Pianis Belia Berbakat Hipnotis Ratusan Penonton
A
A
A
JAKARTA - Pianis belia Jonathan Kuo, 14 tahun, sukses memukau ratusan penonton dalam resital piano solo di Goethe Haus, Jakarta, Minggu (11/12/2016). Dalam konser pembuka Steinway Concert Series ini, Jonathan tampil apik dengan memainkan karya komponis kenamaan yakni Ludwig van Beethoven, Robert Schumman, Claude Debussy dan Frederic Chopin.
Konser dibuka dengan "Tempest Sonata" karya L. v. Beethoven. Jonathan yang berbalut setelan hitam-hitam tampak begitu fokus dan tenang memainkannya. Untuk memainkan komposisi ini memang membutuhkan kedisplinan tinggi.
Tepuk tangan menggema usai tuts terakhir ditekan. Choky Sitohang yang menjadi pemandu acara pun naik ke panggung untuk memberikan rehat kepada Jonathan. Tak lama berselang, Choky kembali memanggil Jonathan untuk kembali tampil.
Karya kedua yang dimainkan yakni, "Papillon" karya Robert Schumann. Lagi-lagi kelincahan jemari Jonathan mampu menghipnotis penonton. Untuk memainkan Komposisi nada yang diciptakan di era romantika sangat memerlukan ketajaman intuisi untuk dapat menghadirkan kontras suasana. Jonathan sukses menciptakan Kecemasan yang mencengkeram, nuansa kemenangan serta riangnya emosional penonton.
Babak kedua dimulai dengan sedikit perbincangan antara Jonathan dengan Choky. "Saya menikmati mengekspresikan diri dengan piano," kata Jonathan menjawab pertanyaan Choky soal alasan menjadi pianis.
Choky pun menanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan penampilannya dalam konser tersebut. Jonathan mengakui, untuk tampil dalam konser tersebut dirinya membutuhkan waktu 4 jam untuk berlatih.
"Biasanya orang berlatih 1-2 jam, ada yang sampai 10 jam tapi gak fokus, saya berlatih 4 jam. Namun itu tidak menghilangkan waktu untuk bergaul. Saat tidak latihan saya bertemu dengan teman. Mereka pun hadir dikonser ini," jawab Jonathan yang disambut tepuk tangan penonton.
Jonathan juga mengapresiasi piano Essex Steinway & Sons yang dimainkannya. "Piano ini betul-betul bisa merepresentasikan suara yang saya inginkan," katanya.
Usai perbincangan, Jonathan pun memulai kembali konsernya dengan memainkan karya yang lebih modern, yakni tiga buah Prelude dari Claude Debussy. Karya ini menghadirkan kekayaan harmoni yang berbeda, dimana efek suara merupakan komponen yang sangat penting. Frederic Chopin, komponis favorit para pianis remaja, juga menjadi pilihan pada program konser.
Jonathan menghadirkan dua buah karya virtuostik dari komposer ini, yang masing-masing berdurasi 10-12 menit. Melalui karya Chopin ini, Jonathan berhasil menghadirkan kekayaan rasa, nuansa dan karakter yang seluruhnya hadir dalam sebuah mahakarya. Terlebih pembawaan Jonathan yang sangat tenang namun tidak menghilangkan karakter remajanya kerap membuat keriangan para penonton.
Penyanyi era awal tahun 2000-an, Stephen Kurniawan Tamadji yang hadir mengaku terpukau dengan penampilan Jonathan.
"Menurut saya luar biasa. Untuk memainkan musik klasik membutuhkan konsentrasi tinggi. Ini jarang yang memilikinya, terlebih durasi yang dimainkan panjang. Pianis harus memiliki kondisi yang prima," katanya.
Stephen menilai, Jonathan berhasil membawakan karakter zaman dari para komposer. "Karena dia baru 14 tahun ini menjadi penampilan yang istimewa. Waktu yang dikorbankan anak itu terbayar dengan penampilan konser solo ini," tukasnya.
Sebagai informasi, Jonathan yang memulai pelajaran piano pada usia tujuh tahun di bawah bimbingan Iswargia R Sudarno juga memenangkan berbagai kompetisi dan mendapatkan penghargaan di tingkat nasional maupun internasional.
Selain kompetisi, Jonathan juga aktif mengikuti berbagai masterclass di bawah arahan pianos ternama tanah air serta artis dan pedagog pada kancah internasional seperti Thomas Hecht, Josef Anton Scherrer, Manfred Aust, Albert Tiu, Sam Haywood, Steven Spooner, Irina Vorkmyanina dan Boris Kraljevic.
Ia juga tampil di berbagai acara dan diundang menjadi solist bersama Jakarta Concert Orchestra di bawah pimpinan Avip Priatna serta Jakarta Sinfonietta di bawah pimpinan Iswargia R Sudarno.
Jonathan yang berlatih piano hingga empat jam perhari mengaku piano merupakan cinta pertamanya terhadap alat musik.
"Saya menikmati bunyi piano, ibu saya sering memperdengarkan piano dari sejak saya masih bayi dan itu membuat saya terinspirasi," ujarnya.
