Menpar Arief Yahya Buka Festival Pesona Palu Nomoni 2016
A
A
A
PALU - Festival Pesona Palu Nomoni (FPPN) Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang berlangsung 24—26 September 2016 makin heboh dan meriah. Menteri Pariwisata Arief Yahya hadir dan membuka festival yang rencananya menampilkan 10 ritual balia khas Tanah Kaili itu.
“Kami sangat bangga dan senang event kami dihadiri Pak Menteri Arief Yahya, value acara ini jadi semakin tinggi dan banyak diliput media. Kegiatan festival kami juga akan terangkat, keindahan Palu akan semakin dikenal dimana-mana,” ujar Wali Kota Palu Hidayat.
Kedatangan orang nomer satu di Kementerian Pariwisata itu tidak akan begitu saja tidak disambut meriah. Dia mengenakan topi khas budaya Palu. Sabtu Malam, 24 September 2016, Menteri Pariwisata Arief Yahya didampingi Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, Wali Kota Palu Hidayat, dan Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo tiba di arena Pembukaan Festival Pesona Palu Nomoni di Penggaraman Pantai Talise.
Sejak mendarat di bandara, Menpar juga disambut langsung oleh Wakil Wali Kota Palu, Sigit Purnomo Said, yang biasa dipanggil Pasha Ungu. Selain memang sudah siap menyambut wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, kehadiran menteri juga sudah direncanakan dengan baik dari sisi teknis maupun non teknis. “Ada sepuluh ritual adat balia yang menyambut pak Menpar, Ritual ini merupakan kekayaan budaya nasional di tanah Kaili,” kata Hidayat.
Salah satu juru bicara Panitia FPPN, Sudaryano Lamangkona menjelaskan, ritual yang akan menyambut menteri dan para wisatawan tersebut terdiri atas Ritual Pompoura (Tala Bala’a) dari Kelurahan Balaroa dan Ritual Adat Enje Da’a dari kelurahan Donggala Kodi, akan digelar di depan rumah makan Taman Ria, Teluk Palu. Kemudian Ritual Tampilangi Ulujadi dari Kelurahan Kabonena dan Pompoura Vunja dari Kelurahan Petobo, dilaksanakan di Taman Datokarama.
Ritual Manuru Viata Kelurahan Tipo dan Ritual Adat Jinja Kelurahan Lasoani dilaksanakan di ujung Jembatan 4 Ponulele. Balia Topoledo Kelurahan Taipa dan Vunja Ntana Kelurahan Tanamodindi dilaksanakan di Tugu Gerhana Matahari Teluk Palu.
“Jelas ini juga sekaligus sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisatawan yang tahun ini menargetkan 500.000 wisatawan nusantara dan 25.000 wisatawan mancanegara. Ini perintah pak Wali Kota langsung,” tutur dia.
Dia menambahkan, kegiatan ini sudah bertahun-tahun diselenggarakan di Palu. Hanya, nama yang membuat festival tahun ini sedikit berbeda.
“Tahun lalu namanya masih Festival Teluk Palu. Lalu kenapa sekarang ada Nomoni, itu artinya adalah berbunyi. Jadi kalau diartikan, gemakan sedikit Palu maka ini akan berbunyi, seperti dengan kedatangan pak Menteri,” kata dia.
Hidayat menjelaskan, pihaknya memberikan apresiasi atas dukungan Kemenpar dan kehadiran menteri. Perhelatan ini adalah ajang melestarikan potensi wisata dengan keanekaragaman budaya dan kultur adat istiadat yang ada di Palu.
“Penyelenggaraan festival ini sebagai sarana untuk melestarikan dan mengembangkan budaya masyarakat serta meningkatkan kunjungan wisatawan serta menggerakan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar,” ujar dia.
Festival ini menampilkan atraksi menarik antara lain seni budaya. Kegiatan pertama menampilkan 520 titik pasang obor di jalur sepanjang 7,2 km. Kemudian ada suling dengan gendang yang akan berbunyi dan obor akan menyala serentak saat pembukaan festival.
“Kegiatan kedua akan mengangkat ritual adat. Juga akan ada panggung budaya di sepanjang 7,2 km itu. Yang membuat unik lainnya adalah kendaraan yang akan mengangkut wisatawan selama festival adalah dokar,” kata dia.
Festival yang telah diselenggarakan sejak tahun 2008 ini diharapkan dapat mencapai kunjungan wisatawan di tahun 2016 ini. Kota Palu di bawah kepemimpinan Hidayat dan Pasha periode 2016—2021 akan dibangun dengan visi menjadikan Kota Palu sebagai kota jasa yang berbudaya dan beradab.
Hidayat juga sudah bersolek jauh-jauh hari untuk sarana dan prasana. Pihaknya sudah meminta pengusaha perhotelan di kota Palu untuk memenuhi permintaan akomodasi maupun kegiatan.
Apalagi di tahun-tahun mendatang, berbagai event nasional maupun internasional siap dihelat di Kota Palu. Menurut Hidayat, selama ini ketersediaan kamar hotel tidak mampu memenuhi kebutuhan event.
“Beragam kegiatan tidak mampu diakomodir perhotelan. Sedangkan hari-hari biasa saja, tingkat hunian begitu tinggi, maka dari itu sudah jauh-jauh hari kami siapkan dan beri semangat pengusaha Hotel,” ujar Hidayat.
Menurut Hidayat, di tahun-tahun mendatang, sejumlah event yang sudah diagendakan Pemerintah Kota Palu. Antara lain Festival Pesona Palu Nomoni, Temu Budaya Nusantara, marathon internasional dan lain-lain.
