Saatnya Bangga Miliki God Bless
A
A
A
Grup musik God Bless pada tahun ini resmi berumur 42 tahun. Apa yang membuat kita harus bangga memiliki grup musik sebesar God Bless? God Bless merupakan grup musik rock yang menjadi legenda di Indonesia.
Bisa dikatakan God Bless menjadi tonggak sejarah kesuksesan band rock di Tanah Air. Pertama kali dibentuk pada 5 Mei 1973 dengan nama Crazy Wheels, God Bless merasakan pahit getirnya berkreasi di dunia musik Indonesia. Bongkar pasang personel serta berbagai hal yang mewarnai perjalanan karier mereka, harusnya bisa menumbangkan eksistensi mereka.
Namun, 42 tahun sudah God Bless terus berkreasi dan tidak pernah tersiar kabar untuk berhenti. Sebagai bentuk ungkapan rasa syukur eksistensi perjalanan karier selama 42 tahun grup band yang kini digawangi personel Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (vokal), Donny Fatah (bass), Abadi Soesman (keyboard), dan Fajar Satritama (drum) ini akan menggelar konser tunggal bertajuk MusiKuKeren:
Panggung Sandiwara God Bless Ciputra Artpreneurpada 7 Agustus 2015 mendatang. Serangkaian persiapan telah mereka lakukan guna menyukseskan perhelatan besar itu. KORAN SINDO mendapatkan kehormatan untuk berbincang dengan mereka seputar persiapan konser, perjalanan karier selama 42 tahun, dan rencana mereka ke depan. Berikut wawancara dengan tiga personel inti God Bless yang ditemui di kediaman Ahmad Albar, kawasan Cinere, Depok, Kamis (30/7) lalu.
Bagaimana personel memaknai konser 42 tahun perjalanan karier bermusik ini?
Donny: Ini wujud rasa terima kasih karena usia band yang setengah abad dan rata-rata usia personel yang sudah kepala 6 ini masih diberikan apresiasi membuat konser tunggal.
Apa resepnya 42 tahun masih bisa terus konsisten berkarya?
Iyek (Ahmad Albar):Gakada resepnya apa-apa, kami hanya bersyukur bahwa kami masih bisa terus berkarya dan diterima oleh penggemar. Kuncinya satu, setiap personel memiliki visi dan pandangan yang sama sehingga bisa terus mempertahankan kebersamaan. Makanya, meski kami sering vakum dua tiga tahun sekitar awal 1990-an, kami tidak bubar. Setiap band pasti ada problem masingmasing dalam perjalanan. Yang terpenting ada kesadaran bisa menerima satu sama lain, terutama kalau ada yang salah.
Lalu bagaimana persiapan konser nanti?
Iyek:Sejauh ini kami masih tetap melakukan latihan semaksimal mungkin. Baik dari untuk persiapan di atas panggung, latihan dengan orkestra, dan pengisi acara lain seperti Eet Sjahranie, Husein Alatas, Candil, dan Maria Callista agar semua elemen dalam konser bisa bersinergi dan menghasilkan tontonan berkualitas. Di luar panggung, persiapan seperti biasa berolahraga, istirahat, dan makan yang teratur agar fisik dan stamina bisa terjaga.
Ian:Latihan itu harus karena banyak aransemen lagu yang diubah. Di konser nanti kami pakai orkestra. Jangan harap lagu yang kami bawakan nanti seperti kaset. Nanti akan banyak improvisasi dan sajian aransemen baru yang kami hadirkan meski tidak mengubah pakem dan roh dari lagu tersebut.
Apa konser God Bless ini menjadi bukti bagi musisi lokal guna menunjukkan eksistensi musisi lokal mengingat saat ini banjir musisi asing?
Iyek: Bukan kami saja yang membuktikan, namun generasi-generasi muda juga membuktikan semangat dan penampilan mereka di atas panggung gakkalah sama musisi asing.
Ada hal baru yang ingin dihadirkan dalam konser sebagai wujud apresiasi kepada penggemar dalam konser tunggal ini?
Iyek: Ada beberapa lagu sekitar 4- 5 lagu yang sebetulnya listlagu dari beberapa album kami yang jarang dibawakan di atas panggung. Terakhir kali kami bawakan 15-20 tahun lalu, Selamat Pagi Indonesia, cermin kita nostalgia lagi membawakan lagu ini dan kami akui memang cukup kesulitan membawakan lagu ini. Karena kalau dibawakan sendiri, bisa cuma sedikit shock,namun karena didukung orkestra, sedikit meringankan kami.
Adakah persiapan khusus untuk menjaga stamina?
Ian:Latihan rutin untuk membiasakan otot. Harus istirahat cukup. Dan jika sudah dekat hari H, tidak boleh melakukan kegiatan yang menguras tenaga.
Mengapa penggemar harus menonton konser ini?
Iyek:Kami berharap menjadi contoh buat generasi muda. Insya Allah kalau berjalan lancar, jadi contoh buat mereka. Kami yang tuatua saja bisa gelar konser yang bagus.
Ian:Yang penting tujuan kami setiap orang bisa menikmati pertunjukan yang bagus. Jangan hanya band Barat saja (yang ditonton).
