Terapi Khusus Penyakit Parkinson
A
A
A
PARKINSON merupakan penyakit degeneratif di bagian sel saraf otak yang berfungsi mengontrol gerakan tubuh.
Penyakit parkinson memang tidak bisa sembuh, tapi dapat diobati sehingga tahapannya tidak cepat memburuk. Penderita harus kontrol rutin ke dokter spesialis saraf untuk mendapatkan pengobatan yang optimal. Gejala-gejala parkinson dapat diatasi dengan pemberian obat levodopa atau golongan obat parkinson lainnya, berolahraga, dan fisioterapi.
Setelah pemberian obat jangka panjang, maka obat dapat menjadi kurang efektif dan mempunyai efek samping. Kini penderita parkinson bisa menjalani operasi dengan teknologi terkini bernama operasi stimulasi otak dalam atau biasa disebut dengan deep brain stimulation (DBS). Operasi ini bekerja dengan merangsang sel dopamin untuk memproduksi dopamin dan bekerja optimal kembali sehingga gejala penyakit parkinson dapat diatasi dan dosis obat berkurang.
DBS adalah operasi untuk mengatasi tremor, kaku, dan gerak yang lambat. Teknik operasi ini dilakukan melalui penanaman elektroda/chip pada area tertentu di otak bagian dalam. Elektroda/chip tersebut dihubungkan dengan kabel ke baterai yang diletakkan di dalam dada sebagai sumber arus listrik, semuanya tertanam di bawah kulit sehingga pasien dapat beraktivitas seperti biasa dan terkena air.
DBS telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika untuk pengobatan essential tremor (ET), penyakit parkinson (PD), dystonia, dan obsessive compulsive disorder (sindrom tourette ). Dokter spesialis bedah saraf dari Parkinsons and Movement Disorder Center, RS Siloam Kebon Jeruk, dr Made Agus M Inggas SpBS mengatakan, berdasarkan data, jumlah pasien, parkinson akan meningkat menjadi 6.17 juta pada 2030.
“Dengan teknologi terkini dan tim multidisiplin yang terdiri atas dokter spesialis bedah saraf, dokter spesialis saraf, psikiater, rehabilitasi medis, ahli patologi bicara, dan ahli nutrisi, kami berharap para penderita penyakit gangguan gerak dapat ditangani dengan maksimal dan kembali memiliki hidup yang berkualitas,” katanya dalam media gathering Terapi Terkini pada Penyakit Parkinson dan Gangguan Gerak Lainnya , di De Mingle, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dokter spesialis saraf dari Parkinsons and Movement Disorder Center, RS Siloam Kebon Jeruk, dr Frandy Susatia SpS mengatakan, DBS merupakan salah satu operasi yang dianjurkan untuk mengatasi gejala-gejala parkinson pada tahap sedang ataupun berat. Dia menilai teknik ini memiliki beberapa keunggulan karena operasi ini tergolong aman, dilakukan dalam keadaan bangun, tidak merusak jaringan otak dan gejala parkinson dapat diprogram. Jika sudah tidak diinginkan lagi maka sistem ini dapat dicabut.
“Rata-rata pasien akan merasakan peningkatan perbaikan motorik sekitar 75% sampai dengan 87% setelah dioperasi DBS pada keadaan tanpa obat, sebagian pasien akan tetap masih memerlukan obat pascaoperasi, tapi dengan dosis yang lebih kecil,” ujar dr Frandy.
Dia juga memberikan saran untuk penderita parkinson agar tetap bahagia di usia lanjut, seperti makan obat secara teratur, menerapkan pola hidup sehat.
Iman Firmansyah
Penyakit parkinson memang tidak bisa sembuh, tapi dapat diobati sehingga tahapannya tidak cepat memburuk. Penderita harus kontrol rutin ke dokter spesialis saraf untuk mendapatkan pengobatan yang optimal. Gejala-gejala parkinson dapat diatasi dengan pemberian obat levodopa atau golongan obat parkinson lainnya, berolahraga, dan fisioterapi.
Setelah pemberian obat jangka panjang, maka obat dapat menjadi kurang efektif dan mempunyai efek samping. Kini penderita parkinson bisa menjalani operasi dengan teknologi terkini bernama operasi stimulasi otak dalam atau biasa disebut dengan deep brain stimulation (DBS). Operasi ini bekerja dengan merangsang sel dopamin untuk memproduksi dopamin dan bekerja optimal kembali sehingga gejala penyakit parkinson dapat diatasi dan dosis obat berkurang.
DBS adalah operasi untuk mengatasi tremor, kaku, dan gerak yang lambat. Teknik operasi ini dilakukan melalui penanaman elektroda/chip pada area tertentu di otak bagian dalam. Elektroda/chip tersebut dihubungkan dengan kabel ke baterai yang diletakkan di dalam dada sebagai sumber arus listrik, semuanya tertanam di bawah kulit sehingga pasien dapat beraktivitas seperti biasa dan terkena air.
DBS telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika untuk pengobatan essential tremor (ET), penyakit parkinson (PD), dystonia, dan obsessive compulsive disorder (sindrom tourette ). Dokter spesialis bedah saraf dari Parkinsons and Movement Disorder Center, RS Siloam Kebon Jeruk, dr Made Agus M Inggas SpBS mengatakan, berdasarkan data, jumlah pasien, parkinson akan meningkat menjadi 6.17 juta pada 2030.
“Dengan teknologi terkini dan tim multidisiplin yang terdiri atas dokter spesialis bedah saraf, dokter spesialis saraf, psikiater, rehabilitasi medis, ahli patologi bicara, dan ahli nutrisi, kami berharap para penderita penyakit gangguan gerak dapat ditangani dengan maksimal dan kembali memiliki hidup yang berkualitas,” katanya dalam media gathering Terapi Terkini pada Penyakit Parkinson dan Gangguan Gerak Lainnya , di De Mingle, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dokter spesialis saraf dari Parkinsons and Movement Disorder Center, RS Siloam Kebon Jeruk, dr Frandy Susatia SpS mengatakan, DBS merupakan salah satu operasi yang dianjurkan untuk mengatasi gejala-gejala parkinson pada tahap sedang ataupun berat. Dia menilai teknik ini memiliki beberapa keunggulan karena operasi ini tergolong aman, dilakukan dalam keadaan bangun, tidak merusak jaringan otak dan gejala parkinson dapat diprogram. Jika sudah tidak diinginkan lagi maka sistem ini dapat dicabut.
“Rata-rata pasien akan merasakan peningkatan perbaikan motorik sekitar 75% sampai dengan 87% setelah dioperasi DBS pada keadaan tanpa obat, sebagian pasien akan tetap masih memerlukan obat pascaoperasi, tapi dengan dosis yang lebih kecil,” ujar dr Frandy.
Dia juga memberikan saran untuk penderita parkinson agar tetap bahagia di usia lanjut, seperti makan obat secara teratur, menerapkan pola hidup sehat.
Iman Firmansyah
(ars)