Waspada Penyakit Liver

Jum'at, 04 September 2015 - 09:33 WIB
Waspada Penyakit Liver
Waspada Penyakit Liver
A A A
Penyakit liver merupakan salah satu dari 10 penyakit terbesar penyebab kematian di Indonesia. Menurut data WHO pada 2013, angka penderita penyakit liver di Indonesia diperkirakan mencapai 28 juta orang, artinya di dalam setiap 10 orang Indonesia, terdapat lebih dari satu orang penderita penyakit liver.

Sekitar 70% dari jumlah tersebut adalah penderita hepatitis B, sementara 10 juta di antaranya merupakan penderita fibrosis hati serta 3 hingga 5 juta dari populasi tersebut terkena sirosis hati. Pakar hepatobilier dan general surgeondari Gleneagles Hospital Singapore Dr Victor Lee mengakui salah satu alasan penyakit liver dianggap pembunuh diam-diam karena gejala yang timbul akibat penyakit ini sulit dideteksi.

“Hasil kajian kami menunjukkan, sekitar 30% orang yang menderita penyakit liver tidak menunjukkan gejala. Namun, sekitar 70% menunjukkan gejala dalam berbagai bentuk. Karena itu, penting bagi kita untuk dapat mengenali gejala dini penyakit liver sebelum terlambat. Selain itu, deteksi dini terhadap penyakit liver memungkinkan penderita penyakit ini dapat disembuhkan lebih cepat,” ungkap Dr Victor Lee dalam acara media briefingOperasi Kuning untuk Pendeteksian Penyakit Liver Sejak Dini di Ming Dining Restaurant, Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Penyakit liver bisa berawal dari penyakit hepatitis B atau C yang berkembang menjadi sirosis hati kemudian dampak terparahnya adalah kanker hati. Sirosis hati adalah suatu kondisi yang terjadi pada tahap akhir penyakit hati kronis, ketika sel-sel hati yang sehat digantikan oleh jaringan parut dan hati tidak berfungsi dengan baik karena kerusakan jangka panjang.

Sirosis umumnya disebabkan oleh infeksi virus seperti hepatitis B dan hepatitis C, asupan alkohol yang berlebihan, penyakit autoimun, perlemakan di hati, dan penyakit turunan genetik. Deteksi dini sebelum ditetapkan sirosis sangatlah penting karena dapat memberikan pilihan pengobatan pada pasien yang juga dapat membantu untuk mengontrol kemajuan kerusakan hati sehingga dapat meningkatkan kesempatan untuk bertahan hidup.

Lebih jauh lagi, gastroenterologistdari Gleneagles Hospital Singapore Dr. Ooi Choon Jin menjelaskan, mengenai empat jenis kanker yang rentan menyerang hati. “Yang paling sering adalah karsinoma hepatoselular atau HCC. HCC merupakan kanker nomor empat yang paling sering di dunia dan salah satu dari dua penyebab kematian kanker di Asia,” ungkap Dr Ooi Choon Jin. Kanker hati stadium awal biasanya tanpa gejala dan sulit untuk didiagnosa tanpa skrining rutin.

Pada stadium lanjut, gejala termasuk kuning (jaundice) dan hepatitis kronis atau sirosis. Selain jaundice, gejala lain dari kerusakan hati hampir mirip flu, lelah, demam, mual, hilang nafsu makan, dan nyeri abdomen. Banyak orang mengabaikan gejala ini karena dianggap flu biasa oleh karena itu penting untuk mewaspadai gejala ini. “Penemuan kanker pada stadium awal memungkinkan dilakukannya operasi kuratif (penyembuhan).

Namun, pengobatan selain operasi mungkin dapat mengendalikan penyakit dan menawarkan kualitas hidup yang lebih baik pada pasien. Ketika pasien menunjukkan gejala, biasanya pada stadium lanjut dari kanker hati dan prognosis biasanya buruk, transplantasi hati adalah satu-satunya pilihan yang tersedia untuk kanker hati primer dengan stadium akhir sirosis hati dan atau penyakit hati yang progresif,” papar Dr Ooi.

Bila terdeteksi dini dan sebelum sirosis hati, kanker hati dapat diobati dengan menggunakan beberapa pilihan. Salah satunya embolisasi transarterial (TACE) yang melibatkan injeksi langsung obat ke dalam kanker melalui arteri hepatica. Ada juga Radio Frequency ablasi ini memberikan panas yang ekstrem yang dihasilkan oleh listrik untuk menghancurkan sel-sel kanker. Metode lainnya, yaitu injeksi bidang radioaktif. Cara lainnya mengangkat tumor dengan pembedahan, bila fungsi hati memadai.

Iman firmansyah
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5580 seconds (0.1#10.140)