Donni: Sama seperti yang lain, namun ada tambahan, satu hal yang penting itu melalui konser ini kami masih dihargai atau diapresiasi.
Thomasmanggalla
Bisa dikatakan God Bless menjadi tonggak sejarah kesuksesan band rock di Tanah Air. Pertama kali dibentuk pada 5 Mei 1973 dengan nama Crazy Wheels, God Bless merasakan pahit getirnya berkreasi di dunia musik Indonesia. Bongkar pasang personel serta berbagai hal yang mewarnai perjalanan karier mereka, harusnya bisa menumbangkan eksistensi mereka.
Namun, 42 tahun sudah God Bless terus berkreasi dan tidak pernah tersiar kabar untuk berhenti. Sebagai bentuk ungkapan rasa syukur eksistensi perjalanan karier selama 42 tahun grup band yang kini digawangi personel Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (vokal), Donny Fatah (bass), Abadi Soesman (keyboard), dan Fajar Satritama (drum) ini akan menggelar konser tunggal bertajuk MusiKuKeren:
Panggung Sandiwara God Bless Ciputra Artpreneurpada 7 Agustus 2015 mendatang. Serangkaian persiapan telah mereka lakukan guna menyukseskan perhelatan besar itu. KORAN SINDO mendapatkan kehormatan untuk berbincang dengan mereka seputar persiapan konser, perjalanan karier selama 42 tahun, dan rencana mereka ke depan. Berikut wawancara dengan tiga personel inti God Bless yang ditemui di kediaman Ahmad Albar, kawasan Cinere, Depok, Kamis (30/7) lalu.
Bagaimana personel memaknai konser 42 tahun perjalanan karier bermusik ini?
Donny: Ini wujud rasa terima kasih karena usia band yang setengah abad dan rata-rata usia personel yang sudah kepala 6 ini masih diberikan apresiasi membuat konser tunggal.
Apa resepnya 42 tahun masih bisa terus konsisten berkarya?
Iyek (Ahmad Albar):Gakada resepnya apa-apa, kami hanya bersyukur bahwa kami masih bisa terus berkarya dan diterima oleh penggemar. Kuncinya satu, setiap personel memiliki visi dan pandangan yang sama sehingga bisa terus mempertahankan kebersamaan. Makanya, meski kami sering vakum dua tiga tahun sekitar awal 1990-an, kami tidak bubar. Setiap band pasti ada problem masingmasing dalam perjalanan. Yang terpenting ada kesadaran bisa menerima satu sama lain, terutama kalau ada yang salah.
Lalu bagaimana persiapan konser nanti?
Iyek:Sejauh ini kami masih tetap melakukan latihan semaksimal mungkin. Baik dari untuk persiapan di atas panggung, latihan dengan orkestra, dan pengisi acara lain seperti Eet Sjahranie, Husein Alatas, Candil, dan Maria Callista agar semua elemen dalam konser bisa bersinergi dan menghasilkan tontonan berkualitas. Di luar panggung, persiapan seperti biasa berolahraga, istirahat, dan makan yang teratur agar fisik dan stamina bisa terjaga.
Ian:Latihan itu harus karena banyak aransemen lagu yang diubah. Di konser nanti kami pakai orkestra. Jangan harap lagu yang kami bawakan nanti seperti kaset. Nanti akan banyak improvisasi dan sajian aransemen baru yang kami hadirkan meski tidak mengubah pakem dan roh dari lagu tersebut.
Apa konser God Bless ini menjadi bukti bagi musisi lokal guna menunjukkan eksistensi musisi lokal mengingat saat ini banjir musisi asing?
Iyek: Bukan kami saja yang membuktikan, namun generasi-generasi muda juga membuktikan semangat dan penampilan mereka di atas panggung gakkalah sama musisi asing.
Ada hal baru yang ingin dihadirkan dalam konser sebagai wujud apresiasi kepada penggemar dalam konser tunggal ini?
Iyek: Ada beberapa lagu sekitar 4- 5 lagu yang sebetulnya listlagu dari beberapa album kami yang jarang dibawakan di atas panggung. Terakhir kali kami bawakan 15-20 tahun lalu, Selamat Pagi Indonesia, cermin kita nostalgia lagi membawakan lagu ini dan kami akui memang cukup kesulitan membawakan lagu ini. Karena kalau dibawakan sendiri, bisa cuma sedikit shock,namun karena didukung orkestra, sedikit meringankan kami.
Adakah persiapan khusus untuk menjaga stamina?
Ian:Latihan rutin untuk membiasakan otot. Harus istirahat cukup. Dan jika sudah dekat hari H, tidak boleh melakukan kegiatan yang menguras tenaga.
Mengapa penggemar harus menonton konser ini?
Iyek:Kami berharap menjadi contoh buat generasi muda. Insya Allah kalau berjalan lancar, jadi contoh buat mereka. Kami yang tuatua saja bisa gelar konser yang bagus.
Ian:Yang penting tujuan kami setiap orang bisa menikmati pertunjukan yang bagus. Jangan hanya band Barat saja (yang ditonton).
Donni: Sama seperti yang lain, namun ada tambahan, satu hal yang penting itu melalui konser ini kami masih dihargai atau diapresiasi.
Thomasmanggalla
(bbg)