Misteri Seruling dan Desa Terpencil

Sabtu, 05 September 2015 - 09:24 WIB
Misteri Seruling dan Desa Terpencil
Misteri Seruling dan Desa Terpencil
A A A
The Piper mempromosikan dirinya dengan sebuah poster film yang menarik. Seorang pria berbaju lusuh, ada bercak darah di lengan bajunya, sedang meniup seruling. Wajahnya dilumuri warna merah dan putih, dengan latar hutan yang kelam.

Melihat poster ini, kita akan menyangka bahwa The Piper adalah film yang suram, dengan karakter utama yang tidak sepenuhnya manis. Poster tersebut ada benarnya, tapi penonton harus menunggu lama sekali untuk menyaksikan hal tersebut. The Piper diangkat dari cerita legenda The Pied Piper of Hamelin di Jerman.

Kisahnya juga pernah muncul di cerita yang ditulis Johann Wolfgang von Goethe dan the Brothers Grimm. Dalam versi ini, The Piper mengambil setting cerita setelah selesai Perang Korea, yang artinya sekitar tahun 1953. Woo-Ryong (Ryoo Seungryong - Miracle in Cell No 7 ) tengah berjuang mengantar anaknya yang sakit TBC Young-Nam (Goo Seunghyun) ke Seoul.

Entah keduanya tinggal di mana, yang pasti mereka harus melalui hutan lebat untuk menuju ke kota. Saat dalam perjalanan, Ryong melihat jalan kecil yang tidak biasa dan tertarik untuk mengikuti jalur tersebut. Jalan kemudian menuntun ayah-anak tersebut ke sebuah desa terpencil yang tak ada dalam peta. Keanehan langsung dapat dibaca penonton.

Para penduduk desa tampak terkejut dengan kehadiran Ryong dan Young. Seolah-olah mereka tidak pernah melihat orang lain datang ke desa mereka. Namun, sang kepala desa Lee Sung-min menyambut keduanya dengan ramah. Namun keanehan juga terbaca di wajah dan sikapnya. Penonton tahu itu, tapi sang sutradara Kim Gwang-tae membiarkan penonton menerka-nerka terlebih dahulu.

Misteri desa dan penduduknya itu lantas digantung terus oleh Kim. Bahkan aura misteri tersebut perlahanlahan menghilang, berganti dengan cerita tentang keseruan Ryong dalam menangkap pasukan tikus yang mengganggu hidup warga desa tersebut. Ryong memang menawarkan diri untuk membantu warga mengatasi populasi tikus yang berlebihan di sana, sebagai ucapan terima kasih karena anaknya sudah dibantu di desa tersebut.

Kepala desa pun menjanjikan Ryong sejumlah uang untuk bekal dirinya melanjutkan perjalanan ke Seoul. Cerita menangkap tikus ini berlanjut terus, dibumbui komedi dan juga kisah romansa -yang agak sedikit dipaksakan. Lalu di mana kisah misterinya, juga aura dark thriller seperti yang terpampang di poster filmnya? Nah, kisah misteri, horor, dan thriller -nya justru baru muncul jelang akhir film.

Ada cukup banyak adegan mengerikan terjadi, ada banyak sisi gelap manusia yang terungkap. Namun, saat adegan-adegan fantasi yang mengejutkan tersebut tampil di layar, penonton nyaris sudah kehabisan tenaga untuk menyaksikan adegan “pemanasan” yang memakan waktu lebih dari separuh film. Adegannya tetap mengerikan, tapi rasanya tak sedahsyat seperti yang seharusnya.

Dengan mood yang jauh berbeda pada saat awal, pertengahan, dan akhir film, The Piper seolah-olah menjadi dua film berbeda yang dijadikan satu. Kegagalan sutradara untuk rajin memberikan petunjuk-petunjuk kecil sekaligus menjaga aura misteri film adalah kesalahan utama dalam film ini. Meski begitu, The Piper tetap film yang cukup layak ditonton, asalkan Anda sabar saat menontonnya.

Herita endriana
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6713 seconds (0.1#10.140)