Menpar Arief Yahya Amplifying Pernyataan Presiden Jokowi
A
A
A
SHANGHAI - Menteri Pariwisata Arief Yahya memperkuat atau amplifying pidato Presiden Joko Widodo dalam Peringatan HUT ke-71 Indonesia lalu di Tiongkok. Bukan karena kehabisan stok kata-kata atau sedang tidak menemukan ide segar untuk mempromosikan Wonderful Indonesia.
Menpar Arief Yahya mengatakan masih banyak yang mendengar pidato Presiden Jokowi, terlebih mereka yang ada di Shanghai yang dihadiri pengusaha dan professional anggota INACHAM – Indonesia China Chamber of Commerce, tepatnya di Grand Hyatt Shanghai, Jin Mao Tower, Tiongkok.
“Saya yakin banyak di antara kalian yang belum mendengarkan pidato Bapak Presiden Joko Widodo. Ini bisa jadi pengobat rindu pada Indonesia. Ini saya kutip, kata-kata beliau yang perlu disimak dan digaris bawahi,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya yang berdiri di stage dengan back ground LED bertuliskan “Celebration of the 71 st Anniversary of the Republic Indonesia” itu.
Kata-kata yang dikutip Menpar Arief Yahya ini juga untuk meremind bagi yang sudah mendengar atau meng-amplifier bagi mereka yang belum menyimak. Berikut kutipannya;
“Sekarang kita berada pada era persaingan global. Kompetisi antarnegara luar biasa kerasnya, luar biasa sengitnya. Untuk memenangkan kompetisi, untuk menjadi bangsa pemenang, kita harus berani keluar dari zona nyaman. Kita harus kreatif, optimis, bahu-membahu, dan melakukan terobosan-terobosan. Semua itu demi mempercepat pembangunan nasional, dem meningkatkan daya saing kita sebagai bangsa.
Tanpa keberanian kita keluar dari zona nyaman, kita terus dihadang oleh tiga masalah utama bangsa, yaitu kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial. Diperlukan langkah-langkah terobosan, diperlukan kecepatan kerja, diperlukan lembaga-lembaga negara yang kuat dan efektif untuk mengatasi tiga masalah utama bangsa tersebut.
Tahun 2016 ini telah ditetapkan sebagai Tahun Percepatan Pembangunan Nasional. Kita harus melangkah menuju Indonesia maju. Percepatan pembangunan tersebut mutlak kita perlukan. Sudah 71 tahun Indonesia merdeka, kita belum mampu memutus rantai kemiskinan, memutus rantai pengangguran, dan memutus rantai kesenjangan sosial.
Pada tahun percepatan pembangunan ini, Pemerintah fokus pada tiga langkah terobosan untuk pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial. Ketiga langkah itu adalah: Pertama, Percepatan pembangunan infrastruktur. Kedua, penyiapan kapasitas produktif dan Sumber Daya Manusia. Ketiga, deregulasi dan debirokratisasi,” kata Presiden Jokowi seperti yang diungkap Arief.
Tiga hal penting dari pernyataan Presiden Jokowi yang diteruskan ke para pengusaha dan profesional di Shanghai itu. “Kita masih sulit memutus rantai kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan sosial. Lalu yang akan digenjot adalah infrastruktur, kapasitas produksi dan SDM, serta deregulasi-debirokratisasi. Itulah yang bisa kita perankan semua, melalui sektor Pariwisata,” kata Arief Yahya yang mengajak para kolega untuk investasi di bidang pariwisata saat ini.
Mengapa harus Pariwisata? Dijelaskannya, pariwisata adalah jalan baru, paling cepat dan paling mudah untuk memutus rantai kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan yang selama 71 tahun kita hadapi.
“Tahun 2019, pariwisata diproyeksikan menyumbangkan PDB sebesar 15%, devisa sebesar 20 Milliar USD, dan menyerap 13 juta tenaga kerja, serta diyakini mampu menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih tersebar di seluruh tanah air,” terang Arief.
Tiga fokus langkah percepatan yang sudah disampaikan Presiden Jokowi di atas merupakan strategi yang sedang dijalankan di Kementerian Pariwisata. “Fokus pertama infrastruktur, itu syarat mutlak memajukan pariwisata. Kami sedang percepatan 10 destinasi prioritas, dari Danau Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Belitung, Kep Seribu Jakarta, Borobudur Jateng, BTS Jatim, Mandalika NTB, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara,” jelasnya.
