Dukung Ibu Bekerja Beri ASI
A
A
A
HANYA 27% anak yang mendapat ASI eksklusif, padahal angka kelahiran di Indonesia cukup tinggi. Kembalinya ibu bekerja usai masa cuti serta tempat kerja yang tak mendukung, membuat ibu harus menyerah dan beralih ke susu formula.
Lepas cuti tiga bulan, Yuni Widia Sari mau tak mau harus kembali bekerja. Namun, ibu dua anak ini memiliki komitmen tinggi untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada sang buah hati. Setiap hari dia harus membawa pompa ASI, botol kaca sebagai wadah ASI, ice gel, cooler bag, tisu, dan sabun cair.
“Untungnya sekarang saya sudah bisa pompa dengan tangan jadi lebih praktis, tak perlu bawa pompa seperti dulu,” kenang wanita yang berprofesi sebagai PNS ini. Sekali memompa, lanjut Yuni, dia bisa mendapatkan hingga 270 mililiter dengan rutin memompa maksimal tiga jam sekali. Hasil perahan dia titipkan di kulkas yang berada di klinik di kantornya. Semangat sudah pasti harus dimiliki, jika tidak, bisa jadi Yuni akan mudah menyerah dan beralih ke susu formula.
Terlebih jarak rumah dengan kantornya yang terbilang cukup jauh. Belum lagi berbagai tugas yang harus dikerjakannya selama berada di kantor. Yuni mengakui, tempatnya bekerja tidak menyediakan ruang laktasi. “Saya bersama rekan kerja lain yang juga menyusui sudah menyerahkan proposal untuk penyediaan ruangan laktasi, tapi sampai sekarang belum ada tanggapan. Jadi, kalau mau mompa di ruang salat. Banyak juga yang mompa di ruang kosong atau musala,” paparnya.
Namun, hal itu tidak menjadi kendala baginya. Hal utama adalah kemauan yang juga dibarengi dengan pengetahuan sang ibu, menyusul dukungan keluarga teruta ma suami. Misalnya saja urusan men cuci botol dan pompa diserahkan kepa da suami. Dengan demikian, ibu hanya tinggal fokus memerah ASI.
Dia tidak menampik merindukan kebijakan dari kantor untuk memu dahkan ibu bekerja yang menyusui. Pasalnya, tidak sedikit ibu menyusui yang mendapat cibiran dari karyawan lain, dengan alasan mengurangi jam kerja, tidak efisien, dan sebagainya. Padahal, sebenarnya tempat kerja akan mendapat manfaat bila tenaga kerja didukung menyusui, anak lebih sehat, maka tenaga kerja pun akan lebih jarang absen.
“Kesehatan anak dan ibu yang baik akan berdampak pada peningkatan kesehatan keluarga. Tenaga kerja juga akan lebih loyal kepada tempat kerjanya,” ung kap Menteri Koordinator Bidang Pem - bangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK)Puan Maharani saat meng ha diri acara Pekan ASI Sedunia (PAS) yang diprakarsai Ikatan Dok - ter Anak Indonesia (IDAI) dengan tema “Bekerja dan Me nyu sui: Ayo Dukung!” di Gedung Telkom, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan tersebut Puan menyadari masih banyak tempat kerja yang tidak dibekali dengan ruang laktasi. Karena itu, dia meminta seluruh kantor lembaga/kementerian untuk menyediakan ruang menyusui yang nyaman bagi para ibu. “Bahkan kalau dimungkinkan juga menyediakan ruangan untuk penitipan anak yang bersih, nyaman, dan aman,” tutur Puan.
Gerakan ibu menyusui, sambung Puan, diharapkan sebagai salah satu gerakan revolusi mental bahwa anak-anak Indonesia memang akan diberikan sesuatu yang baik sejak dini, sejak dalam kandungan, hingga ketika lahir. Dalam kesempatan yang sama, DR dr Aman B Pulungan SpA(K) mengatakan, pemberian ASI dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
“Sebab, ASI mengandung hormon-hormon yang terbaik bagi tubuh bayi. Selain itu, ibu yang menyusui dapat menurunkan risiko terkena leukemia,” kata Ketua Umum PP IDAI ini. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 menyebut kan, hanya sekitar 27% anak di Indonesia yang mendapatkan ASI selama enam bulan per - tama. Kurangnya dukungan yang memadai membuat para ibu bekerja yang menyusui mengalami kesulitan. Pada akhirnya menyerah atau gagal menyusui sampai memilih memberikan susu formula untuk si kecil.
Hal ini sudah tentu meningkatkan pemberian susu formula pada bayi, yang akan menjadi beban ekonomi masyarakat. Inilah penyebab Indonesia menjadi incaran perusahaan susu formula yang banyak berasal dari negara Eropa, padahal di Eropa dan Amerika, hak bayi mendapat ASI terlindungi sangat baik.
