Wujudkan Sekolah Ramah Lingkungan
A
A
A
SUASANA nyaman sangat terasa begitu memasuki SDN 004 Bukit Agung yang berada di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Penilaian ini tidak berlebihan jika melihat suasana halaman sekolah yang luas tampak begitu hijau dan bersih. Aneka pohon menghiasi halaman, termasuk tanaman empon-emponyang berada di halaman depan sekolah. Walau pepohonan merindangi berbagai sudut halaman, sangat sedikit sampah berserakan. Bagaimana suasana sehat dan ramah lingkungan tersebut terwujud? Jawabnya, budaya kebersihan sudah menjadi bagian dari kehidupan belajar-mengajar.
Mustahil memang halaman seluas itu bisa dibersihkan hanya oleh satu atau dua orang petugas kebersihan atau tukang kebun. Peran serta seluruh jajaran guru dan murid menjadi faktor utama mewujudkan kebersihan di sekolah tersebut. SD yang tak jauh dari jalur Trans Timur Sumatera tersebut bisa dibilang melaksanakan program kebersihan secara komprehensif.
Salah satu program yang dilakukan dalam bentuk “Tiket Sampah”. Sebanyak 675 siswa yang belajar di sekolah tersebut diwajibkan memungut sejumlah sampah yang mereka temui di sudut-sudut sekolah untuk dibawa dan diserahkan kepada petugas yang berjaga di gerbang sekolah. Selanjutnya,sampah-sampah ini dipisah, seperti sampah plastik dan sampah daun.”Selanjutnya, sampah tersebut akan dimanfaatkan untuk pembelajaran,” kata Tri Romawi, salah satu guru SDN 004 Bukit Agung.
Aneka sampah yang dikumpulkan memang menjadi bahan bermanfaat. Oleh murid, sampah dedaunan dimanfaatkan untuk belajar membuat kompos. Hasilnya sangat bagus. Kompos bukan hanya dimanfaatkan untuk pupuk tanaman bunga dan pepohonan, bahkan sudah dijual ke masyarakat.
Adapun sampah plastik dan kertas menjadi beragam hiasan untuk mempercantik ruang sekolah. Para murid juga memanfaatkan kain bekas untuk membuat keset, karpet, dan lainnya. Dengan adanya kegiatan tersebut, tak heran SDN 004 Bukit Agung berhasil menyabet setumpuk penghargaan di level kabupaten ataupun provinsi.
Beberapa di antaranya berupa penghargaan Adiwiyata 2013 tingkat Kabupaten Pelalawan, penghargaan Adiwiyata 2013 tingkat Provinsi Riau, serta juara pertama Lomba Lingkungan Peduli Sanitasi(LLPS) tingkat SD 10 kabupaten/kota di Provinsi Riau dalam rangkaKampanye dan Edukasi Bidang Penyehatan Lingkungan 2014.
Baru-baru ini, SD tersebut dipercaya mewakili provinsi untuk berlomba dalam ajang Tata Kelola BOS tingkat nasional. Prestasi yang diraih seluruh insan SDN 004 Bukit Agung tidak terlepas dari dukungan Tanoto Foundation. Melalui program peningkatan mutu pendidikan, “Pelita Pendidikan” khususnya “Pelita Sekolah ASRI (Aman, Sehat, dan Ramah Lingkungan)”, Tanoto Foundation membantu 322 sekolah di daerah pedesaan di Sumatera Utara, Jambi, dan Riau. Total penerima manfaat sebanyak 38.000 murid dan 4.400 guru.
Tanoto Foundation juga melaksanakan program “Pelita Guru Mandiri” untuk meningkatkan kapasitas guru. Dengan program Pelita Guru Mandiri, proses belajar-mengajar lebih aktif, kreatif, dan kolaboratif. Hasilnya, guru-guru sudah terampil dalam mengelola kelas dan dapat membuat serta menggunakan media pembelajaran seperti dari barang bekas.
Tanoto Foundation memberi dukungan kepada SDN 004 Bukit Agung dengan berbagai pelatihan, seperti pemilahan dan pengolahan sampah menjadi kompos, pemanfaatan barang bekas menjadi media pembelajaran, pembuatan kebun dan tanaman obat sekolah, penanaman pohon, sosialisasi pola hidup bersih dan sehat bersama dokter kecil, kampanye cuci tangan pakai sabun, sikat gigi, dan pemeriksaan kesehatan rutin bersama Puskemas Pangkalan Kerinci. “
Tanoto Foundation berperan mengembangkan inovasi, kreativitassehingga sekolah lebih kreatif. Saya merasa ada dampak positif untuk guru dan anak. Penghargaan sebagai salah satu buktinya,” kata Wirman, Kabid Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pelalawan. Selain di SDN 004 Bukit Agung, program sama juga dilakukan di SDS Global Andalan Pelalawan Estate yang berada di wilayah sama.
