijual serta keterangan mengenai produk yang dijual serta informasi lainnya. Hanya saja disini disediakan beberapa fitur yang memang mempermudah jual beli barang.
Misalnya, kolom info mengenai metode pembayaran dan pengiriman, kolom review, serta fitur chatting sehingga penjual dan pembeli dapat berkomunikasi langsung tanpa lewat kolom comment seperti di Instagram. Fitur jumlah follower serta like dan dislike disediakan sebagai indikator reputasi kualitas penjual.
Lantas bagaimana sistem monetisasinya? Gerry dan Sigit sepakat bahwa untuk saat ini semua masih free. “Kita akan fokus untuk memperkenalkan Tokopoket dulu kepada publik serta mengembangkan aplikasi,” tutur Sigit. Gerry dan Sigit optimistis Tokopoket akan digemari oleh mereka yang terbiasa berjualan di Instagram atau UKM sebagai jalur pemasaran produk.
“Kita sebenarnya bukan pesaing e-commerce besar. Karena justru jadi komplementer. Tokopoket menawarkan kemudahan dimana Anda tidak perlu melakukan registrasi yang panjang dan ribet. Cukup registrasi dan menggunakannya layaknya sebuah media sosial,” ungkap Sigit.
Kendati penggunaanya cukup mudah, tapi Gerry dan Sigit masih sering menemukan tantangan bahwa orang ragu dan bingung menggunakan Tokopoket. “Sebab di kepala mereka hal yang terlintas bahwa menggunakan layanan Tokopoket sama seperti layanan serupa lainnya yang ribet dan harus membayar komisi,” tambah Gerry.
Cahyandaru Kuncorojati
Tokopoket adalah marketplace berbasis perangkat mobile yang dikhususkan untuk jual beli barang dengan tambahan fitur-fitur yang mempermudah penjual berjualan dan berkomunikasi dengan pembeli.
“Awalnya kita suka sebal karena banyak orang yang tiba-tiba nge-tag dan mengisi kolom komentar atau ‘nyampah’ di akun Instagram untuk memasarkan produk tertentu,” ungkap Gerry. Social marketplace seperti Tokopoket disebut Gerry menyesuaikan gaya hidup masyarakat urban yang semakin mobile dan mengandalkan perangkat smartphone mereka.
”Karena itu pula kami fokus membangun mobile app ketimbang web,” paparnya. Tokopoket resmi berdiri sejak awal 2015 dan sudah tersedia dalam platform Android dan iOS (bulan depan). Kendati masih baru, namun mereka mengklaim sudah menperoleh pendanaan dari angel investor sebulan setelah berdiri dan saat ini sudah memiliki 300 pengguna.
Tokopoket sendiri memiliki fitur desain layaknya sebuah akun Instagram, misalnya penjual cukup mengunggah barang yang dijual serta keterangan mengenai produk yang dijual serta informasi lainnya. Hanya saja disini disediakan beberapa fitur yang memang mempermudah jual beli barang.
Misalnya, kolom info mengenai metode pembayaran dan pengiriman, kolom review, serta fitur chatting sehingga penjual dan pembeli dapat berkomunikasi langsung tanpa lewat kolom comment seperti di Instagram. Fitur jumlah follower serta like dan dislike disediakan sebagai indikator reputasi kualitas penjual.
Lantas bagaimana sistem monetisasinya? Gerry dan Sigit sepakat bahwa untuk saat ini semua masih free. “Kita akan fokus untuk memperkenalkan Tokopoket dulu kepada publik serta mengembangkan aplikasi,” tutur Sigit. Gerry dan Sigit optimistis Tokopoket akan digemari oleh mereka yang terbiasa berjualan di Instagram atau UKM sebagai jalur pemasaran produk.
“Kita sebenarnya bukan pesaing e-commerce besar. Karena justru jadi komplementer. Tokopoket menawarkan kemudahan dimana Anda tidak perlu melakukan registrasi yang panjang dan ribet. Cukup registrasi dan menggunakannya layaknya sebuah media sosial,” ungkap Sigit.
Kendati penggunaanya cukup mudah, tapi Gerry dan Sigit masih sering menemukan tantangan bahwa orang ragu dan bingung menggunakan Tokopoket. “Sebab di kepala mereka hal yang terlintas bahwa menggunakan layanan Tokopoket sama seperti layanan serupa lainnya yang ribet dan harus membayar komisi,” tambah Gerry.
Cahyandaru Kuncorojati
(ars)