Pariwisata Nusantara Ngebut Move Up ke Digital
A
A
A
JAKARTA - Gerakan Go Digital yang digaungkan Menpar Arief Yahya di Rakornas III Pariwisata 2016 bukan hanya sekadar gerakan move on. Di Pemasaran Nusantara Kementerian Pariwisata ini diartikan sebagai move up, gerakan untuk naik ke keadaan yang lebih baik, tidak sekedar bergeser ke jalur horizontal.
“Pelan-pelan kami sudah mulai membiasakan diri masuk ke iklim digital. Manfaat dari teknologi informasi sekarang ini sangat besar, dari smartphone yang ukurannya kecil ini kita bisa memanfaatkannya untuk berbagai macam hal,” kata Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti, Jumat (16/9) lalu.
Ucapan Esthy itu bukan tanpa alasan. Data U.S. Census Bureau serves America ikut mendukung statementnya. Tak percaya? U.S. Census Bureau serves America, penyedia layanan data tingkat dunia menyebutkan penduduk Indonesia mencapai 259,1 juta.
Dari jumlah itu, 88,1 juta di antaranya pengguna aktif internet. Sebanyak 79 juta pengguna aktif sosial media. Sementara 66 juta aktif di sosmed mobile phone. Angka penduduk yang melek digital jumlahnya sudah sepertiga penduduk Indonesia. Sangat tinggi.
Dengan fakta tadi, mau tidak mau, suka tidak suka, Divisi Pemasaran Nusantara Kementerian Pariwisata juga harus ikut arus tadi. Harus bertransformasi ke digital. Semua lini dituntut harus bisa mengukur dan menghitung posisi saat ini. Menghitung proyeksi ke depan. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk mengelola seluruh kebutuhan wisatawan.
“Di era digital saat ini, analisa data itu sangat penting dan mendasar. Semua harus bisa diukur,” terang Esthy.
Dengan proyeksi 260 juta perjalanan wisnus di 2016, Esthy mengaku sulit menerapkan strategi tanpa bantuan digital. Tanpa digital, banyak masalah yang sulit dicarikan solusinya, mulai sebaran wisnus yang belum merata, data kunjungan wisatawan yang belum tersedia real time, peningkatan sinergi antar stakeholder yang sulit terealisasi hingga metode promosi, semuanya sulit dicarikan jalan keluarnya. Perlu kerja ekstra keras dan sumber daya yang besar untuk mengatasi semuanya.
Sekarang, Esthy mengaku tak perlu repot lagi. Ada inovasi digital via Monitoring Information System (MIS) dan Dashboard Digital Data yang siap menyajikan data dengan akurat.
Pergerakan wisnus jadi mudah terpantau. Semua terpantau dengan basis seluler yang real time. Strategi menggaet target 275 juta perjalanan wisnus juga tak sulit lagi. Sudah ada Customer Service System (CSS) yang mulai diterapkan. Dari mulai SMS, Digital Survey, Viral Marketing, programatic digital promotion, semua sudah mulai dilakukan dengan basis digital.
Di MIS Dashboard wisnus, Bidang Pemasaran Promosi Pariwisata Nusantara menggunakan marketing strategy, Origin, Destination, Timeline. Sekarang, cara ini sudah diterapkan di tujuh kota, mulai Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Makassar sudah mulai terlayani MIS Dashboard wisnus.
Kalau tak percaya, coba berwisata ke tujuh kota tadi. Saat wisnus tiba di stasiun, bandara, terminal, atau perbatasan kota, wisnus akan mendapat SMS LBA sesuai dengan profilnya. “Misal, SMS ucapan selamat datang di Surabaya, ikuti Pekan Budaya Surabaya. Info lengkap http;/ow.ly.sby, Wisatawan tinggal Klik Link ke landing page informasi, kemudian ke info relevan di indonesia.travel. Semudah itu,” beber Esthy.
Akan ada promosi even lokal, promosi destinasi baru, penyebaran wisnus dan yang utama, gaya digital ini dapat dimanfaatkan oleh industri. Dari situ Esthy bisa dengan mudah mengukur tingkat kepuasan wisatawan hingga jenis wisata yang diminati wisatawan.
"Saat Festival Kemerdekaan Pesona Danau Toba sudah kami coba. Kami membuat video blogging dengan endorser Arief muhammad dan Shalsabila, dua vlog papan atas Indonesia. Responnya sangat bagus. Dalam dua minggu ada 290 ribu impresi dan 8.335 like,” akunya.
Dengan respons tinggi tadi, Esthy semakin yakin gerakan digital bisa mendorong pariwisata naik kelas. Bisa segera mendunia. Karenanya, inovasi digital akan terus ditebarkan kemana-mana. Layanan SMS LBA yang baru menjangkau 7 provinsi akan ditingkatkan menjadi 34 provinsi dan 10 destinasidi 2017.
Frekwensinya penyebarannya juga akan disesuaikan. Jumlah 900 ribu sms untuk tujuh kota akan dinaikkan menjadi 1 juta sms per kabupaten/kota. Jangkauannya akan diset mencakup 34 kabupaten/Kota, 10 destinasi.
