Ini Efek Penggunaan Minyak Goreng Berkali-kali
A
A
A
JAKARTA - Banyak hal yang membuat masakan rumah dijuluki ‘The Sillent Killer’. Salah satunya penggunaan minyak goreng yang berulang. Kaum ibu menganggap penggunakaan minyak goreng yang digunakan berkali-kali adalah hal yang wajar.
“Agar terhindar dari penyakit berbahaya, pastikan jangan gunakan minyak secara berulang-ulang. Jika minyak sudah berubah warna akibat sisa makanan, sebaiknya ganti dengan minyak yang baru. Selain itu, hindari penggunaan suhu terlalu panas saat memasak karena dapat membentuk radikal bebas yang merugikan kesehatan dan merusak kandungan vitamin dalam minyak goreng,” kata Deputy Marketing Manager Sunco Mulina Wijaya melalui siaran media yang diterima Sindonews, Jumat (27/1/2017).
Pada dasarnya, minyak diperlukan untuk gizi yang seimbang. Lemak atau minyak yang terdapat dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A,D,E, dan K serta menambah lezatnya hidangan.
Sekretaris Komite Nasional Gizi dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr Tirta Prawita Sari, MSc, SpGK menjalaskan minyak yang sudah berubah warna, sudah tidak baik untuk menggoreng masakan.
“Itu bisa menjadi penyebab penyakit jantung, diabetes, dan kanker. Jadi minyak yang sudah berubah warna, minyaknya sudah rusak dan jangan dipakai,” kata Dr Tirta.
“Kemudian kelebihan lemak atau minyak tadi juga menyebabkan obesitas dan penyakit degeneratif, seperti kanker, penumpukan lemak di hati, dan jantung koroner. Jadi kandungan lemak yang masuk ke dalam tubuh itu harus benar-benar dijaga. Penggunaan minyak goreng yang baik itu adalah sedikit menempel di makanan,” jelasnya.
Untuk memilih minyak goreng yang tepat, dr Tita menyarankan minyak yang warnanya bening. Kemudian minyak tersebut memiliki tingkat kekentalan yang menyerupai air.
“Minyak goreng yang lebih encer membuat minyak yang menempel di makanan menjadi lebih sedikit, otomatis lebih sedikit juga minyak yang terkonsumsi. Ciri-ciri lainnya, yaitu tidak mudah beku, yang berarti mempunyai kandungan lemak jenuh yang lebih sedikit,” terangnya.
“Agar terhindar dari penyakit berbahaya, pastikan jangan gunakan minyak secara berulang-ulang. Jika minyak sudah berubah warna akibat sisa makanan, sebaiknya ganti dengan minyak yang baru. Selain itu, hindari penggunaan suhu terlalu panas saat memasak karena dapat membentuk radikal bebas yang merugikan kesehatan dan merusak kandungan vitamin dalam minyak goreng,” kata Deputy Marketing Manager Sunco Mulina Wijaya melalui siaran media yang diterima Sindonews, Jumat (27/1/2017).
Pada dasarnya, minyak diperlukan untuk gizi yang seimbang. Lemak atau minyak yang terdapat dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A,D,E, dan K serta menambah lezatnya hidangan.
Sekretaris Komite Nasional Gizi dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr Tirta Prawita Sari, MSc, SpGK menjalaskan minyak yang sudah berubah warna, sudah tidak baik untuk menggoreng masakan.
“Itu bisa menjadi penyebab penyakit jantung, diabetes, dan kanker. Jadi minyak yang sudah berubah warna, minyaknya sudah rusak dan jangan dipakai,” kata Dr Tirta.
“Kemudian kelebihan lemak atau minyak tadi juga menyebabkan obesitas dan penyakit degeneratif, seperti kanker, penumpukan lemak di hati, dan jantung koroner. Jadi kandungan lemak yang masuk ke dalam tubuh itu harus benar-benar dijaga. Penggunaan minyak goreng yang baik itu adalah sedikit menempel di makanan,” jelasnya.
Untuk memilih minyak goreng yang tepat, dr Tita menyarankan minyak yang warnanya bening. Kemudian minyak tersebut memiliki tingkat kekentalan yang menyerupai air.
“Minyak goreng yang lebih encer membuat minyak yang menempel di makanan menjadi lebih sedikit, otomatis lebih sedikit juga minyak yang terkonsumsi. Ciri-ciri lainnya, yaitu tidak mudah beku, yang berarti mempunyai kandungan lemak jenuh yang lebih sedikit,” terangnya.
(tdy)