Terus Benahi Sektor Wisata, Morotai Gandeng 2 Perusahaan Raksasa
A
A
A
JAKARTA - Pesona #wonderfulmorotaiislands tak pernah berhenti bergerak membangun Morotai. Setelah di-launching awal Juni 2016, salah satu destinasi wisata prioritas itu sudah menggandeng dua perusahaan raksasa dunia untuk membangun amenitas di Morotai.
Dua perusahaan itu adalah Hubei Wanda—untuk membangun international chain hotel di Morotai—dan Chingfu Taiwan yang dijadikan mitra dalam membangun 1.000 homestay. Dua nama tadi bukan perusahaan sembarangan. Wanda Hubei termasuk big name di China.
Menpar Arief Yahya sudah berkunjung dan memberikan presentasi ke Wanda Hubei di Wanda Plaza Beijing. Itu adalah perusahaan berbasis properti terbesar di China. Perusahaannya konsisten membangun mal, hotel, apartemen, commercial building, kawasan pariwisata, entertainment dan juga punya perusahaan finansial serta tourism investment.
Chingfu juga perusahaan bonafid yang merupakan satu dari puluhan perusahaan kelas dunia Taiwan. Perusahaan yang bergerak di ship building dan memasok kapal-kapal besar untuk penangkapan ikan, pariwisata dan manufaktur itu, ikut diundang membentuk konsorsium bersama Jababeka di Morotai.
"Wanda Hubedan Chingfu akan survei Juli atau Agustus 2016," ujar anggota Pokja Morotai, Ari Suhendro, yang didampingi Ketua Pokja Hiramsyah Sambudhy Thaib.
Dirut PT Jababeka Setyono Djuandi Darmono ikut buka suara. Khusus untuk homestay, tahapannya sudah memasuki proses sertifikasi lahan seluas 10 hektare. Ini adalah bagian dari tahap 1A untuk homestay percontohan. "Kontraknya sudah ditandatangani Jababeka Morotai dan kontraktor,” kata Darmono.
Lantas bagaimana dengan dananya? Mekanisme kerjasamanya akan dibuat seperti apa? Soal ini, Darmono mengaku sudah merancang konsep yang sangat ringan. Pembebasan tanah, bisa dibuat secara sewa, kerja sama atau beli secara bertahap.
"Dananya diambil dari modal konsortium, bank dan penjualan atau penyewaan tanah sesudah dibangun sarana dan prasarana sesuai master plan dan kebutuhan pasar," beber dia.
Memang, ada istilah telur dan ayam, mana dulu yang dibangun? Izin penangkapan ikan masih moratorium sehingga belum feasible membangun galangan memproduksi kapal. Untuk pariwisata , jumlah wisatawan masih sedikit, belum regular. Jumlah kamar hotel dan homestay masih di bawah 200 dan bandara belum internasional sehingga airlines belum feasible untuk beroperasi.
Manufaktur dan pasokan listrik juga belum memadai, pelabuhan dan kapal-kapal internasional juga belum ada sehingga belum feasible. Meski begitu, Darmono mengaku tak khawatir. Dari pengakuannya, saat ini banyak peminat yang ingin investasi di bidang pariwisata, perikanan dan manufaktur. Bahkan masterplan pengembangan Morotai dalam kurun waktu 25 tahun ke depan pun sudah dibuat.
"Konsep Think Big, Start Small, Move Fast dilaksanakan dengan konsisten. Tahapannya, pariwisata, perdagangan baru Investasi manufaktur," papar dia.
Dalam 25 tahun ke depan, Morotai akan disulap menjadi pusat logistik kelas dunia setara dengan Singapura. Masyarakat Indonesia Timur juga akan diberdayakan memproses sumber daya alam yang berlimpah nenjadi barang jadi dengan mengundang investor-investor yang mempunyai modal, teknologi dan pasar dunia.
"Tahap pertamanya ya mempromosikan Morotai sebagai destinasi pariwisata kelas dunia. Kedua membangun homestay dengan memanfaatkan program subsidi 1 juta rumah murah. Ketiga, mendorong kerja sama antar airline, travel agents dan pelaku-pelaku pariwisata, memanfaatkan insentif-insentif pajak dan fasilitas-fasilitas yang akan diberikan pemerintah untuk KEK Pariwisata," ulasnya.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata, Dadang Rizki Ratman, ikut mendorong pemerintah daerah, BUMN, pihak swasta pengembang kawasan pariwisata dan masyarakat sekitar destinasi untuk membangun homestay.
Menurut dia, itu adalah bagian dari implementasi kerjasama (MoU) antara Kemenpar dengan kemen PUPR dan BTN. Fasilitas homestay yang akan dibangun Jababeka bersama Chingfu tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akomodasi bagi wisatawan yang berkunjung dan menambah lama kunjungan (length of stay).
