Ini Cara Merawat Bayi Prematur
A
A
A
JAKARTA - Bayi yang lahir prematur tentunya harus mendapatkan perhatian khusus. Maklum, si bayi yang keluar sebelum waktunya memiliki berat badan rendah (BBR). Organ-organ tubuhnya pun belum sempurna terbentuk.
Bahkan di banyak kasus, kelahiran bayi prematur ini berujung pada kematian. Ini semua terjadi karena adanya penganganan medis yang kurang tepat dan cepat. Setiap bayi yang lahir di bawah usia kehamilan 37 minggu masuk dalam kategori bayi prematur. Dari kelahiran 4,5 juta bayi per tahun di Indonesia, angka kelahiran bayi prematur mencapai 675.500 kasus per tahun.
Bayi yang lahir prematur kemungkinan besar mengalami kecacatan fisik dan gangguan kognitif. Bayi prematur akan rentan mengalami hipotermia, perdarahan di otak, dan gangguan retina mata yang bisa berakibat pada kebutaan. Oleh karena itu, dibutuhkan keterampilan, bahkan kesabaran untuk merawat bayi prematur karena pada umumnya, bayi prematur membutuhkan perawatan yang rumit dan kompleks. Selain itu, sering kali bayi prematur juga membutuhkan sarana perawatan medis yang lengkap dan teknologi canggih.
Lalu bagaimana merawat bayi lahir prematur? Satu hal yang harus diperhatikan pada bayi prematur adalah menurunkan komplikasi neonatal, kehidupan pertama bayi pada usia 28 hari. Dalam neonatal, bayi harus menyesuaikan diri dengan keadaan di luar rahim.
Pada masa ini, perubahan paling besar terjadi pada jam ke-24 sampai 72 pertama setelah bayi lahir. Pada saat itu, seluruh organ tubuh mengalami penyesuaian. Dan yang paling penting terjadi pada sistem pernapasan, ginjal, dan hepar.
Bayi prematur yang kurang asupan nutrisi berisiko mengalami lemah mental. Tingkat kecerdasannya pun rendah. "Penanganan dan pemberian nutrisi yang baik pada bayi prematur akan membuat bayi prematur sehat dan cerdas. Jangan sampai prematur menjadi ancaman masa depan generasi bangsa," ujar Dr. dr. Rinawati Rohsiswanto, SpA (K).
Sebelum dipulangkan ke rumah, bayi harus memenuhi berbagai persyaratan seperti berat badan minimal 1800 g, mampu minum secara aktif, mampu mengontrol suhu tubuhnya, tidak membutuhkan terapi oksigen, berat badannya stabil, secara klinis stabil dan orangtua telah mendapatkan pelatihan perawatan bayi prematur di rumah. (Ardi/MDR)
Bahkan di banyak kasus, kelahiran bayi prematur ini berujung pada kematian. Ini semua terjadi karena adanya penganganan medis yang kurang tepat dan cepat. Setiap bayi yang lahir di bawah usia kehamilan 37 minggu masuk dalam kategori bayi prematur. Dari kelahiran 4,5 juta bayi per tahun di Indonesia, angka kelahiran bayi prematur mencapai 675.500 kasus per tahun.
Bayi yang lahir prematur kemungkinan besar mengalami kecacatan fisik dan gangguan kognitif. Bayi prematur akan rentan mengalami hipotermia, perdarahan di otak, dan gangguan retina mata yang bisa berakibat pada kebutaan. Oleh karena itu, dibutuhkan keterampilan, bahkan kesabaran untuk merawat bayi prematur karena pada umumnya, bayi prematur membutuhkan perawatan yang rumit dan kompleks. Selain itu, sering kali bayi prematur juga membutuhkan sarana perawatan medis yang lengkap dan teknologi canggih.
Lalu bagaimana merawat bayi lahir prematur? Satu hal yang harus diperhatikan pada bayi prematur adalah menurunkan komplikasi neonatal, kehidupan pertama bayi pada usia 28 hari. Dalam neonatal, bayi harus menyesuaikan diri dengan keadaan di luar rahim.
Pada masa ini, perubahan paling besar terjadi pada jam ke-24 sampai 72 pertama setelah bayi lahir. Pada saat itu, seluruh organ tubuh mengalami penyesuaian. Dan yang paling penting terjadi pada sistem pernapasan, ginjal, dan hepar.
Bayi prematur yang kurang asupan nutrisi berisiko mengalami lemah mental. Tingkat kecerdasannya pun rendah. "Penanganan dan pemberian nutrisi yang baik pada bayi prematur akan membuat bayi prematur sehat dan cerdas. Jangan sampai prematur menjadi ancaman masa depan generasi bangsa," ujar Dr. dr. Rinawati Rohsiswanto, SpA (K).
Sebelum dipulangkan ke rumah, bayi harus memenuhi berbagai persyaratan seperti berat badan minimal 1800 g, mampu minum secara aktif, mampu mengontrol suhu tubuhnya, tidak membutuhkan terapi oksigen, berat badannya stabil, secara klinis stabil dan orangtua telah mendapatkan pelatihan perawatan bayi prematur di rumah. (Ardi/MDR)
(bbk)