Daging Merah Bisa Sebabkan Kanker Usus
A
A
A
DI balik kenikmatan daging merah ternyata dapat menyebabkan berbagai penyakit dalam tubuh. Para peneliti beranggapan, pigmen merah yang terdapat pada daginglah yang menjadi penyebabnya.
Banyak makanan yang enak di lidah, tapi ternyata tidak baik dikonsumsi tubuh dalam jumlah besar, salah satunya konsumsi daging merah.
Selain kandungan lemaknya yang bisa memicu kegemukan, daging merah ternyata dapat memicu berbagai penyakit, seperti kanker usus. Berdasarkan informasi yang dilansir Daily Mail , para ilmuwan telah meyakini kandungan yang terdapat dalam daging merah dapat memicu kanker usus yang lebih tinggi. Kandungan pigmen yang memberikan warna merah khas pada daginglah yang jadi penyebabnya.
Heme atau haem merupakan bagian dari hemoglobin darah yang mengikat oksigen yang memungkinkan untuk diangkut ke seluruh tubuh. Namun, kadar heme ini ditemukan dalam jumlah yang jauh lebih tinggi dalam daging merah daripada daging putih. Heme mengandung zat besi yang membuat daging berwarna merah. Walaupun daging merah, yang meliputi daging sapi, domba, babi, daging rusa, dan kambing, telah diketahui memiliki risiko kanker selama beberapa dekade terakhir, pemahaman baru dari mekanisme yang menyebabkan sel-sel kanker terbentuk kemungkinan dapat membantu dalam pencegahannya.
Terobosan ini juga dapat menciptakan cara baru untuk mendeteksi siapa saja yang berisiko lebih besar terkena kanker usus dengan mencari penanda kimia yang diproduksi oleh bakteri di usus. Para peneliti dari Universitas Utrecht di Belanda menemukan hubungan antara heme dan kanker usus dengan memberi makanan yang mengandung pigmen merah pada tikus. Mereka menemukan bahwa tikus mengalami kerusakan lapisan usus mereka.
Pada pemeriksaan lebih dekat, mereka menemukan bahwa bakteri dalam usus yang mengubah heme menjadi hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida adalah bahan kimia yang menghasilkan bau seperti telur busuk dan dapat merusak sel-sel yang melapisi usus. Untuk memperbaiki kerusakan, sel-sel akan tumbuh kembali dengan cepat. Namun, pertumbuhan tersebut menciptakan risiko yang lebih besar terbentuknya tumor kanker.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences juga menemukan efek samping dari makan daging dapat dihentikan oleh antibiotik, yang dapat membunuh bakteri. Para ilmuwan menunjukkan, hidrogen trisulphide, bahan kimia yang diproduksi oleh bakteri usus, bisa menjadi penanda kimia yang berguna untuk menunjukkan siapa yang paling berisiko terkena kanker usus.
Mereka menunjukkan bahwa 5-10% kanker kolorektal terjadi akibat faktor keturunan. Namun, mayoritas disebabkan oleh mutasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti pola makan. Meskipun heme dapat meningkatkan risiko kanker usus besar, senyawa lain dalam makanan kita juga meningkatkan risiko. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat apakah mekanisme yang sama berlaku untuk manusia.
Sebagaimana upaya mencegah kanker usus, mengurangi konsumsi heme juga dapat mencegah penyakit lain dari usus, seperti penyakit inflamasi usus. Peneliti utama Noortje Ijsenagger mengatakan, dia telah mengurangi asupan dagingnya, bahkan telah melakukannya selama beberapa tahun sebelum melaksanakan penelitian. “Saya membatasi asupan daging saya, saya makan daging 2 atau 3 kali seminggu. Ini bukan akibat langsung dari temuan saya. Saya telah membatasi asupan daging selama beberapa tahun,” ungkapnya sebagaimana yang dikutip Daily Mail .
Kanker usus adalah salah satu penyakit pembunuh terbesar di Inggris. Sekitar 40.000 orang didiagnosis kanker usus setiap tahun, setidaknya satu korban setiap 15 menit. Daging merah merupakan sumber yang baik dari mineral protein dan vitamin, tetapi penelitian menunjukkan, terlalu banyak tidak baik untuk kesehatan dalam jangka panjang. National Health Service (NHS) di Inggris merekomendasikan untuk makan daging merah tidak lebih dari 70 gram (g) sehari.
Angka ini setara dengan tiga irisan tipis daging sapi panggang, domba, atau babi, masing-masing dengan ukuran setengah potong irisan roti. Sekitar satu dari tiga orang di Inggris makan lebih dari jumlah yang disarankan. Sementara mengurangi konsumsi daging merah dapat meningkatkan risiko kekurangan zat besi. Sumber yang baik zat besi lainnya dapat diambil dari lentil, kacangkacangan, telur, ikan, ayam, kalkun, kacang-kacangan, dan sereal sarapan.
Penelitian tahun lalu menunjukkan, risiko kanker usus meningkat dengan ditemukannya kandungan gula yang disebut Neu5GC dalam daging merah yang dapat menyebabkan peradangan sel. Daging merah dapat menimbulkan risiko masalah kesehatan lainnya.
Sebuah studi di Swedia menemukan pria yang makan dalam jumlah besar daging merah olahan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi akibat gagal jantung. Penelitian juga menemukan bahwa konsumsi daging merah yang lebih tinggi akan mengalami peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan kanker prostat.
