Film Bid'ah Cinta Ungkap Pentingnya Merawat Keberagaman
A
A
A
JAKARTA - Artis cantik Ayushita tampil beda di film Bid’ah Cinta. Pasalnya, film yang disutradarai Nurman Hakim ini menggambarkan kisah percintaan yang terbentur pemahaman keagamaan.
Hubungan asmara yang dijalin Khalida (Ayushita) dan Kamal (Dimas Aditya) ini layaknya kisah klasik Romeo dan Juliet, namun dengan latar perkampungan Betawi. Kisahnya menjadi menarik lantaran tali kasih mereka terbentur restu orang tua.
Ayu yang tampil berkerudung ini pun mengajak penggemarnya untuk menikmati film terbarunya dengan karakter yang belum pernah dilakoninya. “Bid'ah Cinta mulai tayang di bioskop-bioskop lho,” kata Ayu.
Sementara, budayawan yang juga tokoh Muhammadiyah, M Sobari mengapresiasi film tersebut. Dia menilai Bid’ah Cinta bisa menjadi gambaran sekaligus solusi menghadapi perbedaan dan menghindari ketegangan.
"Yang paling penting dari pesan yang ada di film ini adalah bahwa ketegangan kolektif yang melibatkan komunitas, bisa ditunda, tidak sekedar adanya pernikahan, tetapi ada kesadaran bahwa ketegangan itu justru banyak mudharatnya. Jadi ada kesadaran apa yang menjadi wujud damai di langit harus diciptakan di bumi. Itu intinya," kata Sobari dalam diskusi "Kala Asmara Terbentur Paham Agama" seusai nonton bareng film Bid'ah Cinta di XXI Epicentrum, Jakarta, Rabu (22/3/2017).
Acara nonton bareng dan diskusi ini diikuti seratusan orang dari berbagai komunitas dengan dipandu dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nanang Tahqiq. Adapun pembicaranya, yakni Rumadi dari Lakpesdam NU, Fajar Riza Ulhaq mewakili Maarif Institute, dan Tsamara Amani dari perwakilan mahasiswa Universitas Paramadina.
Acara nonton bareng dan diskusi tersebut diselenggarakan oleh Nurcholis Madjid Society. Hadir juga dalam acara itu sutradara dan para pemain film Bid'ah Cinta.
Perbedaan yang terjadi ini akhirnya menimbulkan pemahaman dan suatu kesepakatan agar tidak menjadikan perbedaan sehingga tidak menjadi ketegangan dan sepakat untuk saling menghormati.
Sobari mengungkap, dalam soal perbedaan pemahaman, NU dan Muhammadiyah bisa menjadi potret, meski ada perbedaan, tetapi menunjukkan saling menghormati. "Perbedaan itu didasari rasa cinta. Orang NU tidak ingin orang Muhammadiyah sesat, orang Muhammadiyah juga tidak ingin orang NU sesat. Jadi perbedaan itu dasarnya cinta," ungkapnya.
Sutradara film Bid'ah Cinta, Nurman Hakim mengatakan film yang dibuatnya diharapkan memberi inspirasi kepada masyarakat dalam menyikapi perbedaan agar tidak menjadi konflik.
"Ini terinspirasi dari adanya kekhawatiran di beberapa daerah yang mempertentangkan soal faham keagamaan dan potensial menjadi konflik. Jadi penulisan film ini memang dilatarbelakangi kekhawatiran konflik yang dilatarbelakangi perbedaan paham," ungkapnya.
Hubungan asmara yang dijalin Khalida (Ayushita) dan Kamal (Dimas Aditya) ini layaknya kisah klasik Romeo dan Juliet, namun dengan latar perkampungan Betawi. Kisahnya menjadi menarik lantaran tali kasih mereka terbentur restu orang tua.
Ayu yang tampil berkerudung ini pun mengajak penggemarnya untuk menikmati film terbarunya dengan karakter yang belum pernah dilakoninya. “Bid'ah Cinta mulai tayang di bioskop-bioskop lho,” kata Ayu.
Sementara, budayawan yang juga tokoh Muhammadiyah, M Sobari mengapresiasi film tersebut. Dia menilai Bid’ah Cinta bisa menjadi gambaran sekaligus solusi menghadapi perbedaan dan menghindari ketegangan.
"Yang paling penting dari pesan yang ada di film ini adalah bahwa ketegangan kolektif yang melibatkan komunitas, bisa ditunda, tidak sekedar adanya pernikahan, tetapi ada kesadaran bahwa ketegangan itu justru banyak mudharatnya. Jadi ada kesadaran apa yang menjadi wujud damai di langit harus diciptakan di bumi. Itu intinya," kata Sobari dalam diskusi "Kala Asmara Terbentur Paham Agama" seusai nonton bareng film Bid'ah Cinta di XXI Epicentrum, Jakarta, Rabu (22/3/2017).
Acara nonton bareng dan diskusi ini diikuti seratusan orang dari berbagai komunitas dengan dipandu dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nanang Tahqiq. Adapun pembicaranya, yakni Rumadi dari Lakpesdam NU, Fajar Riza Ulhaq mewakili Maarif Institute, dan Tsamara Amani dari perwakilan mahasiswa Universitas Paramadina.
Acara nonton bareng dan diskusi tersebut diselenggarakan oleh Nurcholis Madjid Society. Hadir juga dalam acara itu sutradara dan para pemain film Bid'ah Cinta.
Perbedaan yang terjadi ini akhirnya menimbulkan pemahaman dan suatu kesepakatan agar tidak menjadikan perbedaan sehingga tidak menjadi ketegangan dan sepakat untuk saling menghormati.
Sobari mengungkap, dalam soal perbedaan pemahaman, NU dan Muhammadiyah bisa menjadi potret, meski ada perbedaan, tetapi menunjukkan saling menghormati. "Perbedaan itu didasari rasa cinta. Orang NU tidak ingin orang Muhammadiyah sesat, orang Muhammadiyah juga tidak ingin orang NU sesat. Jadi perbedaan itu dasarnya cinta," ungkapnya.
Sutradara film Bid'ah Cinta, Nurman Hakim mengatakan film yang dibuatnya diharapkan memberi inspirasi kepada masyarakat dalam menyikapi perbedaan agar tidak menjadi konflik.
"Ini terinspirasi dari adanya kekhawatiran di beberapa daerah yang mempertentangkan soal faham keagamaan dan potensial menjadi konflik. Jadi penulisan film ini memang dilatarbelakangi kekhawatiran konflik yang dilatarbelakangi perbedaan paham," ungkapnya.
(tdy)