Olahraga Berat dan Mendadak Bisa Berakibat Fatal

Senin, 24 Agustus 2015 - 09:46 WIB
Olahraga Berat dan Mendadak Bisa Berakibat Fatal
Olahraga Berat dan Mendadak Bisa Berakibat Fatal
A A A
FUTSALdan sepak bola merupakan olahraga high impact yang bisa jadi mengundang masalah bagi mereka di atas 40 tahun.

Terlebih jika dilakukan oleh mereka yang tidak rutin berolah raga. Aktivitas yang dilakukan secara tiba-tiba itu, dapat memaksa terjadi serangan jantung bagi orang yang memang sudah ada masalah pada pembuluh darah jantung sebelumnya, tidak menyadari, atau tidak pernah check upjantung. Tak heran, banyak kejadian di mana seseorang meninggal setelah bermain bola, futsal, atau tenis.

Hal ini terjadi karena memang olahraga berat tersebut bisa menjadi pencetus terjadinya serangan jantung. Karenanya, hal ini perlu diwaspadai bagi orang yang tidak muda lagi khususnya bagi mereka yang sudah ada masalah dengan jantung atau yang tidak pernah rutin berolahraga. Tak terkecuali mereka yang memang berisiko tinggi terkena gangguan jantung atau yang tidak pernah check up sebelumnya.

Serangan jantung bisa terjadi secara tiba-tiba walau kita tahu bahwa proses yang terjadi pasti tidak tiba-tiba. Ada proses aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah, penyempitan pembuluh darah, dan terakhir sumbatan pembuluh darah. Kalau sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang memperdarahi otot jantung tentu akan membuat otot jantung yang terkena sumbatan tersebut menjadi kekurangan oksigen, bahkan sampai menyebabkan kematian jaringan otot yang terkena.

Penyakit jantung koroner sering dikenal dengan istilah silent cause of death,seseorang yang mengalami serangan jantung bisa mengalami gejala nyeri dada, biasanya nyeri menjalar ke tangan kiri dan tembus ke belakang dada. Nyeri dada seperti ditekan dan berlangsung lebih dari 10 menit. Nyeri dada juga tidak selalu disebabkan oleh sakit jantung. Selain nyeri dada pasien bisa mengalami sesak napas, sesak napas akan bertambah jika naik tangga atau latihan yang keras seperti saat atau sehabis main bola atau karena stres.

Nyeri dada bukan saja milik penyakit jantung, nyeri dada juga dapat disebabkan gangguan saluran cerna atas, yaitu kerongkongan. Gangguan ini di sebut GERD (gastroesofageal reflux disease), pasien dengan GERD bisa datang karena nyeri dada dan bisa merasakan rasa panas di dada, seperti terbakar (heart burn) biasanya nyeri dada ini diikuti juga dengan mulut pahit karena ada asam yang naik.

Saat atau sehabis olahraga pun bisa terjadi refluksdan pasien merasakan panas dada seperti terbakar. Serangan jantung ternyata tidak selalu berawal dari nyeri dada atau sesak napas karena nyeri ulu hati bisa merupakan gejala awal dari suatu serangan jantung. Ini bisa saja terjadi jika penyempitan pembuluh darah koroner yang menyuplai bagian bawah otot jantung yang lokasinya lebih dekat di daerah ulu hati.

“Saya sudah sampaikan bahwa serangan jantung yang terjadi melalui suatu proses yang panjang. Karena itu, kita harus mengenali beberapa faktor risiko dari penyakit jantung koroner, antara lain umur di atas 40 tahun, obesitas, merokok, hipertensi, hiperkolesterol, hipertrigliserida, DM, riwayat keluarga dengan sakit jantung, kurang olahraga rutin, dan stres. Kita tahu juga bahwa dari faktor risiko jantung koroner tersebut ada yang kita bisa cegah agar kita terhindar dari serangan jantung,” kata Ari Fahrial Syam MD PhD FACP dari Divisi Gastroenterology FKUI.

Dengan mengetahui faktor risiko tersebut, seharusnya penyakit jantung koroner dapat dihindari. “Check up rutin bagi laki-laki yang berumur di atas 40 tahun sudah menjadi keharusan. Pemeriksaan treadmill merupakan salah satu skrining yang bisa mengidentifikasi adanya permasalahan pada jantung kita,” tutup spesialis penyakit dalam ini.

Sri noviarni
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8848 seconds (0.1#10.140)