Maka itu, Aman menegaskan perlu adanya dukungan dari tempat bekerja bagi ibu menyusui. Baik dengan pemberian cuti kelahiran maupun penyediaan ruang laktasi.
Sri noviarni
Lepas cuti tiga bulan, Yuni Widia Sari mau tak mau harus kembali bekerja. Namun, ibu dua anak ini memiliki komitmen tinggi untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada sang buah hati. Setiap hari dia harus membawa pompa ASI, botol kaca sebagai wadah ASI, ice gel, cooler bag, tisu, dan sabun cair.
“Untungnya sekarang saya sudah bisa pompa dengan tangan jadi lebih praktis, tak perlu bawa pompa seperti dulu,” kenang wanita yang berprofesi sebagai PNS ini. Sekali memompa, lanjut Yuni, dia bisa mendapatkan hingga 270 mililiter dengan rutin memompa maksimal tiga jam sekali. Hasil perahan dia titipkan di kulkas yang berada di klinik di kantornya. Semangat sudah pasti harus dimiliki, jika tidak, bisa jadi Yuni akan mudah menyerah dan beralih ke susu formula.
Terlebih jarak rumah dengan kantornya yang terbilang cukup jauh. Belum lagi berbagai tugas yang harus dikerjakannya selama berada di kantor. Yuni mengakui, tempatnya bekerja tidak menyediakan ruang laktasi. “Saya bersama rekan kerja lain yang juga menyusui sudah menyerahkan proposal untuk penyediaan ruangan laktasi, tapi sampai sekarang belum ada tanggapan. Jadi, kalau mau mompa di ruang salat. Banyak juga yang mompa di ruang kosong atau musala,” paparnya.
Namun, hal itu tidak menjadi kendala baginya. Hal utama adalah kemauan yang juga dibarengi dengan pengetahuan sang ibu, menyusul dukungan keluarga teruta ma suami. Misalnya saja urusan men cuci botol dan pompa diserahkan kepa da suami. Dengan demikian, ibu hanya tinggal fokus memerah ASI.
Dia tidak menampik merindukan kebijakan dari kantor untuk memu dahkan ibu bekerja yang menyusui. Pasalnya, tidak sedikit ibu menyusui yang mendapat cibiran dari karyawan lain, dengan alasan mengurangi jam kerja, tidak efisien, dan sebagainya. Padahal, sebenarnya tempat kerja akan mendapat manfaat bila tenaga kerja didukung menyusui, anak lebih sehat, maka tenaga kerja pun akan lebih jarang absen.
“Kesehatan anak dan ibu yang baik akan berdampak pada peningkatan kesehatan keluarga. Tenaga kerja juga akan lebih loyal kepada tempat kerjanya,” ung kap Menteri Koordinator Bidang Pem - bangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK)Puan Maharani saat meng ha diri acara Pekan ASI Sedunia (PAS) yang diprakarsai Ikatan Dok - ter Anak Indonesia (IDAI) dengan tema “Bekerja dan Me nyu sui: Ayo Dukung!” di Gedung Telkom, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan tersebut Puan menyadari masih banyak tempat kerja yang tidak dibekali dengan ruang laktasi. Karena itu, dia meminta seluruh kantor lembaga/kementerian untuk menyediakan ruang menyusui yang nyaman bagi para ibu. “Bahkan kalau dimungkinkan juga menyediakan ruangan untuk penitipan anak yang bersih, nyaman, dan aman,” tutur Puan.
Gerakan ibu menyusui, sambung Puan, diharapkan sebagai salah satu gerakan revolusi mental bahwa anak-anak Indonesia memang akan diberikan sesuatu yang baik sejak dini, sejak dalam kandungan, hingga ketika lahir. Dalam kesempatan yang sama, DR dr Aman B Pulungan SpA(K) mengatakan, pemberian ASI dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
“Sebab, ASI mengandung hormon-hormon yang terbaik bagi tubuh bayi. Selain itu, ibu yang menyusui dapat menurunkan risiko terkena leukemia,” kata Ketua Umum PP IDAI ini. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 menyebut kan, hanya sekitar 27% anak di Indonesia yang mendapatkan ASI selama enam bulan per - tama. Kurangnya dukungan yang memadai membuat para ibu bekerja yang menyusui mengalami kesulitan. Pada akhirnya menyerah atau gagal menyusui sampai memilih memberikan susu formula untuk si kecil.
Hal ini sudah tentu meningkatkan pemberian susu formula pada bayi, yang akan menjadi beban ekonomi masyarakat. Inilah penyebab Indonesia menjadi incaran perusahaan susu formula yang banyak berasal dari negara Eropa, padahal di Eropa dan Amerika, hak bayi mendapat ASI terlindungi sangat baik.
Maka itu, Aman menegaskan perlu adanya dukungan dari tempat bekerja bagi ibu menyusui. Baik dengan pemberian cuti kelahiran maupun penyediaan ruang laktasi.
Sri noviarni
(ars)