Main di Halfwrolds 2, Reza Rahadian Banyak Fighting

Jum'at, 13 Januari 2017 - 15:20 WIB
Main di Halfwrolds 2, Reza Rahadian Banyak Fighting
Main di Halfwrolds 2, Reza Rahadian Banyak Fighting
A A A
JAKARTA - Seperti halnya Arifin Putra, aktor tampan Reza Rahadian juga kembali berperan dalam film serial Halfworlds 2 yang akan tayang secara perdana pada 22 Januari 2017 pukul 20.00 WIB di channel HBO.

Pria kelahiran 5 Maret 1987 ini pun kembali dalam perannya sebagai Tony yang merupakan karakter jahat yang memiliki misi untuk mencari kekasihnya yang hilang. Mengalami sejumlah hal yang berbeda dari season pertama, di season kedua ini Reza harus melakukan banyak adegan fighting yang justru membuatnya tertarik dalam memainkan perannya sebagai Tony.

Saat ditemui di Grand Hyatt, Jakarta (12/1/2017) dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Sindonews, Reza berbagi cerita dan pengalamannya selama menjalani proses syuting. Berikut kutipan wawancaranya.

Ada pengalaman menarik selama syuting Halfworlds 2?
Kalau pengalaman yang menarik dari season kedua ini sebenarnya bisa berkolaborasi dengan aktor-aktor dari negara lain ya. Pertemuan dengan Ekachai as a director juga buat saya adalah pengalaman baru. Selebihnya, secara experience, syuting, dan lain-lain tetap sama sih nggak jauh berbeda. hanya perkembangan karakternya yang mungkin berbeda. Kalau Tony di season satu appears sebagai tokoh yang sangat flamboyan, kemudian very playful. Di season dua, tidak kehilangan karakternya hanya dia lebih ambisius dan emosional. Kenapa? Sederhana banget.

Premisnya Tony di season dua adalah pencarian Ros. Dia mencari Ros karena tidak lagi berpasangan seperti di season satu. Goal-nya adalah mencari tahu dimana keberadaan Ros dan itu dibayar dengan banyak sekali fighting scenes yang harus dilewati oleh Tony untuk mendapatkan informasi tersebut. Jadi bisa saya bilang 60 persen didominasi oleh fighting, 40 persen drama. Dan fighting scenes ini director sebutnya ada tiga big fight di season dua ini yang dilakukan oleh Tony.

Ini banyak adegan fighting, padahal Reza jarang main film dengan fighting, ada kesulitan?
Fighting saya nggak terlalu asing ya, sebenernya sih kesulitannya itu perbedaan dari season satu dan dua, yaitu tidak ada latihan koreografi seperti di season satu. Di season satu kita berlatih koreografi di Indonesia, jadi kita punya waktu dua minggu untuk berlatih. Di season dua, nggak ada. Jadi semua koreografi dipelajari 15 menit sebelum kita take. Itu adalah resiko yang harus diambil.

Memang dari awal sudah ditanya sanggup apa engga, dan saya bilang sanggup, ya akhirnya proses itu terjadi sehingga selama di Indonesia belajar lewat video aja. Jadi dikasih terus video tentang kira-kira bagaimana sih desain koreografinya itu. Selebihnya belajar di set. Sebelum take kita belajar fightingnya seperti apa, baru kita execute.

Kan 60 persen fighting, kenapa memutuskan untuk mengambil film seri ini?
Saya cukup membaca bahwa fightingnya akan diseputaran itu-itu juga, yang sebenarnya secara koreografi tidak terlalu sulit juga, nggak ada teknik-teknik khusus. Bekerja dengan wire adalah sesuatu yang saya cukup akrab, bekerja dengan sling dan segala macam bukanlah hal baru, jadi sedikit banyak saya tahu lah. Yang justru hebat adalah sistem koreografi di sana. Artinya, tim dari Thailand sangat membuat kami para aktor nyaman bekerja, karena mereka punya konsep satu sequence itu diambil beberapa part.

Jadi dalam satu sequence kita punya 48 gerakan yang dipecah per delapan, diambil terpisah. Different shot, different angle. Sehingga itu memudahkan kita juga. Jadi sebagai pemain nggak terlalu keteteran untuk hafalin 48 gerakan dalam waktu 15 menit it’s impossible gitu ya, apalagi buat yang non-fighter yang basicnya bukan aktor laga. Dan kalau di season satu basic yang diambil lebih ke pencak silat ya, kalau season dua ini aikido, muaythai, dan pencak silat digabung.

