Battle of Surabaya Direspons Positif

Jum'at, 21 Agustus 2015 - 08:37 WIB
Battle of Surabaya Direspons Positif
Battle of Surabaya Direspons Positif
A A A
Pemutaran perdana film animasi Battle of Surabay a direspons positif dan dipuji para pencinta film di Indonesia. Hal ini terlihat dari antrean panjang di loket penjualan tiket pada bioskop yang menayangkan film produksi STMIK AMIKOM tersebut.

Di Jakarta, ada 20 bioskop jaringan Cinema 21 yang menayangkan Battle of Surabay a. Dari bioskop yang didatangi, umumnya banyak penggemar film animasi, khususnya remaja dan mahasiswa yang antre membeli tiket. Di Setia Budi XXI misalnya, film yang ditayangkan dalam lima slot waktu tayang ini banyak diminati penggemar film nasional.

Mereka umumnya penasaran dengan kualitas film animasi buatan anak negeri. “Saya penasaran dengan film ini. Karena thriller -nya banyak dikomentari bagus oleh netizen . Ini juga sepertinya karya animasi pertama buatan sineas lokal yang tayang di bioskop,” kata Ayu Widiatmoko seusai membeli tiket kemarin. Siswi SMA negeri di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, ini berharap banyak pada film ini.

Sebab, ini bisa menjadi titik kebangkitan film animasi dalam negeri. “Jadi, kita tak lagi hanya menonton film-film animasi asing,” ucapnya. Respons luar biasa terlihat di Kota Yogyakarta, DIY, yakni home base film ini diproduksi. Di Empire XXI, Jalan Urip Sumoharjo, antrean sudah mengular sejak pukul 11.00 WIB, sebelum XXI dibuka.

Aditya, salah satu pengantre, mengaku sengaja datang untuk melihat langsung film yang mengisahkan perjuangan melawan penjajah di Surabaya. Dia tertarik menyaksikan langsung karena film tersebut dikemas dengan animasi yang menarik perhatian dunia.

Sebelumnya Aditya juga sudah melihat cuplikan film animasi arahan Sutradara Arianto Yuniawan yang turut diisi bintang ternama, seperti Maudy Ayunda dan Reza Rahadian. “Cuplikannya bagus, saya ingin lihat keseluruhan ceritanya,” tutur mahasiswa jurusan IT di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta ini. Dimas tak jauh berbeda.

Dia merasa penasaran dengan film animasi yang sukses merebut sejumlah penghargaan tersebut. “Film perjuangan dikemas dengan karya animasi. Tidak banyak yang seperti ini. Karena itu, saya sengaja ingin menyaksikan pada jam pertama,” ucapnya. Selain Aditya dan Dimas, Yulianingsih, warga Giwangan, Umbulharjo tak kalah antusias.

Dia mengaku penasaran menyaksikan film yang berkisah tentang perangan 10 November 1945 produksi Mataram Surya Visi (MSV) Pictures itu. Hanya dia mengaku belum tahu kapan bisa langsung menyaksikan di bioskop. “Saya ingin menonton langsung tapi sama anak-anak. Belum tahu kapan masih menyesuaikan waktu luang biar bisa sekeluarga,” ujarnya.

Dipuji Para Animator Tanggapan positif juga dilayangkan para animator terhadap film animasi Battle of Surabay a. Animator Yogyakarta Bayu Sulistyo menyampaikan, setidaknya dengan adanya film tersebut bisa memacu para animator yang ada di Yogyakarta untuk berkembang dan menghasilkan karya beragam.

“Otomatis kami terpacu membuat hal yang sama atau yang lebih baik lagi, walaupun butuh proses. Insya Allah (bisa jadi momen bangkitkan animasi Yogyakarta),” ungkap Bayu kemarin. Perihal grafis dan animasi yang ditampilkan, pria yang juga owner Bayu Animation dan Hicca Studio itu menilai bahwa film Battle of Surabaya sudah cukup bagus.

Walaupun dia menilai style atau gaya yang dianut masih mengadopsi manga Jepang. “Animasi di Yogyakarta pada dasarnya mulai berkembang industrinya. Contoh konkret yang jelas seperti Battle of Surabaya itu. Kami sendiri juga baru saja launching Jogja Creative Association (JCA) di mana menjadi wadah industri kreatif Yogya, ada animasi, komik, dan game,” papar pria pengembang film animasi series Uwa and Friends ini.

Respons positif juga ditunjukkan oleh animator Gangsar Waskito. Pegiat animasi dari Studio Kasatmata Yogyakarta ini bahkan terang-terangan memuji film animasi Battle of Surabaya. Dia yang pernah mengangkat film animasi Yogyakarta ke kancah nasional lewat film Homeland itu menilai garapan film Battle of Surabaya sangat bagus. “Film Battle of Surabaya secara visual bagus.

Buat seperti itu, saya belum bisa. Karena belum nonton, mungkin belum bisa memberikan tanggapan akurat secara 100%,” tutur Gangsar. Dengan adanya film itu membuktikan bahwa sebenarnya film animasi lokal mampu bertarung dengan filmfilm animasi luar negeri lainnya.

Hanya diakui selain butuh biaya besar, animator lokal selama ini belum begitu banyak yang eksis. “Pemerintah sendiri juga belum banyak memberikan kontribusi di dalamnya,” ujarnya.

Sodik/siti estuningsih/ muh iqbal marsyaf
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6004 seconds (0.1#10.140)