Terjebak dalam Otak Remaja
A
A
A
Inside Out menegaskan kembali standar tinggi yang ditetapkan Pixar untuk film-filmnya; ide cerita yang unik dan brilian, kisah yang menyentuh, serta komedi yang segar.
Nyaris tiga tahun tak mengeluarkan cerita asli yang baru setelah Brave (2012), Pixar rupanya hanya menunda waktu untuk kembali bersinar dengan film yang diproduksinya. Diwarnai dengan penuh drama, mulai dari menghabiskan waktu pembuatan selama 5 tahun, nyaris membuat sutradaranya, Pete Docter, putus asa dan berniat berhenti membuat film, hingga bolak-balik mengutak-atik cerita hingga memiliki sembilan versi cerita yang berbeda.
Inside Out akhirnya lahir dengan kualitas yang sesuai dengan standar film-film Pixar. Dalam Inside Out , cerita yang tidak biasa lagi-lagi ditawarkan Pixar. Kisahnya tentang rumitnya pertarungan antaremosi yang berkecamuk dalam pikiran seorang gadis yang beranjak remaja. Riley (disuarakan Kaitlyn Dias) -nama gadis tersebut- adalah seorang yang periang dan memiliki kehidupan menyenangkan.
Dia punya orang tua yang sayang kepadanya, temanteman yang menyenangkan, serta hobi bermain hoki yang seru. Sifat periang dan semangat hidup yang menyala-nyala ini bisa hadir karena di dalam pikirannya, Joy (Amy Poehler) -si emosi bahagiamendominasi pikiran Riley.
Dialah yang sibuk mengatur “lalu lintas” emosi dan pikiran Riley agar gadis itu tetap bisa ceria sepanjang hari, apa pun yang terjadi. Joy sangat protektif dan bekerja sangat keras agar emosi yang lain -Sad (Phyllis Smith), Anger (Lewis Black), Fear (Bill Hader), dan Disgust (Mindy Kaling)- tak menyentuh ingatan-ingatan bahagia yang dimiliki Riley. Terutama, Joy sangat mewaspadai Sad karena Sad yang berwarna biru ini kerap teledor dan iseng memegang ingatan bahagia Riley.
Kalau Sad sudah memegangnya, ingatan Riley tentang peristiwa yang semestinya bahagia, bisa malah membuatnya sedih. Kesedihan inilah yang terjadi saat Riley dan orang tuanya harus pindah tempat tinggal. Sad tiba-tiba saja memegang ingatan bahagia Riley hingga membuat gadis tersebut selalu murung.
Lebih parah lagi, saat Joy ingin menyelamatkan ingataningatan bahagia Riley, dia dan Sad malah terjebak dalam labirin pikiran gadis tersebut, membuat Riley kehilangan kestabilan emosi dan membuatnya hilang semangat hidup. Hebatnya Pixar, meski kerap membuat cerita yang sedikit rumit, eksekusi cerita bisa dibuat seringan mungkin hingga kisahnya tetap bisa ditonton oleh penonton (beranjak) remaja yang disasar Inside Out .
Konsep pulau-pulau yang membentuk kepribadian Riley, yaitu pulau keluarga, pulau bercanda, pulau pertemanan, pulau hobi, dan pulau kejujuran, sedikit banyak membantu penonton mengikuti perubahan sifat dan sikap Riley yang drastis. Keputusan Pete Docter dan tim pembuat cerita untuk berkonsultasi dengan para psikolog saat mengembangkan cerita Inside Out juga membuat peristiwa-peristiwa dalam film ini sangat relevan dengan kehidupan nyata.
Misalnya tentang peristiwa-peristiwa indah nan menyenangkan yang kita alami pada masa kecil, namun seiring seseorang beranjak dewasa, ingatan tersebut terjebak dalam jurang “ingatan yang terlupakan”. Bing Bong -teman imajiner Riley saat dia masih kecil- adalah simbol dari kenangan indah yang terbuang itu. Bing Bong adalah karakter yang bisa membuat penonton sedih sekaligus tertawa.
Kelakuan empat emosi dalam pikiran Riley juga kerap memancing tawa, terutama Sad, Fear, dan Anger. Belum lagi pertarungan emosi-emosi yang ada dalam pikiran orang tua Riley yang muncul saat ketiganya makan malam. Tunggu juga saat film berakhir dan credit title terpampang, karena penonton akan melihat serentetan adegan lucu yang melibatkan pikiran berbagai makhluk hidup, mulai dari hidup nestapa pemeran badut hingga misteri pikiran seekor kucing.
Singkat kata, Inside Out punya modal lengkap untuk menjadi sebuah film yang layak ditonton. Tak hanya menghibur, juga mengajak kita merenung tentang emosi yang ada dalam pikiran kita. Selesai menontonnya, kita akan tersadar, betapa Sad, sebuah emosi yang biasanya kita hindari, justru punya peran besar untuk membantu kita keluar dari masalah yang dihadapi.