Tanoto Foundation mendukung guru SD tersebut untuk meningkatkan kapasitas mereka. Hasilnya, guru mampu melaksanakan kegiatan belajarmengajardengan metode pembelajaran aktif, kreatif, dan kolaboratif. Sejumlah prestasi pun berhasil diraih, seperti Penghargaan Adiwiyata 2015 tingkat Provinsi Riau. Sekolah tersebut juga sukses merengkuh Penghargaan Sekolah Hijau di antara seluruh sekolah binaan Royal Golden Eagle (RGE ) Group pada 2015.
Suasana ramah lingkungan di SD yang berada di area perkebunan kelapa sawit lebih ekstrem dibanding SDN 004 karena memosisikan diri sebagai sekolah alam. Sekolah ini hanya punya dua ruang konvensional, yakni hanya untuk kelas I dan IV. Selebihnya, murid belajar di saung-saung yang menyatu dengan alam. Ya mereka memang menyatu dengan alam.
Setiap pagi, 15 menit sebelum pelajaran dimulai, muridmurid diwajibkan membersihkan dan menyiram tanaman masing-masing di kebun. Selain diajari berkebun, para murid juga diajari mendaur ulang sampah menjadi kreasi dan media pembelajaran, membuat kompos dan memanfaatkan, pembibitan, dan beberapa kegiatan lainnya.
Anderson Tanoto, anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, menuturkan proses pembelajaran yang dilakukan secara hands onmerupakan semangat dari Tanoto Foundation. Dia percaya bahwa orang dapat belajar bukan hanya dari buku teks atau di kelas, tapi juga dari pengalaman langsung.
“Sebagai bagian Pelita Pendidikan, Sekolah ASRI mendukung pendidikan yang berkualitas. Sementara Green School mendidik para murid untuk mencintai lingkungan yang merupakan dasar dariprinsip sustainability,” ujar lulusan Wharton School tersebut.
Alex aji saputra/ Pung purwanto
Penilaian ini tidak berlebihan jika melihat suasana halaman sekolah yang luas tampak begitu hijau dan bersih. Aneka pohon menghiasi halaman, termasuk tanaman empon-emponyang berada di halaman depan sekolah. Walau pepohonan merindangi berbagai sudut halaman, sangat sedikit sampah berserakan. Bagaimana suasana sehat dan ramah lingkungan tersebut terwujud? Jawabnya, budaya kebersihan sudah menjadi bagian dari kehidupan belajar-mengajar.
Mustahil memang halaman seluas itu bisa dibersihkan hanya oleh satu atau dua orang petugas kebersihan atau tukang kebun. Peran serta seluruh jajaran guru dan murid menjadi faktor utama mewujudkan kebersihan di sekolah tersebut. SD yang tak jauh dari jalur Trans Timur Sumatera tersebut bisa dibilang melaksanakan program kebersihan secara komprehensif.
Salah satu program yang dilakukan dalam bentuk “Tiket Sampah”. Sebanyak 675 siswa yang belajar di sekolah tersebut diwajibkan memungut sejumlah sampah yang mereka temui di sudut-sudut sekolah untuk dibawa dan diserahkan kepada petugas yang berjaga di gerbang sekolah. Selanjutnya,sampah-sampah ini dipisah, seperti sampah plastik dan sampah daun.”Selanjutnya, sampah tersebut akan dimanfaatkan untuk pembelajaran,” kata Tri Romawi, salah satu guru SDN 004 Bukit Agung.
Aneka sampah yang dikumpulkan memang menjadi bahan bermanfaat. Oleh murid, sampah dedaunan dimanfaatkan untuk belajar membuat kompos. Hasilnya sangat bagus. Kompos bukan hanya dimanfaatkan untuk pupuk tanaman bunga dan pepohonan, bahkan sudah dijual ke masyarakat.
Adapun sampah plastik dan kertas menjadi beragam hiasan untuk mempercantik ruang sekolah. Para murid juga memanfaatkan kain bekas untuk membuat keset, karpet, dan lainnya. Dengan adanya kegiatan tersebut, tak heran SDN 004 Bukit Agung berhasil menyabet setumpuk penghargaan di level kabupaten ataupun provinsi.