Fokus kedua, SDM merupakan kunci untuk memenangkan persaingan global. Tuntutannya adalah segera memiliki SDM-SDM profesional terbaik. Caranya, build, borrow, dan buy. Cara optimal saat ini adalah borrow. Oleh karena itulah pihaknya sekarang didampingi Shadow Management yaitu para ahli dengan reputasi yang sudah teruji di bidangnya.
Fokus Ketiga adalah debirokrasi-deregulasi. Beberapa langkah deregulasi yang sudah dilakukan antara lain, BVK (Bebas Visa Kunjungan) 196 negara, termasuk Tiongkok, pencabutan CAIT untuk industri wisata layar dan moratorium azas cabotage untuk wisata kapal pesiar pada lima pelabuhan besar di Indonesia.
“Sehingga kapal pesiar bisa menaik turunkan penumpang di pelabuhan-pelabuhan tersebut,” kata dia.
Langkah debirokrasi, kata Arief, yang dilakukan adalah implementasi teknologi digital, kita harus semakin digital karena itu pihaknya mengembangkan E-Government, E-Tourism, TXI (Travel Exchange Indonesia), ITDW (Indonesia Travel Data Warehouse) dan lain-lain.
“Kami punya War Room untuk menjadi pemain global, dan siap bersaing di level internasional,” ujarnya.
Arief juga menunjukkan fakta-fakta situasi pariwisata Indonesia yang belakangan sangat bergairah. menurut dia, pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi nasional untuk mewujudkan kemakmuran.
“Peningkatan investasi dan destinasi pariwisata menjadi faktor kunci dalam hal pendapatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja,” kata dia.
Pariwisata juga telah melakukan lompatan luar biasa yang membuatnya menjadi salah satu sektor ekonomi terbesar dan tercepat di dunia. Industri pariwisata merupakan pilihan yang termudah dan termurah untuk meningkatkan pertumbuhan PDB, menghasilkan devisa, dan meningkatkan penciptaan lapangan kerja.
Pertama untuk menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB). Data terbaru World Travel & Tourism Council (WTTC), sektor pariwisata Indonesia telah memberikan kontribusi 10% dari total GDP, dengan nominal tertinggi di ASEAN. Pertumbuhan PDB pariwisata sebesar 4,8% dan memiliki potensi untuk mencapai 7%, tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan industri pertanian, otomotif, manufaktur dan pertambangan.
“Selain itu, saya juga ingin menunjukkan bahwa pendapatan dari USD1 juta valuta asing (valas) dalam pariwisata akan menghasilkan USD1,7 juta, atau berkontribusi 170% bagi PDB Pariwisata, sebagai penyumbang tertinggi dibandingkan dengan industri lainnya,” kata Arief.
Kedua, pariwisata adalah penghasil devisa dan diambil di dalam negeri. Tahun 2015, devisa pariwisata peringkat ke-4, berkontribusi 9,3%. Tingkat pertumbuhan tertinggi dialami juga pariwisata, 13%. Industri minyak dan gas, batubara, minyak kelapa sawit, yang selama ini menjadi primadona mengalami pertumbuhan negatif.
“Ini perlu dicatat baik-baik, biaya pemasaran pariwisata hanya 2% dari proyeksi pendapatan devisa. Jadi tinggal kita balik, kita menginginkan proyeksi berapa, maka 2% nya lah biaya promosinya,” bebernya.
Ketiga soal ketenagakerjaan yang selama bertahun-tahun menjadi problem bagi Indonesia. “Pariwisata Indonesia telah memberikan kontribusi 9,8 juta pekerjaan atau sekitar 8,4% dalam skala nasional. Peringkat ke-4 dari keseluruhan sektor. Tingkat pertumbuhan total sektor pariwisata adalah 30% dalam kurun 5 tahun.
“Pariwisata hanya perlu USD5.000 untuk membuat satu pekerjaan penuh-waktu, sedangkan industri lain membutuhkan lebih dari USD100.000,” jelas Arief.
Dalam acara ini juga dihadiri Dubes RI untuk China Soegeng Rahardjo, Konjen Shanghai Siti Mauludiah, Presiden INACHAM James Hartono, Chairman INACHAM Liky Sutikno, GM Garuda Indonesia I Wayan Sudiarta, dan tokoh pengusaha lainnya.
Sore sebelumnya, Menpar Arief Yahya juga mempresentasikan potensi bisnis Pariwisata Indonesia dalam business forum yang digelar dengan audience yang berbeda, di mana Asdep Pengembangan Pemasaran Mancanegara Wilayah Asia Pasifik Vincensus Jemadu memaparkan 10 Top Destinasi Baru yang biasa disebut sebagai 10 Bali baru itu.
