Bangka Cultural Wave, Detak Baru Pariwisata Bangka

Minggu, 11 September 2016 - 16:36 WIB
Bangka Cultural Wave,...
Bangka Cultural Wave, Detak Baru Pariwisata Bangka
A A A
BANGKA - Ketika Belitung bergerak lebih cepat mengembangkan pariwisata, Bangka seperti anak ayam kehilangan induknya. Bangka Belitung yang biasa disingkat Babel adalah provinsi pemekaran dari Sumatera Selatan. Pusat pemerintahan, perdagangan, ekonomi, bisnis, pertambangan timah, ada di Bangka.

Ketika film Laskar Pelangi melambungkan pamor pariwisata Belitung, peta masa depan provinsi ini jadi berubah total. “Proyeksi itu jauh lebih penting daripada performance,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Jangan melihat Belitung sekarang, apalagi masa lalu. Bayangkan apa yang akan terjadi di masa depan? Menjadi Bali Baru, masuk dalam percepatan 10 top destinasi, dan menjadi KEK Pariwisata tercepat sepanjang sejarah. KEK pertama yang ditandatangni Presiden Joko Widodo. KEK yang tercepat, setelah diteken presiden, 6 bulan berikutnya langsung ground breaking.

Statemen Arief itu tidak salah, tetapi seperti melecut Bangka yang sedang galau. Bangka semakin kehilangan cahaya di masa depan? Untung, Gubernur Babel Rustam Effendi buru-buru mempresentasikan “new hope” Bangka, yang tidak ingin berlama-lama kehilangan arah.

Gubernur cukup agresif dan bertanggung jawab untuk pemerataan pembangunan wilayahnya ke sektor pariwisata yang dinilai lebih punya masa depan, dibandingkan manufaktur apalagi pertambangan timah yang menyisakan kerusakan lingkungan.

Maka, 2 September lalu, sebelum peletakan batu pertama KEK Tanjung Kelayang, Gubernur Rustam Effendi pun menawarkan KEK juga di Bangka, dengan lahan yang tersedia 1.337 hektare yang suah clear and clean. Bahkan sudah ada penetapan dari Bupati Bangka No 50/1639/Bappeda-II/2016. Ada semangat dan spirit untuk maju bersama dalam kebersamaan di sini.

Pada 8 September 2016, tingkat kepercayaan diri Pemprov Babel tambah tebal. Muncul destinasi baru, gairah baru di Bangka, yang juga disupport Kemenpar, melalui event Bangka Cultural Wave 2016. Kegiatan yang dihelat pada 8—12 September di Pantai Tongaci Sungailiat, Bangka.

“Ini bisa jadi destinasi baru di Bangka. Ada wadah untuk mengenalkan berbagai kekayaan alam, budaya, man-made, di Indonesia khususnya Bangka. Kami mendukung penyelenggaraan Bangka Cultural Wave 2016 ini. Semoga bisa digelar setiap tahun, menjadi tempat promosi pariwisata yang baik, dan destinasi baru di Bangka,” kata Sekretaris Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara di Bangka.

BCW 2016 ini, awalnya untuk merayakan sekaligus penanda dibukanya DeLocomotief Art Stage, sebagai tempat 'hangout' di Sungailiat. Lokasi ini disadari sebagai tempat yang nantinya akan menjadi sarana berkumpul bagi warga sekitar yang bisa saja menghasilkan suatu ide kreatif.

Di BCW ini ada serangkaian pertunjukan musik tari, oleh seniman regional dan internasional. Ada sekitar sepuluh seniman dari berbagai bangsa akan tampil untuk menyemarakan pertunjukan yang dilakukan dalam bentuk perjalanan Di Pantai Tongaci, DeLocomotief Art Stage, Cinabata Batutapak Chengho, Menumbing Muntok dan Pangkal Pinang.

Acara pembukaan akan ditandai dengan pelepasan 71 penyu dewasa ke Laut Cina Selatan. Sebuah upaya pelestarian alam aktif dan rasa syukur atas perjalanan negara bangsa.Pembukaan Museum Garuda dengan orasi budaya oleh Prof Jean Couteau, tentang mitologi Garuda dan Penyu, menjadi penanda, diluncurkannya taman edukasi ini.

Ada juga dilakukan Peluncuran Jalur Samudra ChengHo dengan menyelenggarakan simposium, pemutaran film, pameran dan pendirian ABCD, Akademi Budaya Cheng Ho Dunia. Acara ini diselenggarakan bersama Asdep Destinasi Budaya Kementerian Pariwisata RI.

“Perhelatan multievent ini, akan memperkaya perkembangan budaya dan ruang penciptaan di Bangka dan Indonesia,” ujar Ukus yang mewakili Menpar Arief Yahya di acara Bangka itu.

Ukus Kuswara membuka "Bangka Culture Wave 2016” sekaligus Peluncuran Jalur Samudera Cheng Ho di Bangka. “Bangka ini punya sejarah panjang dengan Laksamana Cheng Ho, karena itu pariwisata sejarah untuk masuk ke pasar China, masih nyambung,” kata Ukus yang didampingi Staf Ahli Menteri Pariwisata RI bidang Kebudayaan Taufik Rahzen. Di BCW 2016 ini, Taufik juga menjadi kurator dan budayawan yang memberikan pengantar tentang "Bangka Culture Wave 2016."

Saat pembukaan acara ini juga dilengkapi dengan Orasi Budaya oleh Prof. Jean Couteau seorang intelektual Kelahiran Perancis dan penulis yang tulisannya kerap ditemukan di berbagai media utama di Indonesia dengan tema "Garuda dan Penyu dalam Kosmologi Nusantara." Lalu dilanjutkan dengan pertunjukan musik antar bangsa yang merupakan kolaborasi seniman berbagai negara yang mengembangkan suara alam, harmoni dan kekuatan jiwa.

Acara pembukaan "Bangka Culture Wave 2016" diakhir dengan pelepasan penyu Ukus Kuswara Muspida Bangka Belitung, tokoh masyarakat, seniman dan pengiat lingkungan.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1668 seconds (0.1#10.140)