Beberapa di antaranya berupa penghargaan Adiwiyata 2013 tingkat Kabupaten Pelalawan, penghargaan Adiwiyata 2013 tingkat Provinsi Riau, serta juara pertama Lomba Lingkungan Peduli Sanitasi(LLPS) tingkat SD 10 kabupaten/kota di Provinsi Riau dalam rangkaKampanye dan Edukasi Bidang Penyehatan Lingkungan 2014.
Baru-baru ini, SD tersebut dipercaya mewakili provinsi untuk berlomba dalam ajang Tata Kelola BOS tingkat nasional. Prestasi yang diraih seluruh insan SDN 004 Bukit Agung tidak terlepas dari dukungan Tanoto Foundation. Melalui program peningkatan mutu pendidikan, “Pelita Pendidikan” khususnya “Pelita Sekolah ASRI (Aman, Sehat, dan Ramah Lingkungan)”, Tanoto Foundation membantu 322 sekolah di daerah pedesaan di Sumatera Utara, Jambi, dan Riau. Total penerima manfaat sebanyak 38.000 murid dan 4.400 guru.
Tanoto Foundation juga melaksanakan program “Pelita Guru Mandiri” untuk meningkatkan kapasitas guru. Dengan program Pelita Guru Mandiri, proses belajar-mengajar lebih aktif, kreatif, dan kolaboratif. Hasilnya, guru-guru sudah terampil dalam mengelola kelas dan dapat membuat serta menggunakan media pembelajaran seperti dari barang bekas.
Tanoto Foundation memberi dukungan kepada SDN 004 Bukit Agung dengan berbagai pelatihan, seperti pemilahan dan pengolahan sampah menjadi kompos, pemanfaatan barang bekas menjadi media pembelajaran, pembuatan kebun dan tanaman obat sekolah, penanaman pohon, sosialisasi pola hidup bersih dan sehat bersama dokter kecil, kampanye cuci tangan pakai sabun, sikat gigi, dan pemeriksaan kesehatan rutin bersama Puskemas Pangkalan Kerinci. “
Tanoto Foundation berperan mengembangkan inovasi, kreativitassehingga sekolah lebih kreatif. Saya merasa ada dampak positif untuk guru dan anak. Penghargaan sebagai salah satu buktinya,” kata Wirman, Kabid Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pelalawan. Selain di SDN 004 Bukit Agung, program sama juga dilakukan di SDS Global Andalan Pelalawan Estate yang berada di wilayah sama.
Tanoto Foundation mendukung guru SD tersebut untuk meningkatkan kapasitas mereka. Hasilnya, guru mampu melaksanakan kegiatan belajarmengajardengan metode pembelajaran aktif, kreatif, dan kolaboratif. Sejumlah prestasi pun berhasil diraih, seperti Penghargaan Adiwiyata 2015 tingkat Provinsi Riau. Sekolah tersebut juga sukses merengkuh Penghargaan Sekolah Hijau di antara seluruh sekolah binaan Royal Golden Eagle (RGE ) Group pada 2015.
Suasana ramah lingkungan di SD yang berada di area perkebunan kelapa sawit lebih ekstrem dibanding SDN 004 karena memosisikan diri sebagai sekolah alam. Sekolah ini hanya punya dua ruang konvensional, yakni hanya untuk kelas I dan IV. Selebihnya, murid belajar di saung-saung yang menyatu dengan alam. Ya mereka memang menyatu dengan alam.
Setiap pagi, 15 menit sebelum pelajaran dimulai, muridmurid diwajibkan membersihkan dan menyiram tanaman masing-masing di kebun. Selain diajari berkebun, para murid juga diajari mendaur ulang sampah menjadi kreasi dan media pembelajaran, membuat kompos dan memanfaatkan, pembibitan, dan beberapa kegiatan lainnya.
Anderson Tanoto, anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, menuturkan proses pembelajaran yang dilakukan secara hands onmerupakan semangat dari Tanoto Foundation. Dia percaya bahwa orang dapat belajar bukan hanya dari buku teks atau di kelas, tapi juga dari pengalaman langsung.
“Sebagai bagian Pelita Pendidikan, Sekolah ASRI mendukung pendidikan yang berkualitas. Sementara Green School mendidik para murid untuk mencintai lingkungan yang merupakan dasar dariprinsip sustainability,” ujar lulusan Wharton School tersebut.
Alex aji saputra/ Pung purwanto
(ars)