Menpar Arief Yahya mengatakan masih banyak yang mendengar pidato Presiden Jokowi, terlebih mereka yang ada di Shanghai yang dihadiri pengusaha dan professional anggota INACHAM – Indonesia China Chamber of Commerce, tepatnya di Grand Hyatt Shanghai, Jin Mao Tower, Tiongkok.
“Saya yakin banyak di antara kalian yang belum mendengarkan pidato Bapak Presiden Joko Widodo. Ini bisa jadi pengobat rindu pada Indonesia. Ini saya kutip, kata-kata beliau yang perlu disimak dan digaris bawahi,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya yang berdiri di stage dengan back ground LED bertuliskan “Celebration of the 71 st Anniversary of the Republic Indonesia” itu.
Kata-kata yang dikutip Menpar Arief Yahya ini juga untuk meremind bagi yang sudah mendengar atau meng-amplifier bagi mereka yang belum menyimak. Berikut kutipannya;
“Sekarang kita berada pada era persaingan global. Kompetisi antarnegara luar biasa kerasnya, luar biasa sengitnya. Untuk memenangkan kompetisi, untuk menjadi bangsa pemenang, kita harus berani keluar dari zona nyaman. Kita harus kreatif, optimis, bahu-membahu, dan melakukan terobosan-terobosan. Semua itu demi mempercepat pembangunan nasional, dem meningkatkan daya saing kita sebagai bangsa.
Tanpa keberanian kita keluar dari zona nyaman, kita terus dihadang oleh tiga masalah utama bangsa, yaitu kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial. Diperlukan langkah-langkah terobosan, diperlukan kecepatan kerja, diperlukan lembaga-lembaga negara yang kuat dan efektif untuk mengatasi tiga masalah utama bangsa tersebut.
Tahun 2016 ini telah ditetapkan sebagai Tahun Percepatan Pembangunan Nasional. Kita harus melangkah menuju Indonesia maju. Percepatan pembangunan tersebut mutlak kita perlukan. Sudah 71 tahun Indonesia merdeka, kita belum mampu memutus rantai kemiskinan, memutus rantai pengangguran, dan memutus rantai kesenjangan sosial.
Pada tahun percepatan pembangunan ini, Pemerintah fokus pada tiga langkah terobosan untuk pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial. Ketiga langkah itu adalah: Pertama, Percepatan pembangunan infrastruktur. Kedua, penyiapan kapasitas produktif dan Sumber Daya Manusia. Ketiga, deregulasi dan debirokratisasi,” kata Presiden Jokowi seperti yang diungkap Arief.
Tiga hal penting dari pernyataan Presiden Jokowi yang diteruskan ke para pengusaha dan profesional di Shanghai itu. “Kita masih sulit memutus rantai kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan sosial. Lalu yang akan digenjot adalah infrastruktur, kapasitas produksi dan SDM, serta deregulasi-debirokratisasi. Itulah yang bisa kita perankan semua, melalui sektor Pariwisata,” kata Arief Yahya yang mengajak para kolega untuk investasi di bidang pariwisata saat ini.
Mengapa harus Pariwisata? Dijelaskannya, pariwisata adalah jalan baru, paling cepat dan paling mudah untuk memutus rantai kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan yang selama 71 tahun kita hadapi.
“Tahun 2019, pariwisata diproyeksikan menyumbangkan PDB sebesar 15%, devisa sebesar 20 Milliar USD, dan menyerap 13 juta tenaga kerja, serta diyakini mampu menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih tersebar di seluruh tanah air,” terang Arief.
Tiga fokus langkah percepatan yang sudah disampaikan Presiden Jokowi di atas merupakan strategi yang sedang dijalankan di Kementerian Pariwisata. “Fokus pertama infrastruktur, itu syarat mutlak memajukan pariwisata. Kami sedang percepatan 10 destinasi prioritas, dari Danau Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Belitung, Kep Seribu Jakarta, Borobudur Jateng, BTS Jatim, Mandalika NTB, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara,” jelasnya.
Fokus kedua, SDM merupakan kunci untuk memenangkan persaingan global. Tuntutannya adalah segera memiliki SDM-SDM profesional terbaik. Caranya, build, borrow, dan buy. Cara optimal saat ini adalah borrow. Oleh karena itulah pihaknya sekarang didampingi Shadow Management yaitu para ahli dengan reputasi yang sudah teruji di bidangnya.