Herita endriana
Nyaris tiga tahun tak mengeluarkan cerita asli yang baru setelah Brave (2012), Pixar rupanya hanya menunda waktu untuk kembali bersinar dengan film yang diproduksinya. Diwarnai dengan penuh drama, mulai dari menghabiskan waktu pembuatan selama 5 tahun, nyaris membuat sutradaranya, Pete Docter, putus asa dan berniat berhenti membuat film, hingga bolak-balik mengutak-atik cerita hingga memiliki sembilan versi cerita yang berbeda.
Inside Out akhirnya lahir dengan kualitas yang sesuai dengan standar film-film Pixar. Dalam Inside Out , cerita yang tidak biasa lagi-lagi ditawarkan Pixar. Kisahnya tentang rumitnya pertarungan antaremosi yang berkecamuk dalam pikiran seorang gadis yang beranjak remaja. Riley (disuarakan Kaitlyn Dias) -nama gadis tersebut- adalah seorang yang periang dan memiliki kehidupan menyenangkan.
Dia punya orang tua yang sayang kepadanya, temanteman yang menyenangkan, serta hobi bermain hoki yang seru. Sifat periang dan semangat hidup yang menyala-nyala ini bisa hadir karena di dalam pikirannya, Joy (Amy Poehler) -si emosi bahagiamendominasi pikiran Riley.
Dialah yang sibuk mengatur “lalu lintas” emosi dan pikiran Riley agar gadis itu tetap bisa ceria sepanjang hari, apa pun yang terjadi. Joy sangat protektif dan bekerja sangat keras agar emosi yang lain -Sad (Phyllis Smith), Anger (Lewis Black), Fear (Bill Hader), dan Disgust (Mindy Kaling)- tak menyentuh ingatan-ingatan bahagia yang dimiliki Riley. Terutama, Joy sangat mewaspadai Sad karena Sad yang berwarna biru ini kerap teledor dan iseng memegang ingatan bahagia Riley.
Kalau Sad sudah memegangnya, ingatan Riley tentang peristiwa yang semestinya bahagia, bisa malah membuatnya sedih. Kesedihan inilah yang terjadi saat Riley dan orang tuanya harus pindah tempat tinggal. Sad tiba-tiba saja memegang ingatan bahagia Riley hingga membuat gadis tersebut selalu murung.
Lebih parah lagi, saat Joy ingin menyelamatkan ingataningatan bahagia Riley, dia dan Sad malah terjebak dalam labirin pikiran gadis tersebut, membuat Riley kehilangan kestabilan emosi dan membuatnya hilang semangat hidup. Hebatnya Pixar, meski kerap membuat cerita yang sedikit rumit, eksekusi cerita bisa dibuat seringan mungkin hingga kisahnya tetap bisa ditonton oleh penonton (beranjak) remaja yang disasar Inside Out .
Konsep pulau-pulau yang membentuk kepribadian Riley, yaitu pulau keluarga, pulau bercanda, pulau pertemanan, pulau hobi, dan pulau kejujuran, sedikit banyak membantu penonton mengikuti perubahan sifat dan sikap Riley yang drastis. Keputusan Pete Docter dan tim pembuat cerita untuk berkonsultasi dengan para psikolog saat mengembangkan cerita Inside Out juga membuat peristiwa-peristiwa dalam film ini sangat relevan dengan kehidupan nyata.
Misalnya tentang peristiwa-peristiwa indah nan menyenangkan yang kita alami pada masa kecil, namun seiring seseorang beranjak dewasa, ingatan tersebut terjebak dalam jurang “ingatan yang terlupakan”. Bing Bong -teman imajiner Riley saat dia masih kecil- adalah simbol dari kenangan indah yang terbuang itu. Bing Bong adalah karakter yang bisa membuat penonton sedih sekaligus tertawa.
Kelakuan empat emosi dalam pikiran Riley juga kerap memancing tawa, terutama Sad, Fear, dan Anger. Belum lagi pertarungan emosi-emosi yang ada dalam pikiran orang tua Riley yang muncul saat ketiganya makan malam. Tunggu juga saat film berakhir dan credit title terpampang, karena penonton akan melihat serentetan adegan lucu yang melibatkan pikiran berbagai makhluk hidup, mulai dari hidup nestapa pemeran badut hingga misteri pikiran seekor kucing.
Singkat kata, Inside Out punya modal lengkap untuk menjadi sebuah film yang layak ditonton. Tak hanya menghibur, juga mengajak kita merenung tentang emosi yang ada dalam pikiran kita. Selesai menontonnya, kita akan tersadar, betapa Sad, sebuah emosi yang biasanya kita hindari, justru punya peran besar untuk membantu kita keluar dari masalah yang dihadapi.
Herita endriana
(bbg)