“Kita berharap hotel harus bisa mendukung event-event ini. Terutama dalam pemenuhan kebutuhan akomodasi,” kata Hidayat di depan pimpinan jaringan Hotel Best Western Coco Plus Palu, beberapa waktu lalu.
“Kami sangat bangga dan senang event kami dihadiri Pak Menteri Arief Yahya, value acara ini jadi semakin tinggi dan banyak diliput media. Kegiatan festival kami juga akan terangkat, keindahan Palu akan semakin dikenal dimana-mana,” ujar Wali Kota Palu Hidayat.
Kedatangan orang nomer satu di Kementerian Pariwisata itu tidak akan begitu saja tidak disambut meriah. Dia mengenakan topi khas budaya Palu. Sabtu Malam, 24 September 2016, Menteri Pariwisata Arief Yahya didampingi Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, Wali Kota Palu Hidayat, dan Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo tiba di arena Pembukaan Festival Pesona Palu Nomoni di Penggaraman Pantai Talise.
Sejak mendarat di bandara, Menpar juga disambut langsung oleh Wakil Wali Kota Palu, Sigit Purnomo Said, yang biasa dipanggil Pasha Ungu. Selain memang sudah siap menyambut wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, kehadiran menteri juga sudah direncanakan dengan baik dari sisi teknis maupun non teknis. “Ada sepuluh ritual adat balia yang menyambut pak Menpar, Ritual ini merupakan kekayaan budaya nasional di tanah Kaili,” kata Hidayat.
Salah satu juru bicara Panitia FPPN, Sudaryano Lamangkona menjelaskan, ritual yang akan menyambut menteri dan para wisatawan tersebut terdiri atas Ritual Pompoura (Tala Bala’a) dari Kelurahan Balaroa dan Ritual Adat Enje Da’a dari kelurahan Donggala Kodi, akan digelar di depan rumah makan Taman Ria, Teluk Palu. Kemudian Ritual Tampilangi Ulujadi dari Kelurahan Kabonena dan Pompoura Vunja dari Kelurahan Petobo, dilaksanakan di Taman Datokarama.
Ritual Manuru Viata Kelurahan Tipo dan Ritual Adat Jinja Kelurahan Lasoani dilaksanakan di ujung Jembatan 4 Ponulele. Balia Topoledo Kelurahan Taipa dan Vunja Ntana Kelurahan Tanamodindi dilaksanakan di Tugu Gerhana Matahari Teluk Palu.
“Jelas ini juga sekaligus sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisatawan yang tahun ini menargetkan 500.000 wisatawan nusantara dan 25.000 wisatawan mancanegara. Ini perintah pak Wali Kota langsung,” tutur dia.
Dia menambahkan, kegiatan ini sudah bertahun-tahun diselenggarakan di Palu. Hanya, nama yang membuat festival tahun ini sedikit berbeda.
“Tahun lalu namanya masih Festival Teluk Palu. Lalu kenapa sekarang ada Nomoni, itu artinya adalah berbunyi. Jadi kalau diartikan, gemakan sedikit Palu maka ini akan berbunyi, seperti dengan kedatangan pak Menteri,” kata dia.
Hidayat menjelaskan, pihaknya memberikan apresiasi atas dukungan Kemenpar dan kehadiran menteri. Perhelatan ini adalah ajang melestarikan potensi wisata dengan keanekaragaman budaya dan kultur adat istiadat yang ada di Palu.
“Penyelenggaraan festival ini sebagai sarana untuk melestarikan dan mengembangkan budaya masyarakat serta meningkatkan kunjungan wisatawan serta menggerakan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar,” ujar dia.
Festival ini menampilkan atraksi menarik antara lain seni budaya. Kegiatan pertama menampilkan 520 titik pasang obor di jalur sepanjang 7,2 km. Kemudian ada suling dengan gendang yang akan berbunyi dan obor akan menyala serentak saat pembukaan festival.
“Kegiatan kedua akan mengangkat ritual adat. Juga akan ada panggung budaya di sepanjang 7,2 km itu. Yang membuat unik lainnya adalah kendaraan yang akan mengangkut wisatawan selama festival adalah dokar,” kata dia.
Festival yang telah diselenggarakan sejak tahun 2008 ini diharapkan dapat mencapai kunjungan wisatawan di tahun 2016 ini. Kota Palu di bawah kepemimpinan Hidayat dan Pasha periode 2016—2021 akan dibangun dengan visi menjadikan Kota Palu sebagai kota jasa yang berbudaya dan beradab.
Hidayat juga sudah bersolek jauh-jauh hari untuk sarana dan prasana. Pihaknya sudah meminta pengusaha perhotelan di kota Palu untuk memenuhi permintaan akomodasi maupun kegiatan.
Apalagi di tahun-tahun mendatang, berbagai event nasional maupun internasional siap dihelat di Kota Palu. Menurut Hidayat, selama ini ketersediaan kamar hotel tidak mampu memenuhi kebutuhan event.
“Beragam kegiatan tidak mampu diakomodir perhotelan. Sedangkan hari-hari biasa saja, tingkat hunian begitu tinggi, maka dari itu sudah jauh-jauh hari kami siapkan dan beri semangat pengusaha Hotel,” ujar Hidayat.
Menurut Hidayat, di tahun-tahun mendatang, sejumlah event yang sudah diagendakan Pemerintah Kota Palu. Antara lain Festival Pesona Palu Nomoni, Temu Budaya Nusantara, marathon internasional dan lain-lain.
“Kita berharap hotel harus bisa mendukung event-event ini. Terutama dalam pemenuhan kebutuhan akomodasi,” kata Hidayat di depan pimpinan jaringan Hotel Best Western Coco Plus Palu, beberapa waktu lalu.
(alv)