Ginanti Rona Tertantang Kenalkan Midnight Show di Yogya Kritis Film
A
A
A
YOGYAKARTA - Banyaknya sineas, pemerhati, dan komunitas film di Yogyakarta, menantang jiwa seorang Ginanti Rona Tembang Asri untuk mengenalkan karya film terbarunya yang berjudul Midnight Show. Sebab bagi sutradara muda ini, Yogyakarta menjadi salah satu kota di Indonesia yang cukup berpengaruh terutama dalam memberikan penilaian terhadap karya film.
"Yogya komunitas filmnya banyak, (gelar nonton bareng film Midnight Show) ingin tahu respon (mereka)," ujar Ginanti kepada wartawan di sela-sela promosi film Midnight Show di Empire XXI Yogyakarta, belum lama ini.
Apalagi film tersebut merupakan karya film layar lebar pertamanya di kancah perfilman Indonesia. Mengangkat genre thriller pembunuhan dengan lokasi di bioskop, wanita asal Aceh Utara ini ingin mengangkat cerita berbeda dibandingkan film kebanyakan.
Aksi sadis dan berdarah-darah pun kerap ditampilkan di dalamnya. Tentu saja dengan visual effect yang tidak kalah dengan film luar negeri.
"Tantangan paling besar justru saat distribusikan film ini. Banyak pakai efek, dan butuh waktu lama set up supaya hasil yang didapat (lebih) real (nyata). Memberikan keleluasaan terhadap penonton untuk nilai film ini, yang jelas survival bertahan hidup, ada adegan violence yang dibutuhkan untuk pertahankan kehidupan. Jadi kembalikan penonton arti violence," jelas dia yang merupakan lulusan Penyutradaraan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini
Meski menyukai film-film dengan genre demikian, wanita kelahiran 24 Juni 1987 ini tidak ingin dicap sebagai sutradara spesialis horor maupun thriller. Ke depan dirinya pun ingin menjajal berbagai genre film seperti drama yang tidak kalah menantang pula.
"Yogya komunitas filmnya banyak, (gelar nonton bareng film Midnight Show) ingin tahu respon (mereka)," ujar Ginanti kepada wartawan di sela-sela promosi film Midnight Show di Empire XXI Yogyakarta, belum lama ini.
Apalagi film tersebut merupakan karya film layar lebar pertamanya di kancah perfilman Indonesia. Mengangkat genre thriller pembunuhan dengan lokasi di bioskop, wanita asal Aceh Utara ini ingin mengangkat cerita berbeda dibandingkan film kebanyakan.
Aksi sadis dan berdarah-darah pun kerap ditampilkan di dalamnya. Tentu saja dengan visual effect yang tidak kalah dengan film luar negeri.
"Tantangan paling besar justru saat distribusikan film ini. Banyak pakai efek, dan butuh waktu lama set up supaya hasil yang didapat (lebih) real (nyata). Memberikan keleluasaan terhadap penonton untuk nilai film ini, yang jelas survival bertahan hidup, ada adegan violence yang dibutuhkan untuk pertahankan kehidupan. Jadi kembalikan penonton arti violence," jelas dia yang merupakan lulusan Penyutradaraan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini
Meski menyukai film-film dengan genre demikian, wanita kelahiran 24 Juni 1987 ini tidak ingin dicap sebagai sutradara spesialis horor maupun thriller. Ke depan dirinya pun ingin menjajal berbagai genre film seperti drama yang tidak kalah menantang pula.
(nfl)