Terbaik di Rentang HarganyaSelebihnya
A
A
A
Xiaomi Yi adalah pilihan terbaik mereka yang ingin masuk ke wilayah action camera tapi tidak memiliki bujet untuk membeli GoPro.
Ada dua pilihan paket pembelian Xiaomi Yi di toko online jakartanotebook.com. Yakni, edisi standar senilai Rp1.099.000 dan Travel Edition Rp1.449.900 yang sudah dilengkapi monopod atau selfie stick. Salah satu alasan mengapa harga Yi ini bisa begitu terjangkau dibanding GoPro adalah pengguna hanya mendapatkan sebuah unit Yi, tanpa ada ada aksesori lainnya (kecuali model Xiaomi Yi Travel Edition).
Artinya, saat membeli Yi pengguna sudah harus menyiapkan uang beberapa ratus ribu lagi untuk aksesori pendukungnya. Mulai mounting untuk helm atau sepeda, casing anti air atau terbuka (skeleton), microSD minimal 16 GB, baterai cadangan, hingga monopod atau 3-way (3 in 1) mount. Walau casing GoPro tidak dapat dipakai di Xiaomi Yi karena dimensi bodinya berbeda, tapi mounting yang digunakan relatif serupa.
Semua aksesori tersebut lagi-lagi bisa didapatkan di Jakartanotebook.com yang memiliki harga termurah dan pilihan terlengkap. Dengan harganya yang Rp1 jutaan itu Xiaomi Yi sama sekali tidak terlihat murahan. Desainnya sangat indah dan berkelas, jauh meninggalkan model seperti SJcam, Brica, dan merek serupa yang acap disebut “kloningan GoPro”.
Penggunaan warna hijau (dan putih) juga menjadi trade mark Xiaomi Yi dan memudahkannya diidentifikasi dibanding model lain yang cenderung memakai warna abu-abu atau hitam. Build quality atau kualitas produk juga terbilang sangat baik. Di bagian belakang ada ruang selot untuk microSD, HDMI, serta micro USB yang membuatnya dapat di-charge menggunakan kabel yang biasa kita pakai di ponsel. Sebagai catatan, GoPro masih memakai mini USB. Melihat dari spesifikasinya, Yi juga sangat kompetitif.
Pemroses gambarnya memakai sensor dan pemroses gambar Sony Exmor R CMOS, prosesor Ambarella A7LS, resolusi 16 MP (4608x3456), baterai lithium-ion 1010 mAh, lensa bersudut lebar 155 derajat (Gopro 170 derajat), merekam video MP4 dengan kualitas full HD 1080p dalam 60 fps, HD 720p di 120 fps, dan 480p dalam 240 fps.
Soal kualitas gambar, saya jamin akan sulit dibedakan antara foto yang diambil dengan Xiaomi Yi dengan GoPro Hero 3+ walau harganya berbeda hampir 4 kali-5 kali lipat lebih mahal. Intinya, Anda akan bisa menghasilkan foto momen yang sama dan tidak kalah indahnya dengan GoPro. Penggunaan Xiaomi Yi sangat mudah. Bahkan, desain tombolnya didesain lebih sederhana dibanding GoPro.
Hanya ada 3 tombol. Pertama tombol power di depan yang bisa menyala biru saat mengambil gambar (keren!), tombol shutter diatas, dan tombol wi-fi disamping. Xiaomi Yi tidak memiliki layar sama sekali. Tidak usah khawatir. Ini hanya soal kebiasaan. Semua penyetelan dilakukan dengan terlebih dulu terkoneksi menggunakan wifi ke aplikasi Xiaomi Yi di Android. Setelah diunduh di ponsel, mudah sekali untuk terhubung ke perangkat kamera.
Dari situ, pengguna silahkan mengatur mode apa yang ingin ditanamkan di kamera begitu Yi menyala pertama kali. Biasanya saya memilih Timelapse dengan durasi 1 detik. Cukup nyalakan kamera, tekan shutter, maka Yi akan memotret setiap 1 detik. Tinggal arahkan tongsis ke obyek tertentu, atau saat selfie dengan angle berbeda-beda. Foto yang tidak fokus atau tidak menarik tinggal dihapus di smartphone. Aplikasi yang dibuat Xiaomi untuk Yi tidak hanya indah, namun juga memiliki antarmuka/user interface yang bagus dan fluid.
Ini juga yang membedakan Yi dengan kompetitor direntang harga yang sama. Strategi inilah yang mengantar ponsel Xiaomi sukses mendunia. Yakni, menggunakan komponen berkualitas, memberikan desain yang cantik, memastikan dukungan software yang sangat baik, dan membanderolnya dengan harga yang bukan termurah, tapi sangat kompetitif. Saya pastikan tidak ada produk lain yang bisa prima dalam hal-hal yang disebutkan diatas.
Tapi, bagaimana dengan kelemahan kamera ini? Minus pertama bahkan sudah saya sebutkan diawal: harus menyiapkan dana ekstra untuk menambah beberapa aksesori seperti casing sebelum bisa digunakan. Kedua, ketiadaan layar membuat pergantian mode operasi seperti foto time lapse ke video harus dilakukan lewat ponsel, tidak bisa langsung di unitnya. , untuk value for money, saya tidak ada komplain dengan Xiaomi Yi.
Inilah produk entry level yang harus dibeli mereka yang baru “nyemplung” di ekosistem action camera. Jika merasa cocok, silahkan upgrade model lain yang lebih advance. Atau malah tetap setia dengan Xiaomi Yi, dan melengkapi beragam aksesoris yang tersedia.
