Susu Alternatif bagi Penderita Alergi
A
A
A
SUSU sapi merupakan salah satu sumber protein yang dapat mendukung optimalisasi tumbuh kembang anak. Namun, tidak semua anak menyukai susu sapi, bahkan tidak sedikit juga anak-anak yang alergi terhadap susu sapi.
Pakar gastroenterologi (pakar di bidang saluran pencernaan makanan) dan nutrisi anak dari Vrije Universiteit Brussel Belgia, Prof Yvan Vandenplas mengatakan, alergi protein susu sapi pada anak terbukti dapat mengganggu optimalisasi tumbuh kembang anak dan memberi dampak jangka panjang terhadap tingkat kesehatan pada usia dewasa.
“Dibutuhkan penanganan alergi yang tepat untuk menekan dampak jangka panjang terhadap anak. Pemberian susu isolat protein kedelai dapat dijadikan alternatif yang aman, tidak saja karena efektif dan terbukti dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan untuk optimalisasi tumbuh kembang, juga karena terjangkau, mudah diperoleh, dan rasanya enak,” kata Prof Yvan dalam acara diskusi Nutritalk mengenai Nutrisi Awal Kehidupan untuk mengatasi Dampak Jangka Panjang Alergi pada Anak, di Hotel Borobudur, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Prof Yvan, kini prevalensi anak di dunia yang menderita alergi semakin meningkat karena berbagai penyebab, yang berdasarkan banyak penelitian telah dibuktikan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan berbagai penyakit pada kehidupan selanjutnya.
Sebuah penelitian crosssectionaldi Amerika Serikat oleh Robbins KA yang dilakukan terhadap anak berusia 2–17 tahun memperlihatkan secara signifikan bahwa anak-anak yang memiliki alergi makanan dengan sejarah alergi susu sapi memiliki rata-rata tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh lebih rendah dibandingkan anak dengan alergi makanan tanpa sejarah alergi susu sapi.
Prof Yvan membenarkan, susu sapi merupakan salah satu makanan yang memiliki sumber protein untuk mendukung optimalisasi tumbuh kembang anak. Namun, ada anak-anak yang memberikan reaksi abnormal terhadap protein susu sapi karena interaksi antara satu atau lebih protein susu dan satu atau lebih mekanisme kekebalan tubuh. Itulah yang disebut alergi protein susu sapi yang sayangnya menurut Prof Yvan tidak memiliki gejalagejala spesifik.
“Karena tidak adanya gejala yang spesifik, kurangnya pengetahuan, dan jarangnya dilakukan tes alergi, kesulitan deteksi kasus alergi protein susu sapi merupakan hal yang sering terjadi di negara-negara di seluruh dunia,” ungkapnya. Dia menambahkan, dengan meningkatkan pengenalan dan pengetahuan terhadap gejala alergi susu sapi serta penanganan alergi secara tepat menjadi hal yang penting untuk menekan dampak jangka panjang alergi.
“Penanganan tepat adalah pemberian nutrisi dengan indikasi tepat yang dapat menekan sensitisasi, aman, dan dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,” ujar Prof Yvan.
Iman firmansyah
Pakar gastroenterologi (pakar di bidang saluran pencernaan makanan) dan nutrisi anak dari Vrije Universiteit Brussel Belgia, Prof Yvan Vandenplas mengatakan, alergi protein susu sapi pada anak terbukti dapat mengganggu optimalisasi tumbuh kembang anak dan memberi dampak jangka panjang terhadap tingkat kesehatan pada usia dewasa.
“Dibutuhkan penanganan alergi yang tepat untuk menekan dampak jangka panjang terhadap anak. Pemberian susu isolat protein kedelai dapat dijadikan alternatif yang aman, tidak saja karena efektif dan terbukti dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan untuk optimalisasi tumbuh kembang, juga karena terjangkau, mudah diperoleh, dan rasanya enak,” kata Prof Yvan dalam acara diskusi Nutritalk mengenai Nutrisi Awal Kehidupan untuk mengatasi Dampak Jangka Panjang Alergi pada Anak, di Hotel Borobudur, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Prof Yvan, kini prevalensi anak di dunia yang menderita alergi semakin meningkat karena berbagai penyebab, yang berdasarkan banyak penelitian telah dibuktikan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan berbagai penyakit pada kehidupan selanjutnya.
Sebuah penelitian crosssectionaldi Amerika Serikat oleh Robbins KA yang dilakukan terhadap anak berusia 2–17 tahun memperlihatkan secara signifikan bahwa anak-anak yang memiliki alergi makanan dengan sejarah alergi susu sapi memiliki rata-rata tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh lebih rendah dibandingkan anak dengan alergi makanan tanpa sejarah alergi susu sapi.
Prof Yvan membenarkan, susu sapi merupakan salah satu makanan yang memiliki sumber protein untuk mendukung optimalisasi tumbuh kembang anak. Namun, ada anak-anak yang memberikan reaksi abnormal terhadap protein susu sapi karena interaksi antara satu atau lebih protein susu dan satu atau lebih mekanisme kekebalan tubuh. Itulah yang disebut alergi protein susu sapi yang sayangnya menurut Prof Yvan tidak memiliki gejalagejala spesifik.
“Karena tidak adanya gejala yang spesifik, kurangnya pengetahuan, dan jarangnya dilakukan tes alergi, kesulitan deteksi kasus alergi protein susu sapi merupakan hal yang sering terjadi di negara-negara di seluruh dunia,” ungkapnya. Dia menambahkan, dengan meningkatkan pengenalan dan pengetahuan terhadap gejala alergi susu sapi serta penanganan alergi secara tepat menjadi hal yang penting untuk menekan dampak jangka panjang alergi.
“Penanganan tepat adalah pemberian nutrisi dengan indikasi tepat yang dapat menekan sensitisasi, aman, dan dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,” ujar Prof Yvan.
Iman firmansyah
(ars)