Baca Buku Bantu Atasi Nyeri Kronis
A
A
A
JAKARTA - Peneliti kembali menemukan manfaat membaca buku. Tak hanya menambah wawasan dan menghibur, membaca buku juga baik untuk kesehatan. Salah satunya membantu mengobati nyeri kronis.
Dilansir Medical News Today, peneliti dari University of Liverpool melibatkan responden yang menderita nyeri kronis. Selanjutnya, mereka dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama menjalani cognitive behaviour therapy (terapi kognitif perilaku/CBT) atau terapi yang digunakan untuk menangani depresi selama lima minggu.
Sementara, responden lain diminta membaca buku bersama-sama selama 22 minggu. Pada pekan ke-5, peneliti meminta kelompok pertama bergabung dengan kelompok yang membaca buku. Setiap responden pun mengungkapkan tingkat nyeri dan emosi mereka sebelum dan sesudah melakukan penelitian.
Hasilnya, membaca buku memberikan efek yang sama seperti terapi perilaku kognitif bagi otak. Dengan demikian, tingkat keparahan nyeri dan emosi responden membaik hanya dalam waktu dua hari setelah membaca bersama. Pasalnya, membaca buku bersama bisa memunculkan berbagai pengalaman hidup responden di masa lalu, seperti masa kecil, keluarga, hubungan antar teman atau sanak saudara, dan hubungan antar rekan kerja.
"Kegiatan ini ternyata mampu mendorong otak untuk mengirim sinyal bebas rasa sakit kembali ke tubuh. Rasanya seperti mendapatkan terapi kognitif perilaku yang memberikan efek terapi dan bermanfaat untuk meredakan nyeri kronis mereka," tulis peneliti dalam BMJ Journal for Medical Humanities.
Penelitian ini juga menemukan bahwa membaca buku secara bersama-sama bisa menjadi alternatif dari terapi kognitif perilaku bagi pasien dengan nyeri kronis.
"Ada banyak pengobatan untuk mengelola nyeri kronis, tetapi tidak selalu efektif dan banyak dari mereka yang kemudian beralih ke terapi kognitif tersebut dan ternyata ini juga bisa dirasakan dengan membaca buku," kata peneliti Dr Josie Billington.
Dilansir Medical News Today, peneliti dari University of Liverpool melibatkan responden yang menderita nyeri kronis. Selanjutnya, mereka dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama menjalani cognitive behaviour therapy (terapi kognitif perilaku/CBT) atau terapi yang digunakan untuk menangani depresi selama lima minggu.
Sementara, responden lain diminta membaca buku bersama-sama selama 22 minggu. Pada pekan ke-5, peneliti meminta kelompok pertama bergabung dengan kelompok yang membaca buku. Setiap responden pun mengungkapkan tingkat nyeri dan emosi mereka sebelum dan sesudah melakukan penelitian.
Hasilnya, membaca buku memberikan efek yang sama seperti terapi perilaku kognitif bagi otak. Dengan demikian, tingkat keparahan nyeri dan emosi responden membaik hanya dalam waktu dua hari setelah membaca bersama. Pasalnya, membaca buku bersama bisa memunculkan berbagai pengalaman hidup responden di masa lalu, seperti masa kecil, keluarga, hubungan antar teman atau sanak saudara, dan hubungan antar rekan kerja.
"Kegiatan ini ternyata mampu mendorong otak untuk mengirim sinyal bebas rasa sakit kembali ke tubuh. Rasanya seperti mendapatkan terapi kognitif perilaku yang memberikan efek terapi dan bermanfaat untuk meredakan nyeri kronis mereka," tulis peneliti dalam BMJ Journal for Medical Humanities.
Penelitian ini juga menemukan bahwa membaca buku secara bersama-sama bisa menjadi alternatif dari terapi kognitif perilaku bagi pasien dengan nyeri kronis.
"Ada banyak pengobatan untuk mengelola nyeri kronis, tetapi tidak selalu efektif dan banyak dari mereka yang kemudian beralih ke terapi kognitif tersebut dan ternyata ini juga bisa dirasakan dengan membaca buku," kata peneliti Dr Josie Billington.
(tdy)