Diabetes Mengancam Dunia

Kamis, 27 Agustus 2015 - 07:43 WIB
Diabetes Mengancam Dunia
Diabetes Mengancam Dunia
A A A
ANGKA penderita yang terus naik dan tak pernah turun, menjadikan diabetes dinobatkan sebagai penyakit wabah dunia noninfeksi oleh WHO. Masih banyak penderita diabetes yang tak menyadari dirinya mengidap penyakit serius tersebut.

Di samping jumlah penderita yang tak pernah turun bahkan terus naik, International Diabetes Federation (IDF) mencatat pada 2013 terdapat 380 juta pasien diabetes di dunia. IDF juga memprediksi pada 2035 ada setidaknya 600 juta penderita diabetes (diabetes).

Mirisnya, dari setiap satu pasien diabetesi yang terdeteksi, satu orang lainnya berkeliaran bebas tanpa tahu dirinya mengidap diabetes. Sebab, memang penyakit ini memiliki gejala yang sulit diketahui. Indonesia -masih menurut IDFmenduduki posisi kelima sebagai negara dengan penderita diabetes terbanyak, yakni mencapai 9,1 juta jiwa berdasarkan data tahun lalu.

Bukan hanya melanda kota-kota besar, diabetesi justru ditemukan cukup banyak di daerah Sulawesi khususnya Sulawesi Utara dan Tenggara, di mana angkanya cenderung meningkat pesat, serta Sumatera. Harga pengobatan yang sangat mahal terlebih jika pasien sudah mengalami komplikasi, bukan hanya menjadi beban pasien semata, juga beban negara. Prof Dr Agung Pranoto dr MSC SpPD KEMD FINASM menegaskan, tidak banyak orang mengetahui gejala prediabetes.

Padahal, penyakit ini menjadi salah satu hal yang harus diwaspadai dan jangan sampai lanjut menjadi diabetes. Agung mengaku, banyak pasien yang datang kepadanya dan kaget karena divonis diabetes. Ada pula yang datang dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. “Prediabetes terjadi apabila fungsi hormon insulin lebih besar dari normal. Karena terforsir, lama-lama gula darah meningkat, sampai akhirnya berujung diabetes. Pengidap prediabetes pada perjalanannya mereka bisa jadi diabetes kalau gaya hidupnya tidak sehat,” kata dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya ini.

Agung menjelaskan, gula darah normal orang dewasa jumlahnya di bawah 100 mg/dl. Sementara penderita prediabetes jumlah gula darahnya berkisar 140-190 mg/dl dan penderita diabetes memiliki gula darah di atas 200 mg/dl. Maka itu, Agung mengingatkan, bagi penderita prediabetes harus rajin cek gula darah mandiri, menjaga pola makan agar kondisinya tetap sehat, menghindari rokok, banyak beraktivitas, serta rajin olahraga.

Pengontrolan gula darah dan menjaga pola makan mutlak dilakukan bagi diabetesi. Namun, bagaimana dengan ibu hamil yang menderita diabetes? Sementara dirinya harus makan lebih banyak demi mencukupi asupan nutrisi bagi janin yang dikandung. Ya, selama kehamilan produksi insulin harus ditingkatkan. Pada beberapa wanita peningkatan ini tidak cukup sehingga menyebabkan pengaturan gula darahnya memburuk. Gula darah menjadi terlalu tinggi, terutama setelah makan.

Peningkatan gula darah yang tinggi ini menggambarkan kondisi yang disebut diabetes kehamilan (gestational diabetes). Menjawab hal ini, Agung mengatakan, konsumsi makanan pada ibu hamil tidak perlu dibatasi. Karena saat hamil, asupan nutrisi memang diharuskan lebih banyak.

“Kalau hamil memang harus makan yang banyak. Jadi, tidak masalah meskipun dia menderita diabetes. Sebab, ibu hamil itu harusnya makan banyak, porsi untuk dua orang. Bagi ibunya, kemudian janin di dalam kandungan,” ujar pakar diabetes ini. Namun demikian, untuk mengontrol kadar gula darah yang tinggi. Ibu hamil memerlukan terapi insulin secara rutin.

Penggunaannya pun tidak boleh terlambat. Setelah makan, harus langsung mendapatkan suntik insulin. Untuk melakukan suntik insulin perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Terdapat macam-macam terapi yang diberikan dengan komposisi yang juga berbedabeda. Dokterlah yang nantinya akan memilihkan komposisi ini, sesuai dengan kebutuhan penderita diabetes.

Bagi ibu hamil, suntik insulin harus segera dilakukan setelah makan. Kebutuhannya pun harus disesuaikan dengan jumlah porsi makan. Dosis yang diberikan mengikuti jumlah asupan yang ibu hamil makan. Agung mengingatkan, ibu hamil dilarang keras mendapatkan pengobatan secara oral. Ketua Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) cabang Surabaya ini mengatakan, pengobatan diabetes yang paling aman saat hamil hanyalah terapi insulin.

Jika diberikan obat secara oral, dikhawatirkan janin di dalam kandungan akan mengalami kecacatan.

Sri noviarni
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6310 seconds (0.1#10.140)