Larissa huda
Banyak makanan yang enak di lidah, tapi ternyata tidak baik dikonsumsi tubuh dalam jumlah besar, salah satunya konsumsi daging merah.
Selain kandungan lemaknya yang bisa memicu kegemukan, daging merah ternyata dapat memicu berbagai penyakit, seperti kanker usus. Berdasarkan informasi yang dilansir Daily Mail , para ilmuwan telah meyakini kandungan yang terdapat dalam daging merah dapat memicu kanker usus yang lebih tinggi. Kandungan pigmen yang memberikan warna merah khas pada daginglah yang jadi penyebabnya.
Heme atau haem merupakan bagian dari hemoglobin darah yang mengikat oksigen yang memungkinkan untuk diangkut ke seluruh tubuh. Namun, kadar heme ini ditemukan dalam jumlah yang jauh lebih tinggi dalam daging merah daripada daging putih. Heme mengandung zat besi yang membuat daging berwarna merah. Walaupun daging merah, yang meliputi daging sapi, domba, babi, daging rusa, dan kambing, telah diketahui memiliki risiko kanker selama beberapa dekade terakhir, pemahaman baru dari mekanisme yang menyebabkan sel-sel kanker terbentuk kemungkinan dapat membantu dalam pencegahannya.
Terobosan ini juga dapat menciptakan cara baru untuk mendeteksi siapa saja yang berisiko lebih besar terkena kanker usus dengan mencari penanda kimia yang diproduksi oleh bakteri di usus. Para peneliti dari Universitas Utrecht di Belanda menemukan hubungan antara heme dan kanker usus dengan memberi makanan yang mengandung pigmen merah pada tikus. Mereka menemukan bahwa tikus mengalami kerusakan lapisan usus mereka.
Pada pemeriksaan lebih dekat, mereka menemukan bahwa bakteri dalam usus yang mengubah heme menjadi hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida adalah bahan kimia yang menghasilkan bau seperti telur busuk dan dapat merusak sel-sel yang melapisi usus. Untuk memperbaiki kerusakan, sel-sel akan tumbuh kembali dengan cepat. Namun, pertumbuhan tersebut menciptakan risiko yang lebih besar terbentuknya tumor kanker.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences juga menemukan efek samping dari makan daging dapat dihentikan oleh antibiotik, yang dapat membunuh bakteri. Para ilmuwan menunjukkan, hidrogen trisulphide, bahan kimia yang diproduksi oleh bakteri usus, bisa menjadi penanda kimia yang berguna untuk menunjukkan siapa yang paling berisiko terkena kanker usus.
Mereka menunjukkan bahwa 5-10% kanker kolorektal terjadi akibat faktor keturunan. Namun, mayoritas disebabkan oleh mutasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti pola makan. Meskipun heme dapat meningkatkan risiko kanker usus besar, senyawa lain dalam makanan kita juga meningkatkan risiko. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk melihat apakah mekanisme yang sama berlaku untuk manusia.
Sebagaimana upaya mencegah kanker usus, mengurangi konsumsi heme juga dapat mencegah penyakit lain dari usus, seperti penyakit inflamasi usus. Peneliti utama Noortje Ijsenagger mengatakan, dia telah mengurangi asupan dagingnya, bahkan telah melakukannya selama beberapa tahun sebelum melaksanakan penelitian. “Saya membatasi asupan daging saya, saya makan daging 2 atau 3 kali seminggu. Ini bukan akibat langsung dari temuan saya. Saya telah membatasi asupan daging selama beberapa tahun,” ungkapnya sebagaimana yang dikutip Daily Mail .
Kanker usus adalah salah satu penyakit pembunuh terbesar di Inggris. Sekitar 40.000 orang didiagnosis kanker usus setiap tahun, setidaknya satu korban setiap 15 menit. Daging merah merupakan sumber yang baik dari mineral protein dan vitamin, tetapi penelitian menunjukkan, terlalu banyak tidak baik untuk kesehatan dalam jangka panjang. National Health Service (NHS) di Inggris merekomendasikan untuk makan daging merah tidak lebih dari 70 gram (g) sehari.
Angka ini setara dengan tiga irisan tipis daging sapi panggang, domba, atau babi, masing-masing dengan ukuran setengah potong irisan roti. Sekitar satu dari tiga orang di Inggris makan lebih dari jumlah yang disarankan. Sementara mengurangi konsumsi daging merah dapat meningkatkan risiko kekurangan zat besi. Sumber yang baik zat besi lainnya dapat diambil dari lentil, kacangkacangan, telur, ikan, ayam, kalkun, kacang-kacangan, dan sereal sarapan.
Penelitian tahun lalu menunjukkan, risiko kanker usus meningkat dengan ditemukannya kandungan gula yang disebut Neu5GC dalam daging merah yang dapat menyebabkan peradangan sel. Daging merah dapat menimbulkan risiko masalah kesehatan lainnya.
Sebuah studi di Swedia menemukan pria yang makan dalam jumlah besar daging merah olahan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi akibat gagal jantung. Penelitian juga menemukan bahwa konsumsi daging merah yang lebih tinggi akan mengalami peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan kanker prostat.
Larissa huda
(ars)