Danang Arradian
Ada dua pilihan paket pembelian Xiaomi Yi di toko online jakartanotebook.com. Yakni, edisi standar senilai Rp1.099.000 dan Travel Edition Rp1.449.900 yang sudah dilengkapi monopod atau selfie stick. Salah satu alasan mengapa harga Yi ini bisa begitu terjangkau dibanding GoPro adalah pengguna hanya mendapatkan sebuah unit Yi, tanpa ada ada aksesori lainnya (kecuali model Xiaomi Yi Travel Edition).
Artinya, saat membeli Yi pengguna sudah harus menyiapkan uang beberapa ratus ribu lagi untuk aksesori pendukungnya. Mulai mounting untuk helm atau sepeda, casing anti air atau terbuka (skeleton), microSD minimal 16 GB, baterai cadangan, hingga monopod atau 3-way (3 in 1) mount. Walau casing GoPro tidak dapat dipakai di Xiaomi Yi karena dimensi bodinya berbeda, tapi mounting yang digunakan relatif serupa.
Semua aksesori tersebut lagi-lagi bisa didapatkan di Jakartanotebook.com yang memiliki harga termurah dan pilihan terlengkap. Dengan harganya yang Rp1 jutaan itu Xiaomi Yi sama sekali tidak terlihat murahan. Desainnya sangat indah dan berkelas, jauh meninggalkan model seperti SJcam, Brica, dan merek serupa yang acap disebut “kloningan GoPro”.
Penggunaan warna hijau (dan putih) juga menjadi trade mark Xiaomi Yi dan memudahkannya diidentifikasi dibanding model lain yang cenderung memakai warna abu-abu atau hitam. Build quality atau kualitas produk juga terbilang sangat baik. Di bagian belakang ada ruang selot untuk microSD, HDMI, serta micro USB yang membuatnya dapat di-charge menggunakan kabel yang biasa kita pakai di ponsel. Sebagai catatan, GoPro masih memakai mini USB. Melihat dari spesifikasinya, Yi juga sangat kompetitif.
Pemroses gambarnya memakai sensor dan pemroses gambar Sony Exmor R CMOS, prosesor Ambarella A7LS, resolusi 16 MP (4608x3456), baterai lithium-ion 1010 mAh, lensa bersudut lebar 155 derajat (Gopro 170 derajat), merekam video MP4 dengan kualitas full HD 1080p dalam 60 fps, HD 720p di 120 fps, dan 480p dalam 240 fps.
Soal kualitas gambar, saya jamin akan sulit dibedakan antara foto yang diambil dengan Xiaomi Yi dengan GoPro Hero 3+ walau harganya berbeda hampir 4 kali-5 kali lipat lebih mahal. Intinya, Anda akan bisa menghasilkan foto momen yang sama dan tidak kalah indahnya dengan GoPro. Penggunaan Xiaomi Yi sangat mudah. Bahkan, desain tombolnya didesain lebih sederhana dibanding GoPro.
Hanya ada 3 tombol. Pertama tombol power di depan yang bisa menyala biru saat mengambil gambar (keren!), tombol shutter diatas, dan tombol wi-fi disamping. Xiaomi Yi tidak memiliki layar sama sekali. Tidak usah khawatir. Ini hanya soal kebiasaan. Semua penyetelan dilakukan dengan terlebih dulu terkoneksi menggunakan wifi ke aplikasi Xiaomi Yi di Android. Setelah diunduh di ponsel, mudah sekali untuk terhubung ke perangkat kamera.
Dari situ, pengguna silahkan mengatur mode apa yang ingin ditanamkan di kamera begitu Yi menyala pertama kali. Biasanya saya memilih Timelapse dengan durasi 1 detik. Cukup nyalakan kamera, tekan shutter, maka Yi akan memotret setiap 1 detik. Tinggal arahkan tongsis ke obyek tertentu, atau saat selfie dengan angle berbeda-beda. Foto yang tidak fokus atau tidak menarik tinggal dihapus di smartphone. Aplikasi yang dibuat Xiaomi untuk Yi tidak hanya indah, namun juga memiliki antarmuka/user interface yang bagus dan fluid.
Ini juga yang membedakan Yi dengan kompetitor direntang harga yang sama. Strategi inilah yang mengantar ponsel Xiaomi sukses mendunia. Yakni, menggunakan komponen berkualitas, memberikan desain yang cantik, memastikan dukungan software yang sangat baik, dan membanderolnya dengan harga yang bukan termurah, tapi sangat kompetitif. Saya pastikan tidak ada produk lain yang bisa prima dalam hal-hal yang disebutkan diatas.
Tapi, bagaimana dengan kelemahan kamera ini? Minus pertama bahkan sudah saya sebutkan diawal: harus menyiapkan dana ekstra untuk menambah beberapa aksesori seperti casing sebelum bisa digunakan. Kedua, ketiadaan layar membuat pergantian mode operasi seperti foto time lapse ke video harus dilakukan lewat ponsel, tidak bisa langsung di unitnya. , untuk value for money, saya tidak ada komplain dengan Xiaomi Yi.
Inilah produk entry level yang harus dibeli mereka yang baru “nyemplung” di ekosistem action camera. Jika merasa cocok, silahkan upgrade model lain yang lebih advance. Atau malah tetap setia dengan Xiaomi Yi, dan melengkapi beragam aksesoris yang tersedia.
Danang Arradian
(ftr)