Harper Lee, Penulis To Kill a Mockingbird, Meninggal Dunia
A
A
A
WASHINGTON - Penulis novel klasik legendaris To Kill a Mockingbird, Harper Lee, meninggal dunia, . Penerbitnya, HarperCollins, telah mengonfirmasikan kabar tersebut pada Jumat (19/2/2016). Lee berusia 89 tahun.
Kesuksesan instan To Kill a Mockingbird, yang dipublikasikan pada 1960 dan memenangkan Pulitzer Prize untuk kategori fiksi tahun berikutnya, menjadikan Lee menjadi selebritas sastra, sebuah peran yang dia anggap menindas dan dia tidak pernah menerimanya. Novel ini mengisahkan tentang ketidakadilan rasial di sebuah kota kecil di Alabama dengan tokoh utama Atticus, seorang pengacara, yang dikisahkan dari pandangan putrinya, Scout.
Buku tersebut berhasil terjual hingga lebih dari 10 juta kopi. Novel ini menjadi salah satu karya fiksi yang paling disukai dan dipelajari yang pernah ditulis oleh seorang warga Amerika.
Sejak kesuksesan buku itu, Lee tidak pernah lagi menulis. Tapi, lebih dari 50 tahun kemudian, pada 2015, sebuah buku baru Lee akhirnya muncul, meski banyak misteri yang menyelimutinya.
“Saya tidak pernah mengharapkan sukses dengan Mockingbird. Saya malah berharap ada kematian kilat dan penuh iba di tangan para pengkaji. Tapi, pada saat yang sama, saya juga berharap seseorang akan menyukainya dan cukup memberikan saya semangat. Saya malahan mendapatkan banyak dan itu justru menakutkan seperti kematian yang cepat dan penuh iba seperti yang saya harapkan,” tutur Lee kepada seorang pewawancara radio pada 1964 seperti dikutip The New York Times.
Lee mendapatkan reputasi sebagai Garbo sastra—seorang penyendiri yang penampilan publiknya untuk menerima penghargaan atau pangkat kehormatan dianggap sebagai berita penting karena mereka jarang tampil. Pada acara-acara seperti itu, dia pun jarang bicara, selain hanya mengucapkan terima kasih.
Pada Februari 2015, penerbitnya, Harper—cabang HarperCollins—melontarkan kabar baru. Mereka mengumumkan rencana untuk menerbitkan sebuah manuskrip, yang dikira sudah lama hilang. Manuskip itu diserahkan Lee kepada editornya pada 1957 dengan judul Go Set a Watchman.
Menurut sang penerbit, manuskrip itu dilampirkan pada naskah asli To Kill a Mockingbird. Pengacara Lee, Tonja B Carter, yang melihatnya saat melihat-lihat surat-surat Lee. Manuskrip itu berkisah tentang Atticus dan Scout 20 tahun kemudian, ketika Scout telah menjadi seorang wanita muda yang tinggal di New York dan memasukkan sejumlah adegan dimana Atticus mengekspresikan pandangan konservatif mengenai hubungan ras yang terlihat berseberangan dengan pandangan liberalnya di novel sebelumnya.
Buku itu dipublikasikan pada bulan Juli dengan cetakan pertama 2 juta. Dengan penjualan besar-besaran, buku itu kemudian masuk ke daftar buku fiksi terlaris meskipun review-nya hanya suam-suam kuku. Menurut Reuters, Lee dikabarkan menulis Go Set a Watchman sebelum menulis To Kill a Mockingbird.
Selama bertahun-tahun, Lee, seorang wanita pemalu, hidup dengan damai dan tertutup. Dia selalu menolak permintaan wawancara. Dia tinggal berpindah antara sebuah apartemen di New York dan di Monroeville, Alabama, dimana dia tinggal di sebuah rumah bersama kakaknya, pengacara Alice Lee. Setelah mengalami stroke dan penurunan daya dengar dan melihat, dia menghabiskan waktu-waktu terakhirnya di sebuah fasilitas panti jompo di Monroeville.
Kesuksesan instan To Kill a Mockingbird, yang dipublikasikan pada 1960 dan memenangkan Pulitzer Prize untuk kategori fiksi tahun berikutnya, menjadikan Lee menjadi selebritas sastra, sebuah peran yang dia anggap menindas dan dia tidak pernah menerimanya. Novel ini mengisahkan tentang ketidakadilan rasial di sebuah kota kecil di Alabama dengan tokoh utama Atticus, seorang pengacara, yang dikisahkan dari pandangan putrinya, Scout.
Buku tersebut berhasil terjual hingga lebih dari 10 juta kopi. Novel ini menjadi salah satu karya fiksi yang paling disukai dan dipelajari yang pernah ditulis oleh seorang warga Amerika.
Sejak kesuksesan buku itu, Lee tidak pernah lagi menulis. Tapi, lebih dari 50 tahun kemudian, pada 2015, sebuah buku baru Lee akhirnya muncul, meski banyak misteri yang menyelimutinya.
“Saya tidak pernah mengharapkan sukses dengan Mockingbird. Saya malah berharap ada kematian kilat dan penuh iba di tangan para pengkaji. Tapi, pada saat yang sama, saya juga berharap seseorang akan menyukainya dan cukup memberikan saya semangat. Saya malahan mendapatkan banyak dan itu justru menakutkan seperti kematian yang cepat dan penuh iba seperti yang saya harapkan,” tutur Lee kepada seorang pewawancara radio pada 1964 seperti dikutip The New York Times.
Lee mendapatkan reputasi sebagai Garbo sastra—seorang penyendiri yang penampilan publiknya untuk menerima penghargaan atau pangkat kehormatan dianggap sebagai berita penting karena mereka jarang tampil. Pada acara-acara seperti itu, dia pun jarang bicara, selain hanya mengucapkan terima kasih.
Pada Februari 2015, penerbitnya, Harper—cabang HarperCollins—melontarkan kabar baru. Mereka mengumumkan rencana untuk menerbitkan sebuah manuskrip, yang dikira sudah lama hilang. Manuskip itu diserahkan Lee kepada editornya pada 1957 dengan judul Go Set a Watchman.
Menurut sang penerbit, manuskrip itu dilampirkan pada naskah asli To Kill a Mockingbird. Pengacara Lee, Tonja B Carter, yang melihatnya saat melihat-lihat surat-surat Lee. Manuskrip itu berkisah tentang Atticus dan Scout 20 tahun kemudian, ketika Scout telah menjadi seorang wanita muda yang tinggal di New York dan memasukkan sejumlah adegan dimana Atticus mengekspresikan pandangan konservatif mengenai hubungan ras yang terlihat berseberangan dengan pandangan liberalnya di novel sebelumnya.
Buku itu dipublikasikan pada bulan Juli dengan cetakan pertama 2 juta. Dengan penjualan besar-besaran, buku itu kemudian masuk ke daftar buku fiksi terlaris meskipun review-nya hanya suam-suam kuku. Menurut Reuters, Lee dikabarkan menulis Go Set a Watchman sebelum menulis To Kill a Mockingbird.
Selama bertahun-tahun, Lee, seorang wanita pemalu, hidup dengan damai dan tertutup. Dia selalu menolak permintaan wawancara. Dia tinggal berpindah antara sebuah apartemen di New York dan di Monroeville, Alabama, dimana dia tinggal di sebuah rumah bersama kakaknya, pengacara Alice Lee. Setelah mengalami stroke dan penurunan daya dengar dan melihat, dia menghabiskan waktu-waktu terakhirnya di sebuah fasilitas panti jompo di Monroeville.
(alv)