Teknologi sebagai Nilai Tambah Film
A
A
A
Industri film adalah salah satu industri hiburan yang tidak pernah sepi. Kian hari film semakin menarik tidak hanya dari aspek cerita, namun juga sinematografi yang dihadirkan berkat dukungan perkembangan teknologi. “Perkembangan teknologi memang tidak pernah bisa lepas dari industri film.
Dan itu sudah dibuktikan lewat sejarah perkembangan film, dulu hitam putih sekarang berwana,” ucap Anggia Kharisma, produser film “Filosofi Kopi” yang diadaptasi dari novel karya Dewi Lestari. Istri sutradara Angga Dwimas Sasongko ini menjelaskan bahwa teknologi telah banyak membantu industri film, khususnya di Indonesia.
“Film sudah lama menjadi industri kreatif. Kini giliran kalangan muda kreatif dan melek dan teknologi mengembas film dengan sangat baik dan menarik tanpa harus mengeluarkan bujet mahal. Kuncinya mengandalkan teknologi,” papar Anggia, sapaan akrabnya, saat ditemui di konferensi pers Popcon Asia 2015 beberapa waktu yang lalu.
“Teknologi bukan hanya digunakan untuk efek canggih saja. Namun juga bisa menghadirkan experience tersendiri bagi penonton. Itu yang nggak boleh kita lupakan. Misalnya saja Dennis Adhiswara yang menunjukkan penggunaan virtual reality di film pendek di Popcon Asia 2015,” tandas Anggia. Di Filosofi Kopi, misalnya, Anggia mengatakan bahwa pihaknya membuat game yang diadopsi dari film tersebut. ”Gamenya sederhana sih, hanya perlu ngumpulin biji kopi aja.
Tapi itu menjadi add value bagi film tersebut dan penggemar,” katanya. Alhasil menurut Anggia, teknologi tidak lagi dipandang sebagai alat yang menghadirkan film dengan efek canggih dan memukau. Namun juga sebagai media berkomunikasi dengan penggemar film dan menghadirkan nilai tambah bagi film.
Cahyandaru Kuncorojati
Dan itu sudah dibuktikan lewat sejarah perkembangan film, dulu hitam putih sekarang berwana,” ucap Anggia Kharisma, produser film “Filosofi Kopi” yang diadaptasi dari novel karya Dewi Lestari. Istri sutradara Angga Dwimas Sasongko ini menjelaskan bahwa teknologi telah banyak membantu industri film, khususnya di Indonesia.
“Film sudah lama menjadi industri kreatif. Kini giliran kalangan muda kreatif dan melek dan teknologi mengembas film dengan sangat baik dan menarik tanpa harus mengeluarkan bujet mahal. Kuncinya mengandalkan teknologi,” papar Anggia, sapaan akrabnya, saat ditemui di konferensi pers Popcon Asia 2015 beberapa waktu yang lalu.
“Teknologi bukan hanya digunakan untuk efek canggih saja. Namun juga bisa menghadirkan experience tersendiri bagi penonton. Itu yang nggak boleh kita lupakan. Misalnya saja Dennis Adhiswara yang menunjukkan penggunaan virtual reality di film pendek di Popcon Asia 2015,” tandas Anggia. Di Filosofi Kopi, misalnya, Anggia mengatakan bahwa pihaknya membuat game yang diadopsi dari film tersebut. ”Gamenya sederhana sih, hanya perlu ngumpulin biji kopi aja.
Tapi itu menjadi add value bagi film tersebut dan penggemar,” katanya. Alhasil menurut Anggia, teknologi tidak lagi dipandang sebagai alat yang menghadirkan film dengan efek canggih dan memukau. Namun juga sebagai media berkomunikasi dengan penggemar film dan menghadirkan nilai tambah bagi film.
Cahyandaru Kuncorojati
(bbg)