Hepatitis Masih Mengancam

Selasa, 11 Agustus 2015 - 09:17 WIB
Hepatitis  Masih Mengancam
Hepatitis Masih Mengancam
A A A
SELAIN tuberkulosis, penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah hepatitis. Adapun yang paling banyak dan berpengaruh terhadap morbiditas, mortalitas, serta ekonomi yaitu virus hepatitis A, B, dan C.

Hepatitis adalah proses peradangan sel-sel hati, yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit) obatobatan, konsumsi alkohol, lemak yang berlebihan, dan penyakit autoimun.Hepatitis C merupakan infeksi yang terutama menyerang organ hati.

Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C kerap tidak memberikan gejala apa pun. Namun, infeksi kronis dapat menyebabkan parut (skar) pada hati dan setelah menahun menyebabkan sirosis. Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sirosis juga mengalami gagal hati, kanker hati, atau pembuluh yang sangat membengkak di esofagus dan lambung, yang dapat mengakibatkan perdarahan hingga kematian.

Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (VHC) yang ditularkan melalui kontak darah dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril, penerima produk darah yang tidak di-screening serta aktivitas seksual yang tidak aman.

Diperkirakan 1,2% dari 245 juta jiwa populasi Indonesia menderita hepatitis dan prevalensi hepatitis C, yaitu 2,5% dari jumlah tersebut. Terinfeksi hepatitis C adalah salah satu faktor risiko terbentuknya kanker hati. Sekitar 25% dari kasus kanker hati disebabkan oleh hepatitis C yang tidak diobati.

Sangat disayangkan pula, menurut data WHO, 25% dari kasus kanker hati disebabkan oleh hepatitis C kronis yang tidak diterapi. Hingga saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi. Namun, menurut dr Rino A Gani SpPD-KGEH selaku Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), masa depan pengobatan hepatitis C akan sangat cerah.

Sebab, pada tahun mendatang dengan masuknya obatobatan baru seperti sofosbuvir, sovaldi harvoni, sampai ledipasvir, harapan untuk sembuhnya bisa sampai 100%. “Jadi, kalau ada 100 pasien hepatitis C, semuanya bisa sembuh,” ungkapnya dalam acara peluncuran kampanye “Lawan Hepatitis C”, di gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (5/8) lalu.

Lebih jauh, dr Rino A Gani menjelaskan, VHC ditularkan melalui kontak dengan darah yang sudah terinfeksi, misalnya pada penggunaan instrumen medis yang terkontaminasi, penggunaan jarum suntik yang tidak steril atau digunakan secara bergantian, tindik, tato, dan cukur dengan alat yang tidak steril, penerima transfusi darah dengan sumber yang belum di-screening, punya riwayat keluarga hepatitis, atau aktivitas seksual yang tidak terproteksi.

“Jadi, bagi orang yang pernah melakukan hal-hal yang dapat memicu risiko tertularnya hepatitis, sebaiknya segera melakukan screeningatau pemeriksaan darah,” tambahnya. “Saya juga menemukan di lapangan, kurang lebih 80% datang ke rumah sakit pada saat penyakit ini sudah masuk fase lanjut, kadang sudah tidak dapat diobati.

Akhirnya dokter hanya akan melakukan terapi dalam mengatasi gejala dan komplikasi medis. Ini memang karakteristik dari penyakit tipe silent killer,” papar Rino. Pada penyakit hepatitis C, gejala baru akan muncul jika sudah masuk tahap lanjut.

Ini juga menyedihkan karena masih banyak orang yang sudah terdeteksi (melalui anti-HCV di laboratorium dan PMI) tapi tidak sadar akan kondisi berbahaya yang menunggu mereka pada masa mendatang. “Saya mengimbau kepada masyarakat untuk sadar mengenai bahaya ini sehingga langkah-langkah pencegahan penyakit dapat kita lakukan untuk menghindari komplikasi fatal.

Mari kita bersama-sama lawan hepatitis C dalam kapasitas dan tanggung jawab kita masing-masing,” kata dr Rino. Dalam memperingati Hari Hepatitis Sedunia 2015 yang jatuh pada 28 Juli, Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Palang Merah Indonesia (PMI), dan PT Roche Indonesia serta didukung oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Indonesian Young Health Professionals’ Society (IYHPS), Prodia, dan Gold’s Gym, meluncurkan kampanye kesehatan “Lawan Hepatitis C: Kenali, Periksa, Kalahkan”.

Program ini juga merupakan komitmen perusahaan dalam memberikan akses informasi tentang hepatitis C,” ungkap Alex White, President Director PT Roche Indonesia. larissa huda

Larissa Huda
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6965 seconds (0.1#10.140)