Unik, Hasil Limbah Kain Tenun Jadi Karya Unggulan
A
A
A
SAWAHLUNTO - Berkat tangan kreatif para desainer, berbagai hal bisa disulap menjadi beragam benda unik dan menarik. Seperti halnya yang dilakukan interior designer Sugeng Untung.
Dalam acara Inovatif dan Kreatif Melalui Kolaborasi Nusantara (IKKON) yang digelar Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) di Sawahlunto, Padang, Sugeng memamerkan hasil karyanya dari limbah benang dan tenun.
"Awalnya kita berfikir tenun terlalu mahal untuk anak muda. Untuk kain saja harganya mahal dan untuk saya cowok buat apa kain? Cewek beli kain pun malas menjahit. Jadi kita berfikir kenapa nggak potong kecil aja, terus kita aplikasikan ke bantal, tempat pinsil, hiasan dinding dan cushion yang diambil dari sisa kain tenun," kata Sugeng saat pameran IKKON yang mengusung Basamo di Sawahlunto, Padang, Sabtu (8/10/2016).
Menariknya, hasil karya ini tidak dibuat sendiri, melainkan dibuat dengan kolaborasi bersama perajin lokal. Sementara, untuk proses pembuatannya cukup mudah. Untuk satu buah bantal, hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja.
"Pertama kita datang ke tukang jahit dan lihat sisa kain atau limbahnya. Kita ambil dan kita cocokan. Untuk bantal warna putih misalnya, cocoknya dengan warna apa dan kita jahit. Sebentar banget," jelasnya.
Untuk ciri khas Basamo, dipilih motif segelamai yang ditemukan telah ratusan tahun lalu. Motif ini diaplikasikan ke busana dan barang lainnya. "Untuk ciri khas Basamo, kita pilih motif segelamai yang seperti belah ketupan dan artinya itu potongan dodol. Dodol yang sifatnya lengket itu diartikan sebagai kebersamaan," ujar dia.
"Hasil kolaborasi ini sangat disambut baik oleh warga. Mereka sangat welcome dan selama bulan kita telah berikan workshop. Ini nantinya bisa menjadi oleh-oleh dari kita dan bisa menjadi ciri khas oleh-oleh Sawahlunto," tambah Sugeng.
Dalam acara Inovatif dan Kreatif Melalui Kolaborasi Nusantara (IKKON) yang digelar Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) di Sawahlunto, Padang, Sugeng memamerkan hasil karyanya dari limbah benang dan tenun.
"Awalnya kita berfikir tenun terlalu mahal untuk anak muda. Untuk kain saja harganya mahal dan untuk saya cowok buat apa kain? Cewek beli kain pun malas menjahit. Jadi kita berfikir kenapa nggak potong kecil aja, terus kita aplikasikan ke bantal, tempat pinsil, hiasan dinding dan cushion yang diambil dari sisa kain tenun," kata Sugeng saat pameran IKKON yang mengusung Basamo di Sawahlunto, Padang, Sabtu (8/10/2016).
Menariknya, hasil karya ini tidak dibuat sendiri, melainkan dibuat dengan kolaborasi bersama perajin lokal. Sementara, untuk proses pembuatannya cukup mudah. Untuk satu buah bantal, hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja.
"Pertama kita datang ke tukang jahit dan lihat sisa kain atau limbahnya. Kita ambil dan kita cocokan. Untuk bantal warna putih misalnya, cocoknya dengan warna apa dan kita jahit. Sebentar banget," jelasnya.
Untuk ciri khas Basamo, dipilih motif segelamai yang ditemukan telah ratusan tahun lalu. Motif ini diaplikasikan ke busana dan barang lainnya. "Untuk ciri khas Basamo, kita pilih motif segelamai yang seperti belah ketupan dan artinya itu potongan dodol. Dodol yang sifatnya lengket itu diartikan sebagai kebersamaan," ujar dia.
"Hasil kolaborasi ini sangat disambut baik oleh warga. Mereka sangat welcome dan selama bulan kita telah berikan workshop. Ini nantinya bisa menjadi oleh-oleh dari kita dan bisa menjadi ciri khas oleh-oleh Sawahlunto," tambah Sugeng.
(tdy)