"Pembangunan homestay secara nasional ditargetkan 100.000 unit. Prioritasnya, kawasan-kawasan pariwisata yang sarana dan prasarana akomodasinya masih terbatas, namun kunjungan wisatawannya mulai meningkat seperti di Banyuwangi dan kawasan ekonomi khusus Morotai," kata Dadang.
Dua perusahaan itu adalah Hubei Wanda—untuk membangun international chain hotel di Morotai—dan Chingfu Taiwan yang dijadikan mitra dalam membangun 1.000 homestay. Dua nama tadi bukan perusahaan sembarangan. Wanda Hubei termasuk big name di China.
Menpar Arief Yahya sudah berkunjung dan memberikan presentasi ke Wanda Hubei di Wanda Plaza Beijing. Itu adalah perusahaan berbasis properti terbesar di China. Perusahaannya konsisten membangun mal, hotel, apartemen, commercial building, kawasan pariwisata, entertainment dan juga punya perusahaan finansial serta tourism investment.
Chingfu juga perusahaan bonafid yang merupakan satu dari puluhan perusahaan kelas dunia Taiwan. Perusahaan yang bergerak di ship building dan memasok kapal-kapal besar untuk penangkapan ikan, pariwisata dan manufaktur itu, ikut diundang membentuk konsorsium bersama Jababeka di Morotai.
"Wanda Hubedan Chingfu akan survei Juli atau Agustus 2016," ujar anggota Pokja Morotai, Ari Suhendro, yang didampingi Ketua Pokja Hiramsyah Sambudhy Thaib.
Dirut PT Jababeka Setyono Djuandi Darmono ikut buka suara. Khusus untuk homestay, tahapannya sudah memasuki proses sertifikasi lahan seluas 10 hektare. Ini adalah bagian dari tahap 1A untuk homestay percontohan. "Kontraknya sudah ditandatangani Jababeka Morotai dan kontraktor,” kata Darmono.
Lantas bagaimana dengan dananya? Mekanisme kerjasamanya akan dibuat seperti apa? Soal ini, Darmono mengaku sudah merancang konsep yang sangat ringan. Pembebasan tanah, bisa dibuat secara sewa, kerja sama atau beli secara bertahap.
"Dananya diambil dari modal konsortium, bank dan penjualan atau penyewaan tanah sesudah dibangun sarana dan prasarana sesuai master plan dan kebutuhan pasar," beber dia.
Memang, ada istilah telur dan ayam, mana dulu yang dibangun? Izin penangkapan ikan masih moratorium sehingga belum feasible membangun galangan memproduksi kapal. Untuk pariwisata , jumlah wisatawan masih sedikit, belum regular. Jumlah kamar hotel dan homestay masih di bawah 200 dan bandara belum internasional sehingga airlines belum feasible untuk beroperasi.
Manufaktur dan pasokan listrik juga belum memadai, pelabuhan dan kapal-kapal internasional juga belum ada sehingga belum feasible. Meski begitu, Darmono mengaku tak khawatir. Dari pengakuannya, saat ini banyak peminat yang ingin investasi di bidang pariwisata, perikanan dan manufaktur. Bahkan masterplan pengembangan Morotai dalam kurun waktu 25 tahun ke depan pun sudah dibuat.
"Konsep Think Big, Start Small, Move Fast dilaksanakan dengan konsisten. Tahapannya, pariwisata, perdagangan baru Investasi manufaktur," papar dia.
Dalam 25 tahun ke depan, Morotai akan disulap menjadi pusat logistik kelas dunia setara dengan Singapura. Masyarakat Indonesia Timur juga akan diberdayakan memproses sumber daya alam yang berlimpah nenjadi barang jadi dengan mengundang investor-investor yang mempunyai modal, teknologi dan pasar dunia.
"Tahap pertamanya ya mempromosikan Morotai sebagai destinasi pariwisata kelas dunia. Kedua membangun homestay dengan memanfaatkan program subsidi 1 juta rumah murah. Ketiga, mendorong kerja sama antar airline, travel agents dan pelaku-pelaku pariwisata, memanfaatkan insentif-insentif pajak dan fasilitas-fasilitas yang akan diberikan pemerintah untuk KEK Pariwisata," ulasnya.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata, Dadang Rizki Ratman, ikut mendorong pemerintah daerah, BUMN, pihak swasta pengembang kawasan pariwisata dan masyarakat sekitar destinasi untuk membangun homestay.
Menurut dia, itu adalah bagian dari implementasi kerjasama (MoU) antara Kemenpar dengan kemen PUPR dan BTN. Fasilitas homestay yang akan dibangun Jababeka bersama Chingfu tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akomodasi bagi wisatawan yang berkunjung dan menambah lama kunjungan (length of stay).
"Pembangunan homestay secara nasional ditargetkan 100.000 unit. Prioritasnya, kawasan-kawasan pariwisata yang sarana dan prasarana akomodasinya masih terbatas, namun kunjungan wisatawannya mulai meningkat seperti di Banyuwangi dan kawasan ekonomi khusus Morotai," kata Dadang.
(alv)