Fokus Ketiga adalah debirokrasi-deregulasi. Beberapa langkah deregulasi yang sudah dilakukan antara lain, BVK (Bebas Visa Kunjungan) 196 negara, termasuk Tiongkok, pencabutan CAIT untuk industri wisata layar dan moratorium azas cabotage untuk wisata kapal pesiar pada lima pelabuhan besar di Indonesia.
“Sehingga kapal pesiar bisa menaik turunkan penumpang di pelabuhan-pelabuhan tersebut,” kata dia.
Langkah debirokrasi, kata Arief, yang dilakukan adalah implementasi teknologi digital, kita harus semakin digital karena itu pihaknya mengembangkan E-Government, E-Tourism, TXI (Travel Exchange Indonesia), ITDW (Indonesia Travel Data Warehouse) dan lain-lain.
“Kami punya War Room untuk menjadi pemain global, dan siap bersaing di level internasional,” ujarnya.
Arief juga menunjukkan fakta-fakta situasi pariwisata Indonesia yang belakangan sangat bergairah. menurut dia, pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi nasional untuk mewujudkan kemakmuran.
“Peningkatan investasi dan destinasi pariwisata menjadi faktor kunci dalam hal pendapatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja,” kata dia.
Pariwisata juga telah melakukan lompatan luar biasa yang membuatnya menjadi salah satu sektor ekonomi terbesar dan tercepat di dunia. Industri pariwisata merupakan pilihan yang termudah dan termurah untuk meningkatkan pertumbuhan PDB, menghasilkan devisa, dan meningkatkan penciptaan lapangan kerja.
Pertama untuk menaikkan Produk Domestik Bruto (PDB). Data terbaru World Travel & Tourism Council (WTTC), sektor pariwisata Indonesia telah memberikan kontribusi 10% dari total GDP, dengan nominal tertinggi di ASEAN. Pertumbuhan PDB pariwisata sebesar 4,8% dan memiliki potensi untuk mencapai 7%, tingkat pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan industri pertanian, otomotif, manufaktur dan pertambangan.
“Selain itu, saya juga ingin menunjukkan bahwa pendapatan dari USD1 juta valuta asing (valas) dalam pariwisata akan menghasilkan USD1,7 juta, atau berkontribusi 170% bagi PDB Pariwisata, sebagai penyumbang tertinggi dibandingkan dengan industri lainnya,” kata Arief.
Kedua, pariwisata adalah penghasil devisa dan diambil di dalam negeri. Tahun 2015, devisa pariwisata peringkat ke-4, berkontribusi 9,3%. Tingkat pertumbuhan tertinggi dialami juga pariwisata, 13%. Industri minyak dan gas, batubara, minyak kelapa sawit, yang selama ini menjadi primadona mengalami pertumbuhan negatif.
“Ini perlu dicatat baik-baik, biaya pemasaran pariwisata hanya 2% dari proyeksi pendapatan devisa. Jadi tinggal kita balik, kita menginginkan proyeksi berapa, maka 2% nya lah biaya promosinya,” bebernya.
Ketiga soal ketenagakerjaan yang selama bertahun-tahun menjadi problem bagi Indonesia. “Pariwisata Indonesia telah memberikan kontribusi 9,8 juta pekerjaan atau sekitar 8,4% dalam skala nasional. Peringkat ke-4 dari keseluruhan sektor. Tingkat pertumbuhan total sektor pariwisata adalah 30% dalam kurun 5 tahun.
“Pariwisata hanya perlu USD5.000 untuk membuat satu pekerjaan penuh-waktu, sedangkan industri lain membutuhkan lebih dari USD100.000,” jelas Arief.
Dalam acara ini juga dihadiri Dubes RI untuk China Soegeng Rahardjo, Konjen Shanghai Siti Mauludiah, Presiden INACHAM James Hartono, Chairman INACHAM Liky Sutikno, GM Garuda Indonesia I Wayan Sudiarta, dan tokoh pengusaha lainnya.
Sore sebelumnya, Menpar Arief Yahya juga mempresentasikan potensi bisnis Pariwisata Indonesia dalam business forum yang digelar dengan audience yang berbeda, di mana Asdep Pengembangan Pemasaran Mancanegara Wilayah Asia Pasifik Vincensus Jemadu memaparkan 10 Top Destinasi Baru yang biasa disebut sebagai 10 Bali baru itu.
(tdy)