Apakah memang tertarik dengan adegan fighting?
Justru yang paling bikin tertarik itu adegan fighting sebenernya. Kalau drama, ya it’s fun, but untuk jenis film seperti ini kalau kebanyakan ngomong kayaknya juga boring ya. Jadi yang ditunggu-tunggu oleh pemirsa adalah pertemuan antar karakter dan apa yang akan terjadi sih kalau si A ketemu dengan si B. Jadi, itu yang sebenarnya menarik.

Tapi saya cukup confident bahwa Halfworlds season dua menjadi produksi pertama dari HBO Asia Originals yang masuk ke season dua. Karena biasanya mereka hanya stop di season satu. Dan ini baru pertama kalinya mereka masuk ke season dua. Kenapa? Karena memang ada high demand dan responnya cukup bagus, makanya mereka berani buat yang kedua.

Dan terasa banget bahwa ada upgrade dari production design di season kedua. Saya kalau ngelihat dari mulai color scheme yang diambil, lalu setting, kostum, dan lain-lain itu luar biasa banget sih di season dua tuh berasa banget, mereka berani spend a lot of money untuk bikin production design yang jauh lebih baik. Karena set-setnya tuh gokil sih, berasa atmosfirnya.

Karakter Tony di Halfworlds 2 ini seperti apa?
Karakter Tony di season dua tetep dengan gayanya yang flamboyan, karena itu sebenarnya adalah karakter yang gue bangun juga dari awal season satu bahwa gue nggak mau appear karakter villain yang common. Biasanya villain itu nggak jauh-jauh, dia harus strong appearance, dia harus dark, intimidating, sementara Tony tuh cewawakan, cengangas-cengenges, ketawa-ketiwi melulu, playful, dan lain-lain, tapi oncehe fight for something, baru berasa the real Tony tuh gimana.

Season satu disutradarai Joko Anwar, kalau sekarang sama sutradara dari Thailand, apa perbedaannya?
Kalau Joko mungkin lebih artsy ya, lebih dark gitu secara adegan dan gambar, kalau Ekachai (Uekrontham) agak lebih centil sedikit masalah gambar dan style-nya dalam men-direct pemainnya. Bisa dilihat bahwa gambar-gambar di season dua itu jauh lebih bright daripada di season satu.

Kalau season satu itu dark banget, lebih gory, artistically lebih gelap. Kalau di season dua lebih commercial kalau menurut saya sih, lebih kayak game, warnanya tuh lebih bright, lebih memanjakan penonton dan mungkin lebih bisa diterima oleh khalayak yang lebih luas. Karena disini less blood than the first season. Kalau di first season tuh muncratan darah itu kayak ada dimana-mana gitu. Mata, jantung dicopot, wah gila, lebih bloody. Kalau di season dua nggak sih.

Apakah di season dua ini Joko Anwar tetap berpartisipasi?
Nggak, sama sekali. Tapi kalau pemain, kayak saya itu tetep ngobrol sama Joko untuk sekedar sharing bahwa ini aka nada season dua, karakter Tony tetap pada season satu dan saya ngomong itu ke directornya juga bahwa saya nggak mau ngelepasin development character yang sudah di develop dari season satu.

Karena saya nggak mau kehilangan, kayak tiba-tiba karena ini season dua dengan pemain-pemain baru, lantas Tony kayak kehilangan arah. Itu yang saya jaga. Memang agak strick dari awal bahwa it has to be the same seperti yang di season satu karena nama tokohnya sama. Nah itu semua sedikit banyak Joko yang bantu untuk saya sharing.

Apa message yang ingin disampaikan dari Halfworlds season dua ini?
Kalau buat saya sih there’s no specific message, it’s a pure entertainment production, gitu yang bisa menghibur orang, nggak ada message-message khusus, but, bahwa kembali lagi ke premis bahwa Halfwords bercerita tentang persinggungan tiga elemen dunia yang berbeda. Ada demit, halfbleed which is gabungan antara demit dengan manusia, dan mortals yaitu manusia itu sendiri.

Nah, premis ini tetap menjadi pegangan lah untuk di season dua, sehingga ini yang coba dikasih ke penonton untuk mendapatkan cinematic experience berbeda dari season satu karena memang kita punya production design yang lebih baik, plot cerita yang lebih menarik, dan perkembangan karakter yang jauh lebih kompleks. Saya hampir berinteraksi dengan 60 persen tokoh di season ini, kalau di season satu, nggak. Lebih spesifik, Tony itu berhadapannya sama ini, Barata tuh sama ini, nanti ada waktunya Tony dan Barata bertemu. Kalau di season dua, saya hampir nggak ketemu dengan Barata, sisanya saya selalu bersinggungan dengan karakter-karakter yang lain in a short period.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5405 seconds (0.1#10.140)