“Digital survey sekarang 7 kota. ke depan 34 kabupaten/kota dan 10 destinasi. Viral marketing, sekarang baru 1 even, nanti akan mencakup 10 even utama,” ujarnya.
“Pelan-pelan kami sudah mulai membiasakan diri masuk ke iklim digital. Manfaat dari teknologi informasi sekarang ini sangat besar, dari smartphone yang ukurannya kecil ini kita bisa memanfaatkannya untuk berbagai macam hal,” kata Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti, Jumat (16/9) lalu.
Ucapan Esthy itu bukan tanpa alasan. Data U.S. Census Bureau serves America ikut mendukung statementnya. Tak percaya? U.S. Census Bureau serves America, penyedia layanan data tingkat dunia menyebutkan penduduk Indonesia mencapai 259,1 juta.
Dari jumlah itu, 88,1 juta di antaranya pengguna aktif internet. Sebanyak 79 juta pengguna aktif sosial media. Sementara 66 juta aktif di sosmed mobile phone. Angka penduduk yang melek digital jumlahnya sudah sepertiga penduduk Indonesia. Sangat tinggi.
Dengan fakta tadi, mau tidak mau, suka tidak suka, Divisi Pemasaran Nusantara Kementerian Pariwisata juga harus ikut arus tadi. Harus bertransformasi ke digital. Semua lini dituntut harus bisa mengukur dan menghitung posisi saat ini. Menghitung proyeksi ke depan. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk mengelola seluruh kebutuhan wisatawan.
“Di era digital saat ini, analisa data itu sangat penting dan mendasar. Semua harus bisa diukur,” terang Esthy.
Dengan proyeksi 260 juta perjalanan wisnus di 2016, Esthy mengaku sulit menerapkan strategi tanpa bantuan digital. Tanpa digital, banyak masalah yang sulit dicarikan solusinya, mulai sebaran wisnus yang belum merata, data kunjungan wisatawan yang belum tersedia real time, peningkatan sinergi antar stakeholder yang sulit terealisasi hingga metode promosi, semuanya sulit dicarikan jalan keluarnya. Perlu kerja ekstra keras dan sumber daya yang besar untuk mengatasi semuanya.
Sekarang, Esthy mengaku tak perlu repot lagi. Ada inovasi digital via Monitoring Information System (MIS) dan Dashboard Digital Data yang siap menyajikan data dengan akurat.
Pergerakan wisnus jadi mudah terpantau. Semua terpantau dengan basis seluler yang real time. Strategi menggaet target 275 juta perjalanan wisnus juga tak sulit lagi. Sudah ada Customer Service System (CSS) yang mulai diterapkan. Dari mulai SMS, Digital Survey, Viral Marketing, programatic digital promotion, semua sudah mulai dilakukan dengan basis digital.
Di MIS Dashboard wisnus, Bidang Pemasaran Promosi Pariwisata Nusantara menggunakan marketing strategy, Origin, Destination, Timeline. Sekarang, cara ini sudah diterapkan di tujuh kota, mulai Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Makassar sudah mulai terlayani MIS Dashboard wisnus.
Kalau tak percaya, coba berwisata ke tujuh kota tadi. Saat wisnus tiba di stasiun, bandara, terminal, atau perbatasan kota, wisnus akan mendapat SMS LBA sesuai dengan profilnya. “Misal, SMS ucapan selamat datang di Surabaya, ikuti Pekan Budaya Surabaya. Info lengkap http;/ow.ly.sby, Wisatawan tinggal Klik Link ke landing page informasi, kemudian ke info relevan di indonesia.travel. Semudah itu,” beber Esthy.
Akan ada promosi even lokal, promosi destinasi baru, penyebaran wisnus dan yang utama, gaya digital ini dapat dimanfaatkan oleh industri. Dari situ Esthy bisa dengan mudah mengukur tingkat kepuasan wisatawan hingga jenis wisata yang diminati wisatawan.
"Saat Festival Kemerdekaan Pesona Danau Toba sudah kami coba. Kami membuat video blogging dengan endorser Arief muhammad dan Shalsabila, dua vlog papan atas Indonesia. Responnya sangat bagus. Dalam dua minggu ada 290 ribu impresi dan 8.335 like,” akunya.
Dengan respons tinggi tadi, Esthy semakin yakin gerakan digital bisa mendorong pariwisata naik kelas. Bisa segera mendunia. Karenanya, inovasi digital akan terus ditebarkan kemana-mana. Layanan SMS LBA yang baru menjangkau 7 provinsi akan ditingkatkan menjadi 34 provinsi dan 10 destinasidi 2017.
Frekwensinya penyebarannya juga akan disesuaikan. Jumlah 900 ribu sms untuk tujuh kota akan dinaikkan menjadi 1 juta sms per kabupaten/kota. Jangkauannya akan diset mencakup 34 kabupaten/Kota, 10 destinasi.
“Digital survey sekarang 7 kota. ke depan 34 kabupaten/kota dan 10 destinasi. Viral marketing, sekarang baru 1 even, nanti akan mencakup 10 even utama,” ujarnya.
(tdy)