Meski demikian, layaknya remaja lain, Jonathan juga menikmati berselancar di internet maupun di laman berbagi video Youtube untuk mendengarkan karya musisi lain."Saya juga menikmati musik tekno, favorit saya antara lain Alan Walker," pungkasnya.
Konser dibuka dengan "Tempest Sonata" karya L. v. Beethoven. Jonathan yang berbalut setelan hitam-hitam tampak begitu fokus dan tenang memainkannya. Untuk memainkan komposisi ini memang membutuhkan kedisplinan tinggi.
Tepuk tangan menggema usai tuts terakhir ditekan. Choky Sitohang yang menjadi pemandu acara pun naik ke panggung untuk memberikan rehat kepada Jonathan. Tak lama berselang, Choky kembali memanggil Jonathan untuk kembali tampil.
Karya kedua yang dimainkan yakni, "Papillon" karya Robert Schumann. Lagi-lagi kelincahan jemari Jonathan mampu menghipnotis penonton. Untuk memainkan Komposisi nada yang diciptakan di era romantika sangat memerlukan ketajaman intuisi untuk dapat menghadirkan kontras suasana. Jonathan sukses menciptakan Kecemasan yang mencengkeram, nuansa kemenangan serta riangnya emosional penonton.
Babak kedua dimulai dengan sedikit perbincangan antara Jonathan dengan Choky. "Saya menikmati mengekspresikan diri dengan piano," kata Jonathan menjawab pertanyaan Choky soal alasan menjadi pianis.
Choky pun menanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan penampilannya dalam konser tersebut. Jonathan mengakui, untuk tampil dalam konser tersebut dirinya membutuhkan waktu 4 jam untuk berlatih.
"Biasanya orang berlatih 1-2 jam, ada yang sampai 10 jam tapi gak fokus, saya berlatih 4 jam. Namun itu tidak menghilangkan waktu untuk bergaul. Saat tidak latihan saya bertemu dengan teman. Mereka pun hadir dikonser ini," jawab Jonathan yang disambut tepuk tangan penonton.
Jonathan juga mengapresiasi piano Essex Steinway & Sons yang dimainkannya. "Piano ini betul-betul bisa merepresentasikan suara yang saya inginkan," katanya.
Usai perbincangan, Jonathan pun memulai kembali konsernya dengan memainkan karya yang lebih modern, yakni tiga buah Prelude dari Claude Debussy. Karya ini menghadirkan kekayaan harmoni yang berbeda, dimana efek suara merupakan komponen yang sangat penting. Frederic Chopin, komponis favorit para pianis remaja, juga menjadi pilihan pada program konser.
Jonathan menghadirkan dua buah karya virtuostik dari komposer ini, yang masing-masing berdurasi 10-12 menit. Melalui karya Chopin ini, Jonathan berhasil menghadirkan kekayaan rasa, nuansa dan karakter yang seluruhnya hadir dalam sebuah mahakarya. Terlebih pembawaan Jonathan yang sangat tenang namun tidak menghilangkan karakter remajanya kerap membuat keriangan para penonton.
Penyanyi era awal tahun 2000-an, Stephen Kurniawan Tamadji yang hadir mengaku terpukau dengan penampilan Jonathan.
"Menurut saya luar biasa. Untuk memainkan musik klasik membutuhkan konsentrasi tinggi. Ini jarang yang memilikinya, terlebih durasi yang dimainkan panjang. Pianis harus memiliki kondisi yang prima," katanya.
Stephen menilai, Jonathan berhasil membawakan karakter zaman dari para komposer. "Karena dia baru 14 tahun ini menjadi penampilan yang istimewa. Waktu yang dikorbankan anak itu terbayar dengan penampilan konser solo ini," tukasnya.
Sebagai informasi, Jonathan yang memulai pelajaran piano pada usia tujuh tahun di bawah bimbingan Iswargia R Sudarno juga memenangkan berbagai kompetisi dan mendapatkan penghargaan di tingkat nasional maupun internasional.
Selain kompetisi, Jonathan juga aktif mengikuti berbagai masterclass di bawah arahan pianos ternama tanah air serta artis dan pedagog pada kancah internasional seperti Thomas Hecht, Josef Anton Scherrer, Manfred Aust, Albert Tiu, Sam Haywood, Steven Spooner, Irina Vorkmyanina dan Boris Kraljevic.
Ia juga tampil di berbagai acara dan diundang menjadi solist bersama Jakarta Concert Orchestra di bawah pimpinan Avip Priatna serta Jakarta Sinfonietta di bawah pimpinan Iswargia R Sudarno.
Jonathan yang berlatih piano hingga empat jam perhari mengaku piano merupakan cinta pertamanya terhadap alat musik.
"Saya menikmati bunyi piano, ibu saya sering memperdengarkan piano dari sejak saya masih bayi dan itu membuat saya terinspirasi," ujarnya.
Meski demikian, layaknya remaja lain, Jonathan juga menikmati berselancar di internet maupun di laman berbagi video Youtube untuk mendengarkan karya musisi lain."Saya juga menikmati musik tekno, favorit saya antara lain Alan Walker," pungkasnya.
(nfl)