Kemenpar Akan Perbanyak Guide Berbahasa Mandarin

Jum'at, 02 September 2016 - 11:58 WIB
Kemenpar Akan Perbanyak Guide Berbahasa Mandarin
Kemenpar Akan Perbanyak Guide Berbahasa Mandarin
A A A
JAKARTA - Ditengah kesibukan membuat berbagai kebijakan tentang kepariwisataan, Menteri Pariwisata Arief Yahya hampir setiap bulannya 2-3 kali mengunjungi Pulau Bali. Berbagai kegiatan yang dilakukan di pulau Dewata mulai dari meresmikan festival, pesta kesenian, MICE atau sekedar berdiskusi hangat dengan pelaku bisnis Pariwisata di sana. Terakhir, di Sanur Village Festival ke-11, tanggal 24-28 Agustus 2016, pekan lalu.

“Karena Bali adalah gapura pariwisata Indonesia, 40% wisman masuk melalui Ngurah Rai Airport,” sebut Arief Yahya.

Upaya yang dilakukan Menpar itu sebagai bentuk komitmen dan perhatian Kemenpar terhadap pundi-pundi wisata di tanah air. Karena itu, hal-hal yang berpotensi menjadi bottlenecking dalam memajukan destinasi Bali pasti ditangani dengan cepat.

Terutama yang menyangkut 3A, atraksi, akses dan amenitas. Termasuk ekses atas “banjir turis China” yang belakangan sangat terasa di seluruh penjuru dunia, pun juga di Bali.

“Saya belum lama berkunjung dalam rangkaian promosi Wonderful Indonesia di Osaka Jepang, Seoul Korea, Singapore, Sydney dan Melbourne Australia. Hampir semua destinasi, dipenuhi turis China. Dimana-mana, masuk akal karena ada 120 juta outbound China tahun 2015, dan tahun 2016 ini naik lagi. Di Bali pun begitu, yang dulu Bali didominasi wisman Australia, tahun 2016 ini sepertinya bakal tergeser oleh wisman China,” kata Arief Yahya.

Memang, eksesnya tetap ada. Misalnya, jumlah guide yang berbahasa Mandarin, masih kurang. Dan itu adalah tantangan yang harus dengan cepat dikejar, agar masa-masa “jet lag” soal komunikasi itu segera teratasi dengan baik.

“Di Shanghai pekan lalu, problem itu juga dirasakan oleh tour operator dan tour agency di China, problem bahasa. Bedanya dengan Thailand, mereka juga belajar dan sudah mulai banyak yang bisa berkomunikasi Mandarin. Lagi-lagi, ini tantangan kita untuk mengejar ketinggalan dalam hal guide yang bisa berbahasa Mandarin,” katanya.

Lalu, apakah persoalan guide yang bahasa Mandarin itu tidak pernah terjadi di Thailand? Tidak. Mereka juga menghadapi problem yang sekarang ini sedang dialami oleh Bali. Banyak wisman China, kekurangan guide berbahasa Mandarin.

Mengenai problem tersebut, Ketua Pokja Percepatan 10 Top Destinasi, Hiramsyah Sambudhy Thaib menjelaskan dengan gamblang, bahwa Kemenpar sangat menyadari hal itu.

“Tentu, Kemenpar sudah sangat paham akan tantangan itu. Soal SDM itu ada Deputi Kelembagaan dan SDM yang concern untuk menangani pramuwisata soal bahasa Mandarin dan turis Tiongkok itu,” jelas Hiram.

Hiram sekaligus meluruskan content berita yang berjudul Kemenpar Izinkan Guide China Ilegal Beroperasi di Bali, sebab judul tersebut bisa menciptakan persepsi yang berbeda. Antara mengizinkan guide China illegal dengan menangani tantangan guide untuk memperbanyak yang berbahasa Mandarin itu terlalu jauh maknanya.

Tetapi, sebagai orang yang sudah lama malang melintang di media dan berpengalaman mengurus industri Pariwisata, Hiram tidak terlalu risau.

“Kesalahan persepsi itu biasa dalam komunikasi, yang penting inilah yang saya sampaikan,” jelas Hiramsyah.

Soal ekses akibat derasnya arus wisman ke Bali, seperti guide dan juru foto yang dibawa dari China, Hiramsyah juga sudah menegaskan semua akan terjawab ketika tantangtan guide yang berbahasa Mandarin itu selesai. Dan itu yang sekarang ini sedang getol-getolnya dilakukan oleh Deputi Kelembagaan dan SDM Kemenpar, untuk melakukan percepatan.

“Bahkan bukan hanya yang berbahasa Mandarin, kami juga menyiapkan guide yang berbahasa Arab untuk pasar Halal Destination, seperti Lombok, Sumbar dan Aceh, yang kondisinya juga kurang,” jelas Hiram.

Lebih jauh, Deputi Kelembagaan dan SDM Kemenpar, Ahman Sya, membenarkan apa yang disampaikan Hiramsyah Sambudhy Thaib. Bahkan tantangan itu bukan wacana lagi, sejak 2 minggu lalu, pihaknya sudah melangkah bersama HPI (Himpunan Pramuwisata Pusat) dan Dinas Pariwisata Provinsi Bali.

“Pertama, Pemprov Bali memberi kemudahan untuk memberikan lisensi pemandu wisata berbahasa Mandarin. Sekarang ada lisensi sementara yang berlaku 1 tahun, dari umumnya 3 tahun,” kata Ahman Sya.

Kedua, ada pendampingan terhadap pemandu wisata asing oleh HPI, dan organisasi itu sudah siap agar wisatawan tidak kehilangan guide dan Perda Provinsi Bali tidak dilanggar. Ketiga, melakukan sosialisai kepada biro perjalanan wisata agar dalam hal kebutuhan guide berkoordinasi dengan HPI.

“Kini sudah ada 585 orang calon guide yang siap diuji oleh HPI. Jadi tinggal menunggu timing, dalam waktu dekat,” kata Ahman Sya.

Mengenai yang akan dilakukan, Ahman mengatakan, jumlah pemandu wisata yang akan disiapkan dan difasilitasi Kemenpar tahun 2016 ini ada 1.500 orang. Khusus untuk Great Bali 400, Jakarta 750, dan Batam-Bintan 350 orang.

“Khusus Bahasa Mandarin yang sudah dilatih di Bali ada 150 orang, Batam 50 orang. Sedang yang mandiri, melakukan sendiri, belajar sendiri di Bali ada 585 orang. Kebutuhan tahun 2016 untuk seluruh Indonesia ada 1.000 guide,” kata Ahman.

Ketua ASITA, Asnawi Bahar menyampaikan secara nasional, guide resmi sejak beberapa tahun lalu itu ada 1.300 orang. Dengan jumlah itu, sebenarnya cukup memadai untuk menghandle wisman China saat ini. “Kita punya banyak guide yang sedang dimagangkan. Tetapi memang jumlah wisman China terus naik, karena itu kita harus mengejar ketinggalan,” kata Asnawi.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5502 